Mutu Karya Sastra Sumbar 30 Tahun Terakhir Dipertanyakan

10 October 2013 21:01 | • Wartawan : Redaksi padangtoday • Editor : Redaksi 
Padang Today • Dibaca : 176 kali

http://padangtoday.com/today/detail/49169

Sastrawan Sumatera Barat Darman Moenir kembali mempertanyakan mutu karya 
sastra Sumatera Barat 30 tahun terakhir. Sepanjang 30 tahun itu, menurut 
Darman Moenir, karya-karya sastra yang terbit di Sumatera Barat “tidak ada” 
yang bermutu.
 
Pernyataan Darman Moenir itu disampaikannya dalam kegiatan Dialog Sastra 
bertajuk “Menyoal Kebermutuan Karya Sastra Sumatera Barat” yang digelar 
UPTD Taman Budaya Sumatera Barat, Kamis (10/10), di Galeri Seni Rupa Taman 
Budaya Sumatera Barat di Padang. Diskusi itu dihadiri kalangan sastrawan, 
seniman, budayawan, akademisi, pengamat sastra, dan sejumlah penulis muda.
 
Apa yang disampaikan Darman Moenir itu, sudah pernah dipolemikkan di salah 
satu koran harian terbitan Padang pada tahun 2011 silam. Di koran itu, 
tercatat sepuluh penulis merespon esai yang ditulis Darman Moenir, yaitu 
Devy Kurnia Alamsyah, Sudarmoko, Elly Delfia, Muhammad Subhan, Nelson Alwi, 
Heru Joni Putra, Romi Zarman, Esha Tegar Putra, dan Andika Dinata. Para 
perespon terdiri dari kalangan akademisi, kritikus, pengarang, dan pengamat 
sastra.
 
Walau begitu, dalam dialog sastra di Taman Budaya Sumatera Barat dengan 
narasumber Darman Moenir (Sastrawan), Romi Zarman (Kritikus), Zelfeni Wimra 
(Pengarang), dan moderator Nasrul Azwar, Darman Moenir tidak sedikitpun 
membahas apa standarisasi mutu yang dimaksud dan karya sastra siapa yang 
dianggapnya tidak bermutu itu. Darman Moenir “menyapu rata” semua karya 
sastra (khususnya novel) yang dihasilkan penulis/pengarang Sumatera Barat 
kurun 30 tahun terakhir tidak ada yang bermutu.
 
“Saya tahu dan membaca sejumlah novel pengarang dari Sumatera Barat yang 
terbit 30 tahun terakhir, tetapi itulah, maaf, mutu novel-novel itu pantas 
dipertanyakan,” kata Darman Moenir yang pada tahun 1980 novelnya berjudul 
“Bako” memenangkan Hadiah Utama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian 
Jakarta (DKJ).
 
Pernyataan Darman Moenir itu mengundang reaksi sejumlah penanggap, di 
antaranya Hermawan (akademisi). Hermawan meminta para narsumber untuk 
mendefinisikan “mutu” yang menjadi tajuk diskusi dan apa standarisasi mutu 
yang dimaksud. “Apa seperti ada angka-angkanya begitu? Coba ini kita 
dudukkan dulu,” tanya Hermawan. Namun hingga dialog berakhir, tak seorang 
pun di antara narasumber, termasuk Darman Moenir yang memberikan jawaban 
memuaskan soal standarisasi karya sastra yang “bermutu” itu.
 
Penyair Senior Sumatera Barat Rusli Marzuki Saria turut memberikan 
pandangannya. Menurutnya, budaya kritik sastra di Sumatera Barat belum 
tumbuh begitu baik. Karya sastra yang terbit nyaris tidak diomongkan. 
“Selama ini nyaris tidak ada diskusi sastra di Taman Budaya Sumatera Barat. 
Karya sastra Sumatera Barat tumbuh tanpa kritik,” ujarnya.
 
Irzen Hawer, salah seorang pengarang novel asal Kota Padangpanjang pada 
kesempatan itu juga menyatakan kurang sependapatnya dengan apa yang 
disampaikan Darman Moenir. Menurutnya, kerja kepengarangan dan kerja kritik 
dua hal yang berbeda. “Sebagai pengarang tugasnya telah selesai, 
menghasilkan karya sastra. Kemudian, para kritikuslah yang menentukan 
kebermutuan karya sastra itu. Tapi sayangnya, kita belum melihat kritikus 
Sumatera Barat mengkritisi substansi karya sastra yang terbit selama ini,” 
paparnya.
 
Alizar Tanjung, seorang penyair muda Sumatera Barat punya pandangan lain. 
Menurutnya, agar jelas bermutu-tidaknya karya sastra Sumatera Barat, harus 
ada lembaga memfasilitasi diskusi buku dengan mengundang pihak-pihak yang 
berkompeten membahas mutu karya sastra tersebut. Dia mengusulkan Taman 
Budaya Sumatera Barat mengagendakan diskusi buku, khusus untuk buku-buku 
yang terbit dari tangan pengarang Sumatera Barat.
 
“Pihak penyelenggara harus membeli buku itu, dibagikan kepada peserta 
diskusi, dan diberikan waktu untuk membacanya, lalu dibahas isinya di 
kesempatan lain secara bersama-sama. Ini tawaran saya,” kata Alizar Tanjung 
yang bergiat di Komunitas Rumah Kayu Padang.
 
Sementara itu, Muhammad Subhan, pegiat Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia 
yang juga berbagi pendapat pada kesempatan itu mengatakan, walau Sastrawan 
Darman Moenir tidak memberikan apresiasi positif terhadap perkembangan 
karya sastra Sumatera Barat 30 tahun terakhir, dia berharap harus ada 
apresiasi terhadap karya-karya yang lahir dan terbit itu.
 
“Suka tidak suka, sepakat tidak sepakat, saya kira kita tetap harus 
memberikan apresiasi kepada karya sastra yang terbit di Sumatera Barat 
kurun waktu 30 tahun terakhir itu,” ujarnya.
 
Soal kebermutuan karya sastra, menurut Muhammad Subhan, lebih diserahkannya 
kepada pembaca (termasuk kritikus). Katanya, pembaca adalah hakim yang 
menentukan bermutu-tidaknya karya sastra.
 
“Saya kira, sastra itu bersifat multitafsir, siapa pun boleh 
menafsirkannya. Tidak ada tafsir tunggal dalam memahami karya sastra. Dan, 
lebih jauh dari itu, pembaca kita hari ini sudah cukup cerdas, tidak bisa 
didekte, dan hak mereka untuk menentukan, membaca, dan menilai mutu isi 
buku yang dibacanya,” tambah Muhammad Subhan.(*)

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Reply via email to