Sejarah dibuat oleh orang yang punya interest. Jadi batua bana observadi Letjen MM itu. Bagaimana sejarah merdeka negara ini dimulai oleh pesantren2 coba dihapuskan oleh orang yg mau merobah. On 1 May 2014 20:10, "Muchwardi Muchtar" <muchwa...@rantaunet.org> wrote:
> Pak DC, tampaknya agak babedo jo Pak Emil di bawah jo, yo? Atau data dari > Nyiak Google ko dibuek bak katonyo surang dek Editor MERDEKA.COM kantuik > tu? Paneh pulo rasonyo hati ambo, indak saketek pun disingguang atau > disabuik singkok kato-kato Kotogadang, Bukiktinggi atau Sumatra Barat. > > > Ukh....!!!! > > Salam............................., > > > *mm*** * > > > *Emil Salim* > > <http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emil-salim/><http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emil-salim/foto/> > ------------------------------ > > Nama Lengkap : *Emil Salim* > > Tempat Lahir : *Lahat | Sumatera Selatan……………………..?* > > Tanggal Lahir : *Minggu, 8 Juni 1930 * > > Zodiac : *Gemini* > > > Istri : *Roosminnie Roza * > Anak : *Amelia Farina *, *Roosdinal Ramdhani* > > BIOGRAFI > > Professor Dr. Emil Salim merupakan seorang ahli ekonomi kelahiran > Sumatera Selatan (?). Ia dulu mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi > Universitas Indonesia pada tahun 1959. Ia lalu berhasil meraih gelar PhD > bidang ekonomi dari University of California sebelum akhirnya memutuskan > kembali ke Indonesia untuk mengajar ekonomi di Universitas Indonesia ada > tahun 1964. > > Pada tahun 1974, ia terpilih menjadi profesor perkembangan ekonomi di > Universitas Indonesia. Ia sering mengikuti dan terlibat dalam beberapa > posisi penting di pemerintahan Indonesia seperti tim pengembangan ekonomi > masa Presiden Soeharto (1966), anggota tim penasehat Menteri Sumber Daya > Manusia (1967-1968), pemimpin tim teknis Kelompok Stabilitas Ekonomi dan > seorang anggota dalam kabinet Gorong Royong (1967-1969). Pernah pula ia > menempati posisi sebagai wakil pemimpin Bappenas, Menteri transportasi, > Menteri lingkungan hidup (1978-1983), dan yang terkini adalah ia > mengabdikan diri kepada Susilo Bambang Yudhoyono. > > Profesor Salim merupakan pemimpin di Foundation for Sustainable > Development dan Kehati Foundation di lingkungan warga negara Indonesia yang > tinggal di Amerika Serikat. > > Pada bulan Juli 2011, World Bank mengumumkan sebuah review bebas yang > dinamakan Extractive Industries Review. Dr. Salim turut hadir dan > berkontribusi terhadap penandatanganan review tersebut. Dr. Salim juga > membuka kesempatan konsultasi untuk para penanggungjawab pada tahun 202 dan > 2003. Hasil review tersebut dipublikasikan pada tahun 2004 dalam bentuk > sebuah laporan final berjudul "Striking a Better Balance". > > Riset dan analisa oleh Pilar Asa Susila > > PENDIDIKAN > > - Frobel School, Banjarmasin Europesche Lagere School, Banjarmasin > (1936-1940), Lahat (1940-1942). > - Dai Ichi Syo-Gakko, Palembang (1942-1944). > - Sekolah Menengah Umum Pertama, Palembang (1945-1948). > - Sekolah Menengah Atas I, Bogor (1948-1951). > - Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1951-1958). > - University of California, Berkeley, AS, Department of Economics > (1959-1964),(Master of Arts, 1962; Ph.D, 1964 dengan disertasi berjudul > Institutional Structure and Economic Development). > > KARIR > > - Guru Besar FEUI (1983). > - Asisten Dosen FE UI. > - Dosen, dan selanjutnya guru besar FE UI. > - Tim Penasihat Ekonomi Presiden (1966). > - Anggota DPR GR (1967-1969). > - Anggota Tim Penasihat Menteri Tenaga Kerja (1967-1968). > - Ketua dan Anggota Tim Teknis Badan Stabilitas Ekonomi (1967-1969). > - Dosen Seskoad dan Seskoal (1971-1973). > - Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara > merangkap Wakil Kepala Bappenas (1971-1973). > - Menteri Perhubungan (Kabinet Pembangunan II 1973-1978). > - Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Kabinet > Pembangunan III 1978-1983. > - Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Kabinet > Pembangunan IV-V 1983-1993. > - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN-1999-2000). > - Anggota Dewan Penasihat Presiden (2007-2009). > - Kegiatan lain: > - Anggota Korps Mobilisasi Pelajar Siliwangi (1950). > - Ketua IPPI Bogor (1949). > - Ketua Tentara Pelajar Palembang (1946-1949). > - Ketua Perhimpunan Peningkatan Kebudayaan Masyarakat (1983). > - Anggota Komisi Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa > (Komisi Brundtland) mewakili Asia bersama Saburo Okita dari Jepang > (1984-1987). > - Deputy Chairperson pada Dewan Penasehat Tinggi PBB untuk Pembangunan > Berkelanjutan (1992). > - Anggota Kehormatan Persatuan Insinyur Indonesia (1992). > - Co-chair pada Komisi Dunia untuk Hutan dan Pembangunan Berkelanjutan > (1994). > - Pendiri dan Ketua Yayasan Pembangunan Berkelanjutan. > - Program Kepemimpinan Mengenai Lingkungan dan Pembangunan > - LEAD (1994). > - Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Keragaman Hayati -Kehati (1994) > - Ketua Tim Screening UNDP (1999). > - Anggota Komnas HAM. > - Organisasi: > - Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) Sumatera Selatan > (1946-1949). > - Ketua Tentara Pelajar Palembang (1946-1949). > - Ketua IPPI Bogor dan anggota Korps Mobilisasi Pelajar Siliwangi > (1949). > - PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) 1954. > > PENGHARGAAN > > - Bintang Mahaputera Adipradana (1973). > - Pria Berbusana Terbaik (1980) - Golden ARK (Comandeur) of > Netherlands (1982). > - J Paul Getty Wildlife Concervation Prize (1990) Doctor Honoris Causa > dari University .Kebangsaan Malaysia (1996). > - Zayed International Prize for the Environment dari Uni Emirat Arab > (2006). > - Blue Planet Prize ke-15 dari Yayasan Asahi Glass, Jepang (2006). > > > > ---------- Pesan terusan ---------- > Dari: Darwin Chalidi <dchal...@gmail.com> > Tanggal: 1 Mei 2014 16.03 > Subjek: [R@ntau-Net] (OOT) Keteladanan Haji Agus Salim > Kepada: Darwin Chalidi <dchal...@yahoo.com>, Rantau Net < > rantaunet@googlegroups.com> > > > Subhanallah, semoga Allah memberikan Surga untuk pejuang, pendiri, > pahlawan2 bangsa ini. Aamiin.. > [image: = Ketika Seorang Menteri Mengontrak Rumah (Kisah Nayata)= DI dalam > gang sempit itu, berkelok dari jalan utama, menyelusup gang-gang padat > rumah di Jatinegara terdapat sebuah rumah mungil dengan satu ruang besar. > Begitu pintu dibuka, akan ada koper-koper berkumpul di sudut rumah dan > kasur-kasu digulung di sudut lainnya ruang besar itu. Di sanalah tempat > tidur Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri RI) bersama istri dan > anak-anaknya. Dikontrakkan yang lain, Agus Salim, kira-kira enam bulan > sekali mengubah letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur rumahnya. > Kadang-kadang kamar makan ditukarnya dengan kamar tidur. Haji Agus Salim > berpendapat bahwa dengan berbuat demikian ia merasa mengubah lingkungan, > yang manusia sewaktu-waktu perlukan tanpa pindah tempat atau rumah atau > pergi istirahat di lain kota atau negeri. Begitulah seperti dikisahkan Mr. > Roem, murid dari H. Agus Salim yang juga tokoh Masyumi ini. Anies Baswedan > dalam ‘Agus Salim: Kesederhanaan, Keteladanan yang Menggerakan’ menyebutkan > bahwa H. Agus Salim hidup sebagai Menteri dengan pola ‘nomaden’ atau pindah > kontrakkan ke kontrakkan lain. Dari satu gang ke gang lain. Berkali-kali > Agus Salim pindah rumah bersama keluarganya. “Selama hidupnya dia selalu > melarat dan miskin,” kata Profesor Willem “Wim” Schermerhorn. Wim menjadi > ketua delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati. (Majalah Tempo Edisi > Khusus Agus Salim) Pernah, pada salah satu kontrakkan tersebut, toiletnya > rusak. Setiap Agus Salim menyiram WC, air dari dalam meluap. Sang istri pun > menangis sejadi-jadinya, karena baunya yang meluber dan air yang meleber. > Zainatun Nahar istrinya,tak kuat lagi menahan jijik sehingga ia > muntah-muntah. Agus Salim akhirnya melarang istrinya membuang kakus di WC > dan ia sendiri yang membuang kotoran istirnya menggunakan pispot. Kasman > Singodimedjo (tokoh Muhammadiyah dan Masyumi Ketua KNIP Pertama), dalam > ‘Hidup Itu Berjuang’ mengutip perkataan mentornya yang paling terkenal: > “leiden is lijden” (memimpin itu menderita) kata Agus Salim. Lihatlah > bagaimana tak ada sumpah serapah meminta kenaikan jabatan, tunjangan rumah > dinas, tunjangan kendaraan, tunjangan kebersihan WC, tunjangan dinas ke > luar negeri untuk pelesiran, dll. Saat salah satu anak Salim wafat ia > bahkan tak punya uang untuk membeli kain kafan. Salim membungkus jenazah > anaknya dengan taplak meja dan kelambu. Ia menolak pemberian kain kafan > baru. “Orang yang masih hidup lebih berhak memakai kain baru,” kata Salim. > “Untuk yang mati, cukuplah kain itu.” Dalam Buku ‘Seratus Tahun Agus Salim’ > Kustiniyati Mochtar menulis, “Tak jarang mereka kekurangan uang belanja.” > Ya, seorang diplomat ulung, menteri, pendiri Bangsa yang mewakafkan dirinya > untuk mengabdi kepada Allah, bahwa memimpin itu adalah ibadah. Seorang yang > memilih jalan becek dan sunyi, berjalan kaki dengan tongkatnya dibanding > gemerlap karpet merah dan mobil Land Cruiser, Alphard, dan gemerlap jantung > kota lainnya. Kita tentu rindu sosok seperti mereka, bukan tentang > melaratnya mereka, tapi tentang ruang kesederhanaan yang mengisi kekosongan > nurani rakyat. Ketika Wapres Mohammad Hata tak mampu membeli sepatu > impiannya hingga akhir hayat. Ketika Perdana Menteri Natsir menggunakan jas > tambal, mengayuh sepeda ontel ke rumah kontrakkanya. Ketika Menteri > keuangan Pak Syafrudin yang tak mampu membeli popok untuk anaknya. Semoga > Allah hadirkan mereka, sebuah keteladanan yang mulai memudar di tengah > gemerlap karpet merah Istana dan Senayan. Subhanallah... > --------------------------- Like this And Share ---------------> Kisah Dan > Hikmah Jika Anda tersentuh dengan Kisah di atas, tolong “share” cerita ini > ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada > pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, > terimakasih.]= Ketika Seorang Menteri Mengontrak Rumah (Kisah Nayata)= > > DI dalam gang sempit itu, berkelok dari jalan utama, menyelusup gang-gang > padat rumah di Jatinegara terdapat sebuah rumah mungil dengan satu ruang > besar. Begitu pintu dibuka, akan ada koper-koper berkumpul di sudut rumah > dan kasur-kasu digulung di sudut lainnya ruang besar itu. Di sanalah tempat > tidur Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri RI) bersama istri dan > anak-anaknya. > > Dikontrakkan yang lain, Agus Salim, kira-kira enam bulan sekali mengubah > letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur rumahnya. Kadang-kadang kamar > makan ditukarnya dengan kamar tidur. Haji Agus Salim berpendapat bahwa > dengan berbuat demikian ia merasa mengubah lingkungan, yang manusia > sewaktu-waktu perlukan tanpa pindah tempat atau rumah atau pergi istirahat > di lain kota atau negeri. > > Begitulah seperti dikisahkan Mr. Roem, murid dari H. Agus Salim yang juga > tokoh Masyumi ini. Anies Baswedan dalam ‘Agus Salim: Kesederhanaan, > Keteladanan yang Menggerakan’ menyebutkan bahwa H. Agus Salim hidup sebagai > Menteri dengan pola ‘nomaden’ atau pindah kontrakkan ke kontrakkan lain. > > Dari satu gang ke gang lain. Berkali-kali Agus Salim pindah rumah bersama > keluarganya. “Selama hidupnya dia selalu melarat dan miskin,” kata Profesor > Willem “Wim” Schermerhorn. Wim menjadi ketua delegasi Belanda dalam > perundingan Linggarjati. (Majalah Tempo Edisi Khusus Agus Salim) > > Pernah, pada salah satu kontrakkan tersebut, toiletnya rusak. Setiap Agus > Salim menyiram WC, air dari dalam meluap. Sang istri pun menangis > sejadi-jadinya, karena baunya yang meluber dan air yang meleber. Zainatun > Nahar istrinya,tak kuat lagi menahan jijik sehingga ia muntah-muntah. Agus > Salim akhirnya melarang istrinya membuang kakus di WC dan ia sendiri yang > membuang kotoran istirnya menggunakan pispot. > > Kasman Singodimedjo (tokoh Muhammadiyah dan Masyumi Ketua KNIP Pertama), > dalam ‘Hidup Itu Berjuang’ mengutip perkataan mentornya yang paling > terkenal: “leiden is lijden” (memimpin itu menderita) kata Agus Salim. > Lihatlah bagaimana tak ada sumpah serapah meminta kenaikan jabatan, > tunjangan rumah dinas, tunjangan kendaraan, tunjangan kebersihan WC, > tunjangan dinas ke luar negeri untuk pelesiran, dll. > > Saat salah satu anak Salim wafat ia bahkan tak punya uang untuk membeli > kain kafan. Salim membungkus jenazah anaknya dengan taplak meja dan > kelambu. Ia menolak pemberian kain kafan baru. “Orang yang masih hidup > lebih berhak memakai kain baru,” kata Salim. “Untuk yang mati, cukuplah > kain itu.” > > Dalam Buku ‘Seratus Tahun Agus Salim’ Kustiniyati Mochtar menulis, “Tak > jarang mereka kekurangan uang belanja.” Ya, seorang diplomat ulung, > menteri, pendiri Bangsa yang mewakafkan dirinya untuk mengabdi kepada > Allah, bahwa memimpin itu adalah ibadah. > > Seorang yang memilih jalan becek dan sunyi, berjalan kaki dengan > tongkatnya dibanding gemerlap karpet merah dan mobil Land Cruiser, Alphard, > dan gemerlap jantung kota lainnya. Kita tentu rindu sosok seperti mereka, > bukan tentang melaratnya mereka, tapi tentang ruang kesederhanaan yang > mengisi kekosongan nurani rakyat. > > Ketika Wapres Mohammad Hata tak mampu membeli sepatu impiannya hingga > akhir hayat. Ketika Perdana Menteri Natsir menggunakan jas tambal, mengayuh > sepeda ontel ke rumah kontrakkanya. Ketika Menteri keuangan Pak Syafrudin > yang tak mampu membeli popok untuk anaknya. Semoga Allah hadirkan mereka, > sebuah keteladanan yang mulai memudar di tengah gemerlap karpet merah > Istana dan Senayan. > > Subhanallah... > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: > * DILARANG: > 1. Email besar dari 200KB; > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; > 3. Email One Liner. > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta > mengirimkan biodata! > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > --- > Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google > Grup. > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, > kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. > Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.