Ralat saketek, Thaufick Salim adiak Emil Salim, pernah menjadi dubes di
Tanzania, bukan Thailand.
Thaufick Salim anak bungsu (ke-7), Emil Salim ke-6. Salah seorang kakak
mereka adalah Ferdy Salim, mantan Dubes RI untuk Argentina dan Brunei
Darussalam.
Ferdy Salim ini bapak dari Felia Salim, ekonom muda yang sekarang sering
muncul di TV.

Thaufick, Emil, dan Ferdy adalah anak Pak Baay Salim, mantan Walikota
Palembang jaman Revolusi
(Mungkin Datuk Soda di Palembang bisa cek ada nama jalan Baay Salim di
sana, nah, itu nama ayah Emil Salim).

Wass,

ANB
46, Cibubur




Pada 1 Mei 2014 20.33, Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org> menulis:

> Yang lahir di Kotogadang itu Haji Agus Salim, Mak MM.
> Kalau Emil Salim, keponakan HAS, itu betul kelahiran Lahat, Sumatra
> Selatan. Confirm.
> Adik Emil Salim persis di bawahnyo, banamo Thaufick Salim (pernah jadi
> Dubes Indonesia di Thailand) lahir di Banjarmasin.
> Nah, anak pak Thaufick Salim nan banamo Reta Salim ko tetangga komplek
> ambo. (Suaminyo Idrus Niode, mantan perenang nasional).
> Adiak Reta Salim (anak pak Thaufick) nan laki-laki banamo Randy Salim,
> bakeh penyiar Metro TV angkatan Ralph Tampubolon.
>
> Tapi keluarga Salim ko indak ado hubungan jo aktor sinetron Ferry Salim,
> apolai taipan Sudono Salim a.k.a. Om Liem.
>
> Galak saketek yo, jan bangih-bangih bana ka wartawan Merdeka.com nan indak
> salah tu.
>
> Wass,
>
> ANB
> 46, Cibubur
>
> * * *
>
>
> Pada 1 Mei 2014 17.51, Muchwardi Muchtar <muchwa...@rantaunet.org>menulis:
>
>  Pak DC, tampaknya agak babedo jo Pak Emil di bawah jo, yo? Atau data
>> dari Nyiak Google ko dibuek bak katonyo surang dek Editor MERDEKA.COMkantuik 
>> tu? Paneh pulo rasonyo hati ambo, indak saketek pun disingguang
>> atau disabuik singkok kato-kato Kotogadang, Bukiktinggi atau Sumatra Barat.
>>
>>
>> Ukh....!!!!
>>
>> Salam.............................,
>>
>>
>> *mm*** *
>>
>>
>>  *Emil Salim*
>>
>> <http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emil-salim/><http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emil-salim/foto/>
>>  ------------------------------
>>
>> Nama Lengkap : *Emil Salim*
>>
>> Tempat Lahir : *Lahat | Sumatera Selatan……………………..?*
>>
>> Tanggal Lahir : *Minggu, 8 Juni 1930 *
>>
>> Zodiac : *Gemini*
>>
>>
>> Istri : *Roosminnie Roza *
>> Anak : *Amelia Farina *, *Roosdinal Ramdhani*
>>
>> BIOGRAFI
>>
>> Professor Dr. Emil Salim merupakan seorang ahli ekonomi kelahiran
>> Sumatera Selatan (?). Ia dulu mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi
>> Universitas Indonesia pada tahun 1959. Ia lalu berhasil meraih gelar PhD
>> bidang ekonomi dari University of California sebelum akhirnya memutuskan
>> kembali ke Indonesia untuk mengajar ekonomi di Universitas Indonesia ada
>> tahun 1964.
>>
>> Pada tahun 1974, ia terpilih menjadi profesor perkembangan ekonomi di
>> Universitas Indonesia. Ia sering mengikuti dan terlibat dalam beberapa
>> posisi penting di pemerintahan Indonesia seperti tim pengembangan ekonomi
>> masa Presiden Soeharto (1966), anggota tim penasehat Menteri Sumber Daya
>> Manusia (1967-1968), pemimpin tim teknis Kelompok Stabilitas Ekonomi dan
>> seorang anggota dalam kabinet Gorong Royong (1967-1969). Pernah pula ia
>> menempati posisi sebagai wakil pemimpin Bappenas, Menteri transportasi,
>> Menteri lingkungan hidup (1978-1983), dan yang terkini adalah ia
>> mengabdikan diri kepada Susilo Bambang Yudhoyono.
>>
>> Profesor Salim merupakan pemimpin di Foundation for Sustainable
>> Development dan Kehati Foundation di lingkungan warga negara Indonesia yang
>> tinggal di Amerika Serikat.
>>
>> Pada bulan Juli 2011, World Bank mengumumkan sebuah review bebas yang
>> dinamakan Extractive Industries Review. Dr. Salim turut hadir dan
>> berkontribusi terhadap penandatanganan review tersebut. Dr. Salim juga
>> membuka kesempatan konsultasi untuk para penanggungjawab pada tahun 202 dan
>> 2003. Hasil review tersebut dipublikasikan pada tahun 2004 dalam bentuk
>> sebuah laporan final berjudul "Striking a Better Balance".
>>
>> Riset dan analisa oleh Pilar Asa Susila
>>
>> PENDIDIKAN
>>
>>    - Frobel School, Banjarmasin Europesche Lagere School, Banjarmasin
>>    (1936-1940), Lahat (1940-1942).
>>    - Dai Ichi Syo-Gakko, Palembang (1942-1944).
>>    - Sekolah Menengah Umum Pertama, Palembang (1945-1948).
>>    - Sekolah Menengah Atas I, Bogor (1948-1951).
>>    - Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1951-1958).
>>    - University of California, Berkeley, AS, Department of Economics
>>    (1959-1964),(Master of Arts, 1962; Ph.D, 1964 dengan disertasi berjudul
>>    Institutional  Structure and Economic Development).
>>
>> KARIR
>>
>>    - Guru Besar FEUI (1983).
>>    - Asisten Dosen FE UI.
>>    - Dosen, dan selanjutnya guru besar FE UI.
>>    - Tim Penasihat Ekonomi Presiden (1966).
>>    - Anggota DPR GR (1967-1969).
>>    - Anggota Tim Penasihat Menteri Tenaga Kerja (1967-1968).
>>    - Ketua dan Anggota Tim Teknis Badan Stabilitas Ekonomi (1967-1969).
>>    - Dosen Seskoad dan Seskoal (1971-1973).
>>    - Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara
>>    merangkap Wakil Kepala Bappenas (1971-1973).
>>    - Menteri Perhubungan (Kabinet Pembangunan II 1973-1978).
>>    - Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Kabinet
>>    Pembangunan III 1978-1983.
>>    - Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Kabinet
>>    Pembangunan IV-V 1983-1993.
>>    - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN-1999-2000).
>>    - Anggota Dewan Penasihat Presiden (2007-2009).
>>    - Kegiatan lain:
>>    - Anggota Korps Mobilisasi Pelajar Siliwangi (1950).
>>    - Ketua IPPI Bogor (1949).
>>    - Ketua Tentara Pelajar Palembang (1946-1949).
>>    - Ketua Perhimpunan Peningkatan Kebudayaan Masyarakat (1983).
>>    - Anggota Komisi Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan
>>    Bangsa-Bangsa (Komisi Brundtland) mewakili Asia bersama Saburo Okita dari
>>    Jepang (1984-1987).
>>    - Deputy Chairperson pada Dewan Penasehat Tinggi PBB untuk
>>    Pembangunan Berkelanjutan (1992).
>>    - Anggota Kehormatan Persatuan Insinyur Indonesia (1992).
>>    - Co-chair pada Komisi Dunia untuk Hutan dan Pembangunan
>>    Berkelanjutan (1994).
>>    - Pendiri dan Ketua Yayasan Pembangunan Berkelanjutan.
>>    - Program Kepemimpinan Mengenai Lingkungan dan Pembangunan
>>    - LEAD (1994).
>>    - Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Keragaman Hayati -Kehati (1994)
>>    - Ketua Tim Screening UNDP (1999).
>>    - Anggota Komnas HAM.
>>    - Organisasi:
>>    - Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) Sumatera Selatan
>>    (1946-1949).
>>    - Ketua Tentara Pelajar Palembang (1946-1949).
>>    - Ketua IPPI Bogor dan anggota Korps Mobilisasi Pelajar Siliwangi
>>    (1949).
>>    - PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) 1954.
>>
>> PENGHARGAAN
>>
>>    - Bintang Mahaputera Adipradana (1973).
>>    - Pria Berbusana Terbaik (1980) - Golden ARK (Comandeur) of
>>    Netherlands (1982).
>>    - J Paul Getty Wildlife Concervation Prize (1990) Doctor Honoris
>>    Causa dari University .Kebangsaan Malaysia (1996).
>>    - Zayed International Prize for the Environment dari Uni Emirat Arab
>>    (2006).
>>    - Blue Planet Prize ke-15 dari Yayasan Asahi Glass, Jepang (2006).
>>
>>
>>
>> ---------- Pesan terusan ----------
>> Dari: Darwin Chalidi <dchal...@gmail.com>
>> Tanggal: 1 Mei 2014 16.03
>> Subjek: [R@ntau-Net] (OOT) Keteladanan Haji Agus Salim
>> Kepada: Darwin Chalidi <dchal...@yahoo.com>, Rantau Net <
>> rantaunet@googlegroups.com>
>>
>>
>>
>> Subhanallah, semoga Allah memberikan Surga untuk pejuang, pendiri,
>> pahlawan2 bangsa ini. Aamiin..
>> [image: = Ketika Seorang Menteri Mengontrak Rumah (Kisah Nayata)= DI
>> dalam gang sempit itu, berkelok dari jalan utama, menyelusup gang-gang
>> padat rumah di Jatinegara terdapat sebuah rumah mungil dengan satu ruang
>> besar. Begitu pintu dibuka, akan ada koper-koper berkumpul di sudut rumah
>> dan kasur-kasu digulung di sudut lainnya ruang besar itu. Di sanalah tempat
>> tidur Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri RI) bersama istri dan
>> anak-anaknya. Dikontrakkan yang lain, Agus Salim, kira-kira enam bulan
>> sekali mengubah letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur rumahnya.
>> Kadang-kadang kamar makan ditukarnya dengan kamar tidur. Haji Agus Salim
>> berpendapat bahwa dengan berbuat demikian ia merasa mengubah lingkungan,
>> yang manusia sewaktu-waktu perlukan tanpa pindah tempat atau rumah atau
>> pergi istirahat di lain kota atau negeri. Begitulah seperti dikisahkan Mr.
>> Roem, murid dari H. Agus Salim yang juga tokoh Masyumi ini. Anies Baswedan
>> dalam ‘Agus Salim: Kesederhanaan, Keteladanan yang Menggerakan’ menyebutkan
>> bahwa H. Agus Salim hidup sebagai Menteri dengan pola ‘nomaden’ atau pindah
>> kontrakkan ke kontrakkan lain. Dari satu gang ke gang lain. Berkali-kali
>> Agus Salim pindah rumah bersama keluarganya. “Selama hidupnya dia selalu
>> melarat dan miskin,” kata Profesor Willem “Wim” Schermerhorn. Wim menjadi
>> ketua delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati. (Majalah Tempo Edisi
>> Khusus Agus Salim) Pernah, pada salah satu kontrakkan tersebut, toiletnya
>> rusak. Setiap Agus Salim menyiram WC, air dari dalam meluap. Sang istri pun
>> menangis sejadi-jadinya, karena baunya yang meluber dan air yang meleber.
>> Zainatun Nahar istrinya,tak kuat lagi menahan jijik sehingga ia
>> muntah-muntah. Agus Salim akhirnya melarang istrinya membuang kakus di WC
>> dan ia sendiri yang membuang kotoran istirnya menggunakan pispot. Kasman
>> Singodimedjo (tokoh Muhammadiyah dan Masyumi Ketua KNIP Pertama), dalam
>> ‘Hidup Itu Berjuang’ mengutip perkataan mentornya yang paling terkenal:
>> “leiden is lijden” (memimpin itu menderita) kata Agus Salim. Lihatlah
>> bagaimana tak ada sumpah serapah meminta kenaikan jabatan, tunjangan rumah
>> dinas, tunjangan kendaraan, tunjangan kebersihan WC, tunjangan dinas ke
>> luar negeri untuk pelesiran, dll. Saat salah satu anak Salim wafat ia
>> bahkan tak punya uang untuk membeli kain kafan. Salim membungkus jenazah
>> anaknya dengan taplak meja dan kelambu. Ia menolak pemberian kain kafan
>> baru. “Orang yang masih hidup lebih berhak memakai kain baru,” kata Salim.
>> “Untuk yang mati, cukuplah kain itu.” Dalam Buku ‘Seratus Tahun Agus Salim’
>> Kustiniyati Mochtar menulis, “Tak jarang mereka kekurangan uang belanja.”
>> Ya, seorang diplomat ulung, menteri, pendiri Bangsa yang mewakafkan dirinya
>> untuk mengabdi kepada Allah, bahwa memimpin itu adalah ibadah. Seorang yang
>> memilih jalan becek dan sunyi, berjalan kaki dengan tongkatnya dibanding
>> gemerlap karpet merah dan mobil Land Cruiser, Alphard, dan gemerlap jantung
>> kota lainnya. Kita tentu rindu sosok seperti mereka, bukan tentang
>> melaratnya mereka, tapi tentang ruang kesederhanaan yang mengisi kekosongan
>> nurani rakyat. Ketika Wapres Mohammad Hata tak mampu membeli sepatu
>> impiannya hingga akhir hayat. Ketika Perdana Menteri Natsir menggunakan jas
>> tambal, mengayuh sepeda ontel ke rumah kontrakkanya. Ketika Menteri
>> keuangan Pak Syafrudin yang tak mampu membeli popok untuk anaknya. Semoga
>> Allah hadirkan mereka, sebuah keteladanan yang mulai memudar di tengah
>> gemerlap karpet merah Istana dan Senayan. Subhanallah...
>> --------------------------- Like this And Share ---------------> Kisah Dan
>> Hikmah Jika Anda tersentuh dengan Kisah di atas, tolong “share” cerita ini
>> ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada
>> pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita,
>> terimakasih.]= Ketika Seorang Menteri Mengontrak Rumah (Kisah Nayata)=
>>
>> DI dalam gang sempit itu, berkelok dari jalan utama, menyelusup gang-gang
>> padat rumah di Jatinegara terdapat sebuah rumah mungil dengan satu ruang
>> besar. Begitu pintu dibuka, akan ada koper-koper berkumpul di sudut rumah
>> dan kasur-kasu digulung di sudut lainnya ruang besar itu. Di sanalah tempat
>> tidur Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri RI) bersama istri dan
>> anak-anaknya.
>>
>> Dikontrakkan yang lain, Agus Salim, kira-kira enam bulan sekali mengubah
>> letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur rumahnya. Kadang-kadang kamar
>> makan ditukarnya dengan kamar tidur. Haji Agus Salim berpendapat bahwa
>> dengan berbuat demikian ia merasa mengubah lingkungan, yang manusia
>> sewaktu-waktu perlukan tanpa pindah tempat atau rumah atau pergi istirahat
>> di lain kota atau negeri.
>>
>> Begitulah seperti dikisahkan Mr. Roem, murid dari H. Agus Salim yang juga
>> tokoh Masyumi ini. Anies Baswedan dalam ‘Agus Salim: Kesederhanaan,
>> Keteladanan yang Menggerakan’ menyebutkan bahwa H. Agus Salim hidup sebagai
>> Menteri dengan pola ‘nomaden’ atau pindah kontrakkan ke kontrakkan lain.
>>
>> Dari satu gang ke gang lain. Berkali-kali Agus Salim pindah rumah bersama
>> keluarganya. “Selama hidupnya dia selalu melarat dan miskin,” kata Profesor
>> Willem “Wim” Schermerhorn. Wim menjadi ketua delegasi Belanda dalam
>> perundingan Linggarjati. (Majalah Tempo Edisi Khusus Agus Salim)
>>
>> Pernah, pada salah satu kontrakkan tersebut, toiletnya rusak. Setiap Agus
>> Salim menyiram WC, air dari dalam meluap. Sang istri pun menangis
>> sejadi-jadinya, karena baunya yang meluber dan air yang meleber. Zainatun
>> Nahar istrinya,tak kuat lagi menahan jijik sehingga ia muntah-muntah. Agus
>> Salim akhirnya melarang istrinya membuang kakus di WC dan ia sendiri yang
>> membuang kotoran istirnya menggunakan pispot.
>>
>> Kasman Singodimedjo (tokoh Muhammadiyah dan Masyumi Ketua KNIP Pertama),
>> dalam ‘Hidup Itu Berjuang’ mengutip perkataan mentornya yang paling
>> terkenal: “leiden is lijden” (memimpin itu menderita) kata Agus Salim.
>> Lihatlah bagaimana tak ada sumpah serapah meminta kenaikan jabatan,
>> tunjangan rumah dinas, tunjangan kendaraan, tunjangan kebersihan WC,
>> tunjangan dinas ke luar negeri untuk pelesiran, dll.
>>
>> Saat salah satu anak Salim wafat ia bahkan tak punya uang untuk membeli
>> kain kafan. Salim membungkus jenazah anaknya dengan taplak meja dan
>> kelambu. Ia menolak pemberian kain kafan baru. “Orang yang masih hidup
>> lebih berhak memakai kain baru,” kata Salim. “Untuk yang mati, cukuplah
>> kain itu.”
>>
>> Dalam Buku ‘Seratus Tahun Agus Salim’ Kustiniyati Mochtar menulis, “Tak
>> jarang mereka kekurangan uang belanja.” Ya, seorang diplomat ulung,
>> menteri, pendiri Bangsa yang mewakafkan dirinya untuk mengabdi kepada
>> Allah, bahwa memimpin itu adalah ibadah.
>>
>> Seorang yang memilih jalan becek dan sunyi, berjalan kaki dengan
>> tongkatnya dibanding gemerlap karpet merah dan mobil Land Cruiser, Alphard,
>> dan gemerlap jantung kota lainnya. Kita tentu rindu sosok seperti mereka,
>> bukan tentang melaratnya mereka, tapi tentang ruang kesederhanaan yang
>> mengisi kekosongan nurani rakyat.
>>
>> Ketika Wapres Mohammad Hata tak mampu membeli sepatu impiannya hingga
>> akhir hayat. Ketika Perdana Menteri Natsir menggunakan jas tambal, mengayuh
>> sepeda ontel ke rumah kontrakkanya. Ketika Menteri keuangan Pak Syafrudin
>> yang tak mampu membeli popok untuk anaknya. Semoga Allah hadirkan mereka,
>> sebuah keteladanan yang mulai memudar di tengah gemerlap karpet merah
>> Istana dan Senayan.
>>
>> Subhanallah...
>>
>>  --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
>> Grup.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Reply via email to