Adidunsanak di Palanta nah!

Terlampir berita tentang kuliner Minang sedang duteliti untuk menjadi ikon 
wisata (rendang baru populer melalui CNN). Berita ini sudah dimuat di 
Singgalang dan Koran Metro Andalas (tampek ambo kini bergabung).

Dek karano Uda Raseno Arya (urang awak di Kemenparekraf) beralih tugeh promosi 
dari Kasubdit Promosi Wisata Wilayah Sumatra menjadi Kapuslitbang Kebijakan 
Ekonomi Kreatif (eselon II), maka salah seorang arsitek Tour de Singkarak ko 
mencoba mengangkat tiga kuliner Minang menjadi ikon wisata kuliner sumbar dan 
Indonesia. Mudah2an ado masukan dari nan rami dan nanti ambo sampaikan ka 
beliau.

Salam

AL/51, Bandara Soetta

-------------------------

Gulai Cubadak, Rendang dan
Asam Padeh Jadi Ikon Wisata

JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, akan mengangkat masakan 
Gulai Cubadak (Sayur Nangka), Rendang dan Asam Padeh dari Ranah Minang untuk 
menjadi 3 dari 30 ikon wisata kuliner Indonesia di masa mendatang.

Karena itu, mulai Selasa (1/4) hingga Jumat (4/4) ini, Tim dari Kementerian 
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dipimpin langsung Kepala Pusat Penelitian 
dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif, Raseno Arya, SE, MM, akan 
mengadakan penelitian tiga jenis masakan tradisional tersebut dan dipusatkan di 
Tanah Datar.

"Insya Allah, mulai hari ini kami akan melakukan penelitian bagi jenis makanan 
tradisional tersebut untuk kemudian dikembangkan menjadi ikon wisata kuliner 
Indonesia dari Ranah Minang," kata Raseno kepada pers di Jakarta, kemarin.

Menurut salah seorang arsitek Tour de Singkarak (TdS)  ini, Kementerian 
Parekraf sebenarnya sudah menetapkan 30 kuliner jenis di seluruh Indonesia 
untuk menjadi ikon pariwisata nasional, termasuk di dalamnya tiga kuliner dari 
Ranah Minang tersebut.

Meski Rendang sudah menjadi masakan terkenal di dunia, namun untuk ikon 
utamanya adalah nasi tumpeng. Sementara rendang dan masakan lain menjadi menu 
penyerta dari nasi tumpeng dan jenis makanan lain seperti nasi, roti dll.

Raseno yang sehari-hari juga Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas 
Andalas itu, menambahkan bahwa penelitian kali ini adalah untuk mencari dampak 
industry kuliner nusantara terhadap eknomi dan identitas budaya lokal.

Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dengan keragaman budaya, kata dia, 
tentunya masing-masing daerahnya mempunyai jenis masakan tradisional yang 
merupakan potensi bahan pangan atau makanan lokal yang bisa diberdayakan 
menjadi usaha ekonomi yang menguntungkan untuk kesejahteraan.

Ranah Minang yang terkenal dengan ragam budayanya yang unik, juga memiliki 
bermacam citarasa dan jenis kuliner yang mampu mengubah selera nasional dan 
bahkan dunia. Itulah sebabnya, wisatawan yang datang ke daerah ini selain untuk 
menikmati keindahan alam juga untuk menikmati keenakan kuliner tersebut.

Sayur Nangka dan Asam Padeh

Lebih lanjut dalam penjelasannya, Raseno menuturkan bahwa selain rending, Sayur 
Nangka yang dalam bahasa Minangnya dikenal dengan "gulai cubadak" dan "asam 
padeh", baik asam pedas ikan segar atau asam pedas daging dengan kentang, 
adalah kuliner yang banyak disukai dan bahan bakunya ada di mana-mana, termasuk 
di luar negeri.

"Inilah yang menarik bagi kita untuk segera mengembangkannya sehingga ketiga 
jenis makanan itu bisa lebih mendunia lagi, sehingga otomatis Ranah Minang ini 
makin dikenal orang di mancanegara," ujar Raseno.

Menurut dia, ketika pelaksanaan Tour de Singkarak mulai tahun pertama hingga 
tahun kelima 2013 lalu, para pembalap dan official dari luar negeri juga sangat 
menikmati sajian asam padeh, rending dan gulai cubadak. Hari ini, di 
kampung-kampung, kata Raseno, kombinasi sajian mangakanan rending, asam padeh 
dan gulai cubadak itu sangat digemari karena memiliki citarasa yang saling 
mendukung.

Karena itu, kata Raseno, Kemenparekraf ingin meneliti lebih jauh, apa kaitan 
kuliner ini dengan budaya lokal setempat. Dari sejarahnya, kata Raseno, masakan 
tradisional yang saat ini berkembang di banyak daerah atau pulau apakah benar 
mendapat pengaruh asing melalui perdagangan  seperti dari  India, Tiongkok, 
Timur Tengah, dan Eropa.  Kita harus mengakui bahwa pada dasarnya tidak ada 
satu bentuk tunggal "masakan Indonesia", tetapi lebih kepada keanekaragaman 
masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh kebudayaan Indonesia serta 
pengaruh asing.

"Model-model masakakan dan kaitannya dengan budaya itulah yang ingin kita 
ketahui lebih jauh, sehingga nantinya kuliner ini bisa diperkenalkan kepada 
dunia," pungkas Raseno, sembari menambahkan, tingkat kesehatan suatu jenis 
makanan itu juga akan dipelajari dalam penelitian tersebut. (al)

 
Powered by Telkomsel BlackBerry(R)

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke