Assalamu'alaikumWW

Sanak sapalanta n.a.h,   

Bagi warga RN yang sudah tergolong ‘senior citizen’, yang telah melintasi 
beberapa zaman di negeri ini, tentunya dapat melihat secara lebih  jernih 
proses pertumbuhan dan perkembangan Indonesia sebagai suatu Negara dan 
bangsa ; dibandingkan dengan kaum muda yang hanya mendengar dan 
menginterpretasikan kisah-kisah masa silam itu.

Saya  sendiri masih punya kenangan sebagai kanak-kanak di masa perjuangan 
kemerdekaan, mengalami masa demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin bung 
Karno, Orde Baru, dan Orde Reformasi yang masih terus berlangsung sampai 
saat ini.

Masa perjuangan kemerdekaan adalah masa perang yang ditandai dengan 
serangan Belanda pada Clash Pertama dan Kedua.  Ini adalah kisah perang 
dengan kekuatan yang tidak sebanding., yang syukurnya bisa diimbangi dengan 
upaya dioplomatik.

Tahun 50an di muka pertokoan di Jakarta pengemis masih tidur bergeletakan 
beralaskan karton bekas, dan siangnya mengais makanan di tong sampah 
restoran. Gerombolan Mat Item bergentayangan di pinggiran Jakarta, RMS 
berontak di Maluku, DI/TII beroperasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan 
Sulawesi Selatan, SMA masih bisa dihitung dengan jari tangan di kota-kota 
besar, Perguruan Tinggi baru beberapa buah di kota-kota tertentu, pasar dan 
toko-toko masih berupa peninggalan zaman Belanda dulu,parlemen berganti 
tiap sebentar.

Zaman Demokrasi Terpimpinnya  bung Karno ditandai dengan Dekrit kembali ke 
UUD 45, rakyat dicekoki dengan konsep Manipol-USDEK, PKI makin berkuasa, 
pemerintahan bersifat otoriter dibawah pimpinan Panglima Besar 
Revolusi/Presiden Seumur Hidup. Agitasi dan Propaganda ala Negara komunis 
jadi santapan harian : ganyang Nekolim, ganyang Malaysia, ganyang Manikebu, 
bebaskan Irian Barat, dll. PRRI-PERMESTA ditumpas abis. Dengan ekonomi 
BERDIKARI bahan baju hanya buatan RATATEX (Rahman Tamin Textil), beras 
antri, mahasiswa dan organisasi masyarakat jorjoran buat grup drumband. 
Melawan Sukarno terang-terangan atau sembunyi-sembunyi berarti masuk 
penjara tanpa diadili. 

Zaman Orde Barunya pak Harto pembangunan ekonomi mengebu gebu. 
Infrastruktur dibangun di seluruh Indonesia, mulai dikenal konglomerat Cina 
dan melayu, penguasaan ekoomi yang timpang, KKN (kolusi, kroni, dan 
nepotisme) mulai terasa menyakitkan hati dan perasaan. Lawan-lawan politik 
juga dihabis, dwifungsi ABRI yang  tidak ada yang bisa mencegahnya.

Zaman Reformasi terasa membawa angin segar. Presiden Habibi, Megawati, Gus 
Dur dan SBY punya kontribusi masing-masing untuk mulai mengembangkan 
demokrasi yang sehat di Indonesia.

Bagi saya yang merasakan melintasi semua jaman diatas, satu hal dapat saya 
simpulkan : hari inilah saat-saat terbaik  dari pertumbuhan Indonesia. 
Tidak ada rasa takut, dwifungsi ABRI sudah tidak ada, aspirasi politik 
ditampung melalui sejumlah partai politik, seseorang tidak bisa ditahan 
atau dilenyapkan tanpa dasar hukum yang jelas, pimpinan Negara dan daerah 
dipilih secara langsung oleh rakyat, DPR dapat menjalankan fungsinya, KPK 
bisa menahan para koruptor sampai ke level menteri dan gubernur (ini belum 
pernah (!) terjadi sejak Indonesia merdeka) dan mereka diadili secara 
terbuka dan punya hak penuh membela diri. 

Tentunya belum semuanya indah dan memuaskan. Masih banyak kekurangan di 
sana sini. Yang penting, semuanya masih berproses kea rah yang lebih baik.

Bertolak dari perjalanan sejarah diatas, saya pribadi memang tidak dapat 
memahami jika umpamanya ada pihak yang menginginkan Sumbar memisahkan diri 
dari NKRI gara-gara RUU Desa yang hebatnya belum dibaca dan ditelaah secara 
arif dan bijaksana. Isu SILOAM dan kristenisasi  ternyata mampu memecah 
urang awak jadi 3 kelompok : pro, kontra, abstain. Malahan satu pihak ada 
yang mencap pihak lainnya sebagai ‘layak dishalatkan’ atau layak 
dikeluarkan jadi warga Minang. Di palanta ini sekarang mulai pula 
dihembuskan isu oligarki dengan bahasan yang melebar kemana-mana. Caci maki 
menjadi bahasa dan bahasan sehari hari. Yang tua-tua (yang mestinya 
mengalami dan merasakan perjalanan sejarah bangsa diatas) ikut atau 
mengikutkan diri memanaskan suasana dengan analisa-analisa yang emosional. 

Quo Vadis Minangkabau (pertanyaan ini juga pernah saya kemukakan di RN) ? 
Di satu sisi ranah Minang punya permasalahan pelik yang sulit dicarikan 
jalan keluarnya : perkembangan ekonomi yang stagnan atau malahan mundur, 
penyakit masyarakat yang seperti tidak bisa diatasi (PSK, HIV/AIDS, 
korupsi, kriminalitas dll), alternatif solusi yang tidak juga bisa 
ditemukan, serta ancaman bencana alam gempa dan tsunami  yang siap terjadi 
sewaktu-waktu. Menurut saya (karena kita bisa berbeda pendapat), akibat 
dari semua ini jauh lebih mengerikan daripada ‘potensi’ kristenisasi  atau 
oligarki, karena dapat menimpa siapa saja, yang bersalah atau tidak 
bersalah.

Dalam membina kekompakan untuk menghadapi masalah bersama, terkadang perlu 
diciptakan ‘musuh bersama’ secara arif, bijaksana, taktis, dan strategis. 
Karena jika ‘musuh bersama’ ini tidak tepat dalam memilihnya, yang 
diperoleh adalah perpecahan besar, saling membenci, saling bersuuzhan, 
dll.; sedangkan kemiskinan, keterbelakangan, kemerosotan moral, gempa dan 
tsunami  siap untuk menimbulkan azhab yang teramat pedih. 

Kembali ke pokok pembahasan diatas, saya dengan segala kerendahan hati 
memohon agar para ‘senior citizen’  yang telah banyak makan asam garam 
kehidupan, sudah menjadi pakar di bidangnya masing-masing, agar lebih 
banyak berfungsi sebagi ‘rem’ dan bukan menjadi ‘gas’ dalam menyikapi 
hal-hal yang berpotensi untuk menjadi perpecahan ini.

Jika kita ingin menghindarkan oligarki dll, marilah secara cerdas kita 
menggunakan hak pilih kita dalam proses berbagai pemilihan pemimpin, dan 
dalam posisi dan kapasitas kita masing-masing  ikut dalam proses pematangan 
dan penyempurnaan sistim demokrasi di negeri ini. Tahun 1914 adalah tahun 
pemilihan dan tahun penentuan.

 

Maaf dan wasalam,

 

Epy Buchari

L-70

Ciputat Timur.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke