Ass.Wr.Wb Sanak di Palanta RN NAH, ambo hanyalah seoran yg senang membaco buku 
dan waktu ada pertemuan di Hotel Balairung membahas mengenai Investasi JTR di 
Pdg ada dijual buku "Dari Surau Ke Gereja yg merupakan Buku Pertama Trilogi 
Murtad Di Ranah Minang" pengarangnya Helmijas Hendra dimana ada Novel 
sambungannya yaitu.   1. Orang2 di tepi jurang.          2. Ketika Hidayah 
menyentuh kalbu, namun ambo cari2 di Gramed dan di Blok M Square tempat 
penjualan buku2 lama dan baru tidak ada, apokah ado sanak di Palanda ko yg bisa 
menunjukkan dimano ambo bisa mambali Novel sambungan tersebut Terima kasih

Wass
RNA
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Sat, 12 Oct 2013 23:19:16 
To: rantaunet@googlegroups.com<rantaunet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Mutu Karya Sastra Sumbar 30 Tahun Terakhir 
Dipertanyakan

Sanak Andiko,
ambo kenal pribadi dengan Darman Moenir. Tahun 2012 lalu kami sama-sama
menjadi fasilitator bagi para novelis muda Sumbar yang ikut workshop di
Rumah Puisi selama tiga hari. Instruktur lain adalah Gus tf dan Ahmadun
Yosi Herfanda (mantan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta). Beberapa
nama sastrawan muda yang disebut dalam artikel ini adalah peserta workshop.
Maret tahun ini, ambo basuo baliak jo  saat Deklarasi Hari Sastra di SMA
Birugo yang diikuti sekitar 60-an sastrawan nasional. Dan uniknya, novel
terakhir DM yang terbit tahun lalu berjudul* Andika Cahaya*, mirip namo
sanak Andiko. :)

Tapi ambo kira kalau disebut DM bahwa karya-karya yang terbit di Sumatra
Barat "tidak ada" yang bermutu, ini bisa muncul dua tafsir:

1. Bahwa novel/antologi cerpen/kumpulan puisi yang diteroka DM adalah yang
TERBIT di Sumbar. Artinya oleh percetakan dan penerbit yang beroperasi di
Sumbar, bukan oleh penerbit yang dimiliki orang Minang DI LUAR Sumbar.
Karena untuk kategori terakhir, banyak sekali orang Minang yang
punya/mengelola penerbitan di luar Sumbar, seperti Pak Firdaus Oemar,
mantan Ketua IKAPI, yang disebutkan Mak Muchlis Hamid dalam emailnya
sebelum ini (soal "Nagari Membaca") atau Ketua Umum Ikapi sekarang, Lucya
Andam Dewi (PT Bumi Aksara). Dalam hal ini, ada kemungkinan -- karena ambo
tak mengamati karya sastra apa saja yang TERBIT DI Sumbar -- pernyataan DM
itu benar. Karena mudah diduga, jumlah karya sastra yang terbit di Sumatra
Barat jauh lebih kecil dibandingkan karya sastra para penulis Minang yang
terbit baik di ranah maupun di luar ranah Minang.

2. Tapi jika yang dimaksud DM bahwa selama 30 tahun terakhir "tidak ada"
karya sastra penulis Minang yang bermutu, maka ini jelas keliru. Karena
berarti novel DM tahun lalu itu pun tidak bermutu, bukan? :)

Namun di luar problem logis dari statemen rancu seperti itu, ada banyak
karya penulis Minang yang bukan saja bermutu, bahkan cukup berkibar. Satu
contoh saja adalah karya-karya Gustafrizal Busra (dengan nama Gus tf Sakai
kalau menulis prosa, dan hanya Gus tf saja kalau menulis puisi).

Kumpulan cerpen Gus tf Sakai,* Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta* (1999)
misalnya, memenangi Lontar Literary Award 2001 dan diterjemahkan oleh
Yayasan Lontar yang dimotori pegiat sastra John McGlynn ke dalam bahasa
Inggris dengan judul* The Barber and Short Stories*. Antologi itu
diterjemahkan oleh Justine Fitzgerald, Anna Nettheim dan Linda Owens.
Menurut ambo, belum tertutup kemungkinan pada 20-40 tahun lagi,* The Barber
and Short Stories* ini juga bisa masuk dalam nominasi Nobel Sastra, seperti
peristiwa dua hari lalu saat cerpenis Kanada Alice Munro (82 tahun)
terpilih sebagai penerima Nobel Sastra. Wallahu a'lam.

Lalu kumcer yang sama, pada tahun 2004 memenangi SEA Write Award dari
Kerajaan Thailand. Apakah ini bukan indikator sebuah "mutu", apapun
definisi teknisnya. Barangkali DM lupa dengan capaian artistik dari karya
Gus tf Sakai ini.

3. Dari generasi penulis Minang yang lebih yunior ada Ahmad Fuadi, anggota
Palanta RN ko pulo. Trilogi *Negeri 5 Menara* nan ditulih Adi memang bisa
menjadi perdebatan jika ditakar dari sisi kritik sastra. Tapi fakta bahwa
lewat novel itu Adi terpilih sebagai peserta The Bellagio Project dari The
Rockefeller Foundation yang memberikan program* writer in residence* selama
sebulan di Italia, tahun lalu, setelah disaring dari ratusan aplikan dari
seluruh dunia, juga menunjukkan adanya "mutu" yang tidak main-main dalam
karya Adi. Yayasan Rockefeller tentu tidak akan sembarangan memberikan
kesempatan istimewa itu jika karya Adi biasa-biasa saja.

4. Jadi memang, menarik dinanti (kalau mungkin) apa yang sebenarnya
dimaksud DM dengan "tidak ada karya yang bermutu" itu. Sebab perbedaan
indikator dan parameter, bisa membuat hasil pengamatan berbeda. Ini hukum
universal yang tidak hanya berlaku di dunia sains, juga di ranah sastra.

Wassalam,

ANB
45, Cibubur




Pada 12 Oktober 2013 21.43, Andiko <andi.ko...@gmail.com> menulis:

> Mutu Karya Sastra Sumbar 30 Tahun Terakhir Dipertanyakan
>
> 10 October 2013 21:01 | • Wartawan : Redaksi padangtoday • Editor :
> Redaksi Padang Today • Dibaca : 176 kali
>
> http://padangtoday.com/today/detail/49169
>
> Sastrawan Sumatera Barat Darman Moenir kembali mempertanyakan mutu karya
> sastra Sumatera Barat 30 tahun terakhir. Sepanjang 30 tahun itu, menurut
> Darman Moenir, karya-karya sastra yang terbit di Sumatera Barat “tidak ada”
> yang bermutu.
>
> Pernyataan Darman Moenir itu disampaikannya dalam kegiatan Dialog Sastra
> bertajuk “Menyoal Kebermutuan Karya Sastra Sumatera Barat” yang digelar
> UPTD Taman Budaya Sumatera Barat, Kamis (10/10), di Galeri Seni Rupa Taman
> Budaya Sumatera Barat di Padang. Diskusi itu dihadiri kalangan sastrawan,
> seniman, budayawan, akademisi, pengamat sastra, dan sejumlah penulis muda.
>
> Apa yang disampaikan Darman Moenir itu, sudah pernah dipolemikkan di salah
> satu koran harian terbitan Padang pada tahun 2011 silam. Di koran itu,
> tercatat sepuluh penulis merespon esai yang ditulis Darman Moenir, yaitu
> Devy Kurnia Alamsyah, Sudarmoko, Elly Delfia, Muhammad Subhan, Nelson Alwi,
> Heru Joni Putra, Romi Zarman, Esha Tegar Putra, dan Andika Dinata. Para
> perespon terdiri dari kalangan akademisi, kritikus, pengarang, dan pengamat
> sastra.
>
> Walau begitu, dalam dialog sastra di Taman Budaya Sumatera Barat dengan
> narasumber Darman Moenir (Sastrawan), Romi Zarman (Kritikus), Zelfeni Wimra
> (Pengarang), dan moderator Nasrul Azwar, Darman Moenir tidak sedikitpun
> membahas apa standarisasi mutu yang dimaksud dan karya sastra siapa yang
> dianggapnya tidak bermutu itu. Darman Moenir “menyapu rata” semua karya
> sastra (khususnya novel) yang dihasilkan penulis/pengarang Sumatera Barat
> kurun 30 tahun terakhir tidak ada yang bermutu.
>
> “Saya tahu dan membaca sejumlah novel pengarang dari Sumatera Barat yang
> terbit 30 tahun terakhir, tetapi itulah, maaf, mutu novel-novel itu pantas
> dipertanyakan,” kata Darman Moenir yang pada tahun 1980 novelnya berjudul
> “Bako” memenangkan Hadiah Utama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian
> Jakarta (DKJ).
>
> Pernyataan Darman Moenir itu mengundang reaksi sejumlah penanggap, di
> antaranya Hermawan (akademisi). Hermawan meminta para narsumber untuk
> mendefinisikan “mutu” yang menjadi tajuk diskusi dan apa standarisasi mutu
> yang dimaksud. “Apa seperti ada angka-angkanya begitu? Coba ini kita
> dudukkan dulu,” tanya Hermawan. Namun hingga dialog berakhir, tak seorang
> pun di antara narasumber, termasuk Darman Moenir yang memberikan jawaban
> memuaskan soal standarisasi karya sastra yang “bermutu” itu.
>
> Penyair Senior Sumatera Barat Rusli Marzuki Saria turut memberikan
> pandangannya. Menurutnya, budaya kritik sastra di Sumatera Barat belum
> tumbuh begitu baik. Karya sastra yang terbit nyaris tidak diomongkan.
> “Selama ini nyaris tidak ada diskusi sastra di Taman Budaya Sumatera Barat.
> Karya sastra Sumatera Barat tumbuh tanpa kritik,” ujarnya.
>
> Irzen Hawer, salah seorang pengarang novel asal Kota Padangpanjang pada
> kesempatan itu juga menyatakan kurang sependapatnya dengan apa yang
> disampaikan Darman Moenir. Menurutnya, kerja kepengarangan dan kerja kritik
> dua hal yang berbeda. “Sebagai pengarang tugasnya telah selesai,
> menghasilkan karya sastra. Kemudian, para kritikuslah yang menentukan
> kebermutuan karya sastra itu. Tapi sayangnya, kita belum melihat kritikus
> Sumatera Barat mengkritisi substansi karya sastra yang terbit selama ini,”
> paparnya.
>
> Alizar Tanjung, seorang penyair muda Sumatera Barat punya pandangan lain.
> Menurutnya, agar jelas bermutu-tidaknya karya sastra Sumatera Barat, harus
> ada lembaga memfasilitasi diskusi buku dengan mengundang pihak-pihak yang
> berkompeten membahas mutu karya sastra tersebut. Dia mengusulkan Taman
> Budaya Sumatera Barat mengagendakan diskusi buku, khusus untuk buku-buku
> yang terbit dari tangan pengarang Sumatera Barat.
>
> “Pihak penyelenggara harus membeli buku itu, dibagikan kepada peserta
> diskusi, dan diberikan waktu untuk membacanya, lalu dibahas isinya di
> kesempatan lain secara bersama-sama. Ini tawaran saya,” kata Alizar Tanjung
> yang bergiat di Komunitas Rumah Kayu Padang.
>
> Sementara itu, Muhammad Subhan, pegiat Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia
> yang juga berbagi pendapat pada kesempatan itu mengatakan, walau Sastrawan
> Darman Moenir tidak memberikan apresiasi positif terhadap perkembangan
> karya sastra Sumatera Barat 30 tahun terakhir, dia berharap harus ada
> apresiasi terhadap karya-karya yang lahir dan terbit itu.
>
> “Suka tidak suka, sepakat tidak sepakat, saya kira kita tetap harus
> memberikan apresiasi kepada karya sastra yang terbit di Sumatera Barat
> kurun waktu 30 tahun terakhir itu,” ujarnya.
>
> Soal kebermutuan karya sastra, menurut Muhammad Subhan, lebih
> diserahkannya kepada pembaca (termasuk kritikus). Katanya, pembaca adalah
> hakim yang menentukan bermutu-tidaknya karya sastra.
>
> “Saya kira, sastra itu bersifat multitafsir, siapa pun boleh
> menafsirkannya. Tidak ada tafsir tunggal dalam memahami karya sastra. Dan,
> lebih jauh dari itu, pembaca kita hari ini sudah cukup cerdas, tidak bisa
> didekte, dan hak mereka untuk menentukan, membaca, dan menilai mutu isi
> buku yang dibacanya,” tambah Muhammad Subhan.(*)
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke