Sanak Palanta

Adokah nan kenal secara pribadi jo Pak Marah Roesli ko, tantu banyak 
kisahnyo

Salam

andiko


“Memang Jodoh”: Kado Marah Rusli Untuk Istri Tercinta

RDA   Senin, 22 Juli 2013, 13:00 WIB Share on twitter Share on print
0
 
http://mizanmag.com/baca/memang-jodoh-kado-marah-rusli-untuk-istri-tercinta.html#.UpDvNGQY37U

Peluncuran buku terakhir Marah Rusli, ``Memang Jodoh``.

MIZANMAG.COM - Cuaca mendung dan udara yang sejuk membuat suasana di sore 
itu semakin syahdu. Lingkungan yang asri dan hijau, diiringi alunan musik 
yang lembut dari para pemain akustik dari Rumah Musik Harry Roesli, membuat 
para pengunjung semakin terbuai oleh suasana sore itu.
 
Sore itu (21/7), adalah saat yang penting bagi keluarga besar Marah Rusli, 
juga bagi sejarah kesusasteraan Indonesia. Bertempat di Teater Salihara, 
Jakarta Selatan, bersama seratusan pengunjung lainnya, mereka menantikan 
detik-detik perilisian novel terbaru berjudul Memang Jodoh, yang sekaligus 
novel terakhir Marah Rusli, pengarang yang bergelar Bapak Roman Indonesia 
ini.
 
Bagaimana mungkin Marah Rusli, yang telah meninggal sekitar 45 tahun yang 
lalu, bisa menerbitkan sebuah novel baru?
 
Disinilah letak keunikan novel, yang merupakan semi-autobiografi dari 
sastrawan besar Indonesia angkatan Balai Pustaka itu. Memang Jodoh adalah 
kisah yang ditulis Marah Rusli sebagai hadiah untuk sang istri tercinta, 
Raden Ratna Kancana, di ulang tahun ke-50 pernikahan mereka. Meskipun 
diterbitkan paling akhir, novel ini adalah novel yang menginspirasi karya 
Marah Rusli selanjutnya, yaitu Sitti Nurbaya yang termashur itu.
 Artikel Terkait :

7 Orang yang Terkenal Setelah Pergi ke Alam Baka
Muslim Slowakia: Impian dan Tantangan di Negara Tanpa Masjid (Bagian 2)
“Frankenstein” Novel Horor Terhebat Sepanjang Masa
6 Langkah untuk Makan Sehat
Sebelum Mengundurkan Diri, Baca Dulu Surat Ini
Acara yang berlangsung di Teater Salihara, Jakarta Selatan, itu dibuka 
dengan musikalisasi puisi oleh kelompok 57kustik dari Rumah Musik Harry 
Roesli, seniman yang juga merupakan cucu Marah Rusli. Lantunan puisi yang 
dibawakan dengan indah seolah menyihir pengunjung. Apalagi,  salah satu 
puisi yang dinyanyikan sore itu adalah puisi Marah Rusli, yang juga 
terdapat di dalam novel Memang Jodoh ini.
 
Dipandu oleh Anton Kurnia sebagai moderator, dan mengundang tiga pembicara 
yaitu Rully Roesli (cucu Marah Rusli), Remy Silado, dan Fira Basuki. Rully 
Roesli, dokter yang sekaligus penulis dan juga merupakan cucu Marah Rusli, 
menjelaskan latar belakang penerbitan novel ini.
 
Kenapa butuh waktu lebih dari 50 tahun, dari awal penulisan hingga 
penerbitan novel? Apa alasan Marah Rusli memberi wasiat bahwa novel ini 
hanya boleh diterbitkan 50 tahun setelah cerita ini ditulis, yaitu di 
sekitar tahun 1961?
 
Tentu saja ada alasan dibalik wasiat itu. Kisah ini diangkat dari kisah 
nyata Marah Rusli, yang pernikahannya ditentang oleh keluarganya, yang 
masih memegang adat Minangkabau dengan begitu kuatnya. Itu sebabnya, 
tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita ini sebagian besar adalah nyata. Nama 
mereka memang disamarkan, tetapi Marah Rusli tidak ingin menyakiti hati 
siapapun yang karakternya ia gunakan sebagai tokoh dalam novelnya. Ia 
memang tidak setuju dengan adat Minang, khususnya mengenai pernikahan dan 
jodoh, yang sejatinya memang bukan urusan manusia dan keluarga belaka, tapi 
itu bukanlah alasan untuk menyakiti hati mereka. Untuk itu, ia berwasiat 
agar novel ini jangan diterbitkan hingga 50 tahun kemudian, karena ia 
beranggapan bahwa ketika itu, tentunya tokoh-tokoh nyata yang digunakannya 
telah meninggal dunia.
 
Remy Sylado, sastrawan Indonesia, menyatakan bahwa meskipun bahasa yang 
digunakan sudah bukan merupakan bahasa yang populer di kalangan masyarakat 
Indonesia, yang kini banyak menggunakan bahasa gaul, dsb., novel ini tetap 
memberikan khasanah sendiri bagi kesusasteraan Indonesia. Sementara itu, 
Fira Basuki mengingat mendiang suaminya setelah membaca novel ini. 
Pernikahan Fira juga sempat ditentang keluarga, karena perbedaan umur dan 
pendidikan di antara keduanya.
 
Pada masa sekarang ini, pernikahan adat mungkin sudah bukan merupakan hal 
yang aneh, meskipun tetap bisa juga kita temukan. Meskipun demikian, 
tantangan yang dihadapi Marah Rusli satu abad yang lalu tentunya lebih 
besar dibandingkan saat ini. Ia, yang merupakan orang Minang dan juga 
keturunan bangsawan, harus menikah dengan perempuan yang telah ditentukan 
oleh keluarga. Namun, Marah Rusli yang juga berprofesi sebagai dokter hewan 
selain sebagai penulis ini, menentang tradisi itu, demi menikahi perempuan 
yang dicintainya, seorang gadis Sunda bernama Raden Ratna Kancana.
 
Seperti apakah novel terakhir Marah Rusli yang telah diterbitkan oleh 
penerbit Qanita Classic ini? Temukan sendiri jawabannya dalam novel setebal 
525 halaman ini. (***)

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke