Salam dokter Rahyus, 
pak Saaf nan ambo hormati dan sanak sapalanta nan di rahmati Allah. 

Ambo setuju jo pandapek dokter.. terlalu berlebihan untuk menilai urang minang 
untuk bersatu. Salamoko  di Palanta ko..., kalau lah bertujuan untuk " wa tawa 
shaubil haq watawa shaubil shabr " lai tampak kebersamaannyo. 

Tapi jiko mambahas " KUCIANG BALANG " .. iyo indak akan samo doh... Kok ado nan 
batanyo : 
" apo itu kuciang balang ? 
" manga jo jadi kuciang balang, 
" dima kuciang balang tuh ado ?.  
" kuciang balang kan kuciang juo ! Walaah..
Co kiek dosen batanyo ka Mahasiswanyo  jelang  1/2 jam lebih pintar dari 
mahasiswa. iyo awak nan jadi mahasiswa mangalah sajo dulu. Ka baa juo lai...

Kita orang Minang bisa bersatu !, tapi kendalanyo, sumber daya nan tasadio di 
awak nan selalu jadi masalah. Entah itu uang -- sdm -- kiek karajo -- dll. Dek 
awak ko sadonyo sadang mangakeh.. Labiah labiah nan mudo mudo atau usia 
produktif. 

Jadi manuruik ambo .. masih ado harapan. 

Baitulah pandapek ambo.

Salam,
 
3vy Nizhamul
(Kawasan Puspiptek, Kota Tangerang Selatan)






Pada Jumat, 28 Maret 2014 7:19, Andrinof A Chaniago <andri...@gmail.com> 
menulis:
 
Asslmlkm, Pak Saaf.
Semoga bertambah para dunsanak yang merenungkan tulisan pendek tapi padat dari 
Pak Saat di bawah.
Salam hormat,

Andrinof A Chaniago (L/52-)





2014-03-28 5:39 GMT+07:00 Saafroedin Bahar <drsaafroedin.ba...@gmail.com>:

Assalamualaikum w.w. para sanak sekalian. Di bawah iko ambo posting baliak 
surek ambo ka pakguruonline tahun 2006 nan lalu. Sasudah ambo baco-baco rasonyo 
maisih relevan untuak maso kini, karano sampai kini kito kan alun juo bisa 
bersatu lai. Samantaro tu nan dii urang lalu juo.
>Sekedar untuak dikunyah-kunyah, Kok bamanfaat silakan ditindaklanjtui, kok 
>diraso indak, anggap indak ado sajo.
>
>
>-- 
>
>Dr.Saafroedin Bahar
>Male, 77 yrs, Jakarta
>
>
>Pakgururuonline,
22 Oktober 2006.
> 
>Waalaikumsalam
w.w. Dunsanak Zulifikri dan para netters,
> 
>Sambil
mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1427, saya menyampaikan
terima kasih atas pendapat Dunsanak, bahwa 'penyakit' tak mau bersatu itu bukan
hanya terdapat pada urang Minang, tetapi juga pada bangsa Indonesia secara
menyeluruh, dan faktor peyebabnya adalah metode mengajar yang mendorong
anak-anak untuk bersifat nafsi-nafsi, saling 'ma-ikik-i'. Saya setuju dengan
saran dunsanak agar anak-anak kita didik dengan metoda yang lebih mendorong
kebersamaan. 
> 
>Namun
ada masalah yang belum terjawab, yaitu bagaimana
kita menerangkan demikian kuatnya solidaritas etnik di antara dunsanak kita
urang Aceh, urang Batak, urang Sunda, urang Dayak, urang Madura, atau urang
Papua ? Solidaritas mereka ini bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam
perbuatan ! Mereka kan juga dididik dengan didaktik dan metodik yang
sama dengan orang Minang ? Jadi mungkin ada 'faktor x' pada urang Minang, yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk hidup bersama itu demikian menonjol, dan
kebersamaan itu demikian musykil untuk terwujud sebelum 'faktor x' itu
dirapikan terlebih dahulu. Saya telah mencoba membolak
balik masalah ini, ujung-ujungnya kembali juga ke sistem nilai dan struktur 
sosial
yang selain bukan saja memang tidak dirancang untuk bersatu tetapi juga
demikian resisten untuk bersatu. Saya sedang memikir-memikir faktor apa
yang menyebabkan hal itu. Sudah ada sih sekedar hipotesa, tapi biar saya simpan
saja dulu. Sekedar sebagai perbandingan, saya menemukan hal yang sama pada suku
Kerala di India (tentang mereka ini silakan lihat keterangannya di internet;
saya mengutipnya dalam buku yang saya tulis bersama dengan Ir Mohammad Zulfan
Tadjoeddin MA).
> 
>Apa
mungkin 'faktor x' ini diatasi ? Jelas mungkin, dan sudah mulai dirintis
sejak tahun 1945, yaitu dalam format negara kesatuan Republik Indonesia, dengan
dasar negara Pancasila. Kita sukar bersatu sebagai urang Minang, karena kita
lebih merasa sebagai urang Solok, urang Sulik Aia, urang Pariaman, atau urang
Payakumbuh, namun mau tidak mau kita harus merasa menjadi orang Indonesia yang
diikat dan terikat oleh hukum hukum positif nasional. Kita malah baru merasa
menjadi urang Minangkabau di antara demikian banyak -- 1,072 pada Sensus tahun
2000 -- etnik-etnik lainnya di Indonesia. Ringkasnya,
kita harus menepuh 'jalan berbelok' ('detour')  untuk menjadi urang
Minangkabau, yaitu dengan melalui jalan menjadi urang Indonesia terlebih
dahulu. Ini yang belum banyak di-'explore' oleh tokoh-tokoh Minang, dan
yang saya coba untuk mendayagunakannya, kalau mungkin. Sekedar catatan,
itu juga yang mungkin menyebabkan kita menjadi pendukung negara kesatuan yang
gigih. 
> 
>Sekian
dahulu.
> 
>Wassalam,
>Saafroedin
Bahar.
> 
-- 
>.
>* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
>wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
>* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>===========================================================
>UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>* DILARANG:
>1. Email besar dari 200KB;
>2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
>3. Email One Liner.
>* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
>mengirimkan biodata!
>* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
>subjeknya.
>===========================================================
>Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
>http://groups.google.com/group/RantauNet/
>--- 
>Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
>Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
>email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke