Assalamualaikum...

Kl ambo indak salah, Desy Anwar ko urang awak.
Prihatin ambo jo bahasonyo..
********

Mendorong Perubahan

Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut
Pilpres?
| Rabu, 06 Agustus 2014 - 08:09 WIB | 598343 Views

Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan karmanya memiliki
seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau menerima kekalahan

JAKARTA, Baranews.co - Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan
mendapatkan karmanya memiliki seorang kandidat presiden yang pecundang yang
tidak mau menerima kekalahannya dengan lapang dada, melanjutkan saja
hidupnya, dan membiarkan negeri ini kembali menjalankan urusan sehari-hari.

Alih-alih, selama lebih dari dua minggu sejak kita menjalankan kewajiban
memilih, lewat pemilu yang demokratis, damai, dan transparan, kita masih
saja harus menenggang pidato-pidato retorikanya tentang hasil-hasil pemilu
yang menurut versinya sendiri, ia semestinya dialah yang menang, pidato
tentang Komisi Pemilihan Umum yang curang dan tidak demokratis, tentang
seluruh proses pemilihan umum yang tidak sah karena didasarkan pada upaya
penipuan yang masif dan sistematis. Semua itu hanya karena dia tidak sedang
beruntung. Semua karena dia kalah.

Sebab hasilnya-- sejak hasil perhitungan cepat (quick count) ditayangkan,
sampai ketika hitungan resmi oleh KPU di bawah pengawasan ketat di seluruh
negeri demi memastikan tidak ada ketidakwajaran yang terluputkan-- secara
konsisten dia berada di kubu yang kalah.

Padahal, selama berbulan-bulan kubunya telah dengan gigih dan tiada henti
melancarkan upaya kampanye garang secara besar-besaran, efektif dan
sistematis di setiap basis media yang sebenarnya sudah berhasil mendongkel
kenaikan suara daripada yang semestinya ia dapatkan. Kendati telah
mengerahkan upaya-upaya humas yang taktis dan besar-besaran untuk
mengangkatnya menjadi tokoh penyelamat negeri ini ditambah lagi dengan
berbagai aktivitas, baik yang secara terang-terangan maupun yang secara
sembunyi-sembunyi, untuk mempengaruhi para pemilih agar memilihnya. Belum
lagi entah berapa banyak uang, waktu, dan ahli strategi kampanye
profesional, energi dan kenaikan tensi darah demi memenuhi ambisi seumur
hidupnya: menjadi presiden di negeri ini.

Namun, dalam kenyataan, pemenangnya hanya boleh ada satu. Dan pemangnya
sudah terpilih, dan bukan dia. Kendati apapun yang dicemoohkan kubu
seberang, kendati ia telah mengumumkan ke seluruh dunia bahwa dialah sang
pemenangnya, kendati seberapa banyak pun amarah dan ngamuk, fakta itu tidak
bisa diubah. Kenyataan adalah banyak sekali kandidat presiden yang kalah di
dunia ini ujung-ujungnya toh harus menerima kekalahan, seberapa pahitpun,
tanpa harus jadi ngamuk-ngamuk yang membuat iba. Toh semua ini hanya dunia
politik, bukan taman bermain di Taman Kanak-Kanak.

Alih-alih mundur dengan tenang dan anggun-- yang merupakan tindakan
terhormat, terutama bagi seorang yang perkasa dan patriot seperti
pengakuannya tentang dirinya selama ini-- dia telah mencuri terlalu banyak
perhatian media yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memberi ucapan
selamat kepada presiden terpilih yang baru, malah harus difokuskan bagi
rasa sakit hatinya, rasa frustrasinya, dan perasaan terkhianati tiada
terhingga.

Kan dialah simbol heroisme dan keberanian? Kan dialah seorang pendekar
demokrasi? Kan dialah kastria berseragam berkilau para yang telah
ditakdirkan untuk mengangkat rakyat Indonesia dari kebodohan,
mentalitas-budak, dan dari penindasan pihak-pihak asing yang arogan itu?

Tidakkah jelas bahwa dialah sang pemenang pemilu yang sebenarnya dan yang
sah, bukan lelaki kerempeng pembuat mebel yang tak jelas asal usulnya yang
tidak pernah menunggang kuda, tak pernah menyandang senjata atau tak pernah
membela negara dalam peperangan? Seorang yang tak punya nyali untuk
berhadapan dengan seorang yang terlahir dari keluarga berada dan dengan
keturunan yang dapat dilacak selama berabad-abad?

Pastilah ada kekeliruan. Ada kejahilan yang keji. Atau semacam konspirasi
sistematis dan masif yang direkayasa oleh para pendukung Kekuatan Jahat
untuk merampas tahta yang sepenuhnya telah menjadi miliknya sejak ia
dilahirkan. Mereka yang berada di atas itu tidak pernah salah. Maka yang
salah adalah seluruh proses pemilu ini. Dan adalah kewajibannya untuk
meluruskan kesalahan itu, apapun yang terjadi, karena kalau tidak maka
bahaya mengancam bila ketidakadilan tidak ditegakkan.

Tak masalah bahwa seluruh negeri menjadi tersandera oleh murkanya. Tak
masalah bahwa ia memperlakukan lembaga-lembaga terhormat dengan cara hina
macam seorang tiran penindas yang memuakkan dan agresif, dan ini ketika dia
bahkan belum jadi presiden. (Hanya Tuhan yang tahu apa jadinya bila dia
yang menjadi presiden).

Karena itu, saya sepenuhnya menyalahkan KPU karena dari awal telah
membiarkan seorang megalomania delusional mengikuti pemilihan presiden. ***

Tulisan asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Rani Rachmani
Moediarta.

(Nugie Stine/Facebook)

Sumber:
http://www.thejakartaglobe.com/opinion/desi-anwar-take-delusional-prabowo/

 * Catatan Redaksi:

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

- Megalomania adalah kelainan jiwa yang ditandai khayalan tentang kekuasaan
dan kebesaran diri

- Delusi adalah pikiran atau pandangan yang tidak berdasar (tidak
rasional), biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan
dikejar-kejar; pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan; khayal
(c) 2013 baranews.co

Wassalam dan terimakasih
dedi suryadi

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke