Salam Sanak Julnardi sarato mamak2, kakak2 dan adidunsanak di lapau,
Silakan Sanak Jur. Iko renungan2 ketek ambo nan tiok minggu tabik di Padang 
Ekspres edisi Minggu. Sekedar percikan permenungan di tangah sorak sorai pesta 
duniawi ko. Semoga bermanfaat.

Wassalam,
Suryadi
(49 thn, asa Sunua, Pariaman, rantau Leiden, Ulando) 


Pada Senin, 30 Juni 2014 17:19, Julnardi G <jgad...@gmail.com> menulis:
  




Assalamualaikum Wr Wb,

Mohon izin pak Lies Suryadi - copy paste dan share tulisan Bapak, semoga 
bermanfaat dalam mencerahkan dan mencerdaskan bangsa :

http://niadilova.blogdetik.com/index.php/archives/1312#more-1312


JUN
30 
Renung #21 | Presiden 
Published By aniadilova under Renung     
Ada 195 negara merdeka di dunia ini menurut catatan tahun 2014. Jika dijejer 
pemimpin (presiden/perdana menteri/raja/ratu) semua negara itu di depan kamera, 
tentu tidak bakal ada yang sama penampilan fisiknya. Mungkin ada yang agak 
pendek dan ada yang tinggi, ada yang buncit dan ada yang langsing, ada yang 
kekar dan ada yang gemulai, ada yang tua dan ada yang muda, dan lain 
sebagainya. Yang relatif fenomenal mungkin Presiden Aljazair Abdelaziz 
Bouteflika. Tanggal 28 April 2014 ia dilantik untuk keempat kalinya menjadi 
presiden negeri Magribi itu dalam keadaan stroke yang sudah lebih setahun 
dideritanya dan membuatnya hampir lumpuh. Duduk di kursi roda, veteran perang 
berusia 77 tahun itu membacakan sumpah kepresidenannya dengan suara lemah dan 
tubuh bergetar. 
Kita di Indonesia juga pernah punya presiden yang terlalu semok dan yang kurang 
terang penglihatannya. Tapi dalam Pemilu 2014 ini bangsa Indonesia tampaknya 
ingin mempunyai presiden yang lebih sempurna daripada nabi dan rasul, bahkan 
mungkin Tuhan. Setidaknya itu yang dapat dikesan dari kampanye 
sindir-menyindir, caci-mencaci, hujat-menghujat, dan asung fitnah yang makin 
menggila, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Tim sukses dan pendukung 
kedua kandidat presiden, Prabowo Subiyanto dan Jokowi, saling mendiskreditkan, 
melecehkan, dan mengejikan dengan memakai kata-kata dan gambar-gambar yang 
bahkan sudah tidak lagi beretika dan meninggalkan adab kesopansantunan orang 
Indonesia. Beberapa jurnalis yang telah kehilangan pedoman dan rusak kompasnya 
juga ikut-ikutan jadi tukang kipas api kebencian. Frase kampanye hitam kini 
menjadi tren seperti musik K Pop dan kawin sesama jenis. Ini adalah bulan-bulan 
dimana sifat busuk hati dan kasam muncul ke
 permukaan dalam keadaan telanjang bulat. 
Pribadi kedua kandidat presiden dicungkil habis sampai ke ujung-ujung urat 
darahnya: masa lalunya, keluarganya, nenek moyangnya, agamanya, hobinya, 
bisnisnya, harta kekayaannya, gaya bicaranya, gaya bersalamannya, postur 
tubuhnya, model pakaiannya, para penasehat dan pendukungnya, dan lain 
sebagainya. Pihak pendukung menonjolkan kelebihan-kelebihan kandidatnya, 
sementara pihak lawan mengorek kelemahan-kelemahannya. Masing-masing pihak 
saling memburukkkan atau, sebaliknya, menyanjung berhadapan. Baik upaya 
penonjolan kelebihan-kelebihan kandidat sendiri dan pengorekan 
kekurangan-kekurangan kandidat lawan, sudah sampai memakai cara-cara paling 
kotor dan menghina. Kata-kata dan gambar-gambar yang jauh dari kesan santun, 
beradab, dan simpatik berseliweran di dunia maya. Mengamati hiruk pikuk 
caci-maki, saling menzalimi, dan hujat-menghujat yang membadai itu, kita 
membatin, sepertinya sudah putus tali silaturahmi, hablumminannas, antara 
sesama kita sebagai
 anak bangsa. Pemilu presiden di zaman demokrasi ini bukan malah menjadi momen 
terbaik untuk mendewasakan kita sebagai bangsa, tapi malah sebaliknya, 
menyuburkan sifat purba manusia yang suka tanduk-menanduk, berseteru dan 
cedera-mencederai, baik fisik maupun moral. 
Dalam ‘tarian triping’ saling hujat itu, kita lupa memfokuskan perhatian pada 
esensi kampanye pilpres ini: yaitu program serta visi dan misi masing-masing 
kandidat. Benarlah apa yang dikatakan oleh seorang teman, Joko Santoso HP, 
bahwa di kalangan masing-masing pendukung capres telah terbentuk lapisan 
relawan dengan tingkat fanatisme luar biasa. ‘Maka peran penyebar kampanye 
hitam ibarat mengipasi bara dalam sekam’. Joko menyangsikan apakah kampanye 
model itu akan efektif atau hanya sebatas katarsis pemuas ‘dahaga nafsu’ sang 
penyebar kebencian itu saja. Ketika yang muncul hanya wacana saling menggugat 
‘keislaman’ Jokowi atau ‘dosa-dosa Prabowo terhadap etnis tertentu’ yang belum 
pasti kebenarannya, kebencian terhadap pemeluk Islam dan, sebaliknya, terhadap 
etnis tertentu, akan semakin membara. Alih-alih akan membantu meraup suara, 
yang terbentuk malah jurang dendam kesumat yang semakin lebar. Kenapa kita 
tidak menggunakan pilpres ini
 justru sebagai momentum untuk menuntut komitmen atau kontrak politik dari 
masing-masing capres agar mereka tetap menjaga keutuhan Indonesia Raya jika 
terpilih nanti. Janganlah karena kotestasi pilpres yang berjangka pendek ini, 
lalu kita mengorbankan kepentingan nasional kita yang berjangka panjang. 
Apa yang hendak saya katakan adalah: sebagai sebuah bangsa, apakah sesungguhnya 
yang ingin kita cari dan tuju dalam dan melalui pilpres ini? Katakanlah nanti 
kita akan mendapat presiden yang sesempurna nabi dan rasul, yang bukan 
keturunan Cina, yang keislamannya tidak diragukan lagi dan sudah sekian kali 
naik haji, yang tak pernah tertinggal salat wajib dan tak lupa sembahyang 
sunatnya, yang bersih dari pelanggaran HAM, yang kaya dan gagah, yang punya 
keluarga sakinah, yang pintar naik kuda atau yang suka membungkukkan badan 
kalau bersalaman, pendek kata yang tak punya cacat bawaan dan cacat sosial, 
lalu residu dari pemilihan itu, dimana selama berminggu-minggu dalam masa 
kampanye kita sebagai sesama anak bangsa menabur dosa dengan saling 
mencaci-maki, menjelek-jelekkan, memfitnah, menghujat, dan menyebarkan 
kebencian dan sikap intoleran, apakah akan dihapus begitu saja oleh Tuhan? 
Sebagai bangsa yang mengaku beragama, begitu naifnya kita merayakan pesta
 duniawi sesaat ini, yang bernama pemilihan umum presiden, dengan melanggar dan 
melupakan ajaran agama kita masing-masing yang menyuruh kita untuk tidak 
menebar fitnah dan kebencian antar sesama. 
Semoga kita menyadari bahwa pemilu ini, seperti halnya uang korupsi, mobil 
mewah, dan istri muda, hanyalah permainan duniawi semata. Dan siapapun yang 
akan jadi presiden nanti, semoga tidak akan diikuti oleh tindakan anarkis para 
pendukung pihak yang kalah. Semoga pula Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah 
berkenan memberikan seorang presiden yang baik untuk (rakyat) Indonesia, yang 
mampu menciptakan pestisida penghancur rasa dengki, iri hati, kasam, dan dendam 
kesumat yang tampaknya tak juga kunjung meranggas dalam jiwa bangsa ini. 
Suryadi - Leiden University, Belanda | Padang Ekspres, Minggu, 29 Juni 2014 
-- 

Wassalam,
JG
37th, Jkt 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke