Selasa, 14 Oktober 2014 01:56
*JANGAN SUDUTKAN GURU: Anak SD Perwari Terkenal Bandel*

Anak-anak SD Trisula Perwari selama ini terkenal bandel. Pengamat
pendidikan menilai, atas kekerasan yang terjadi jangan hanya menyudutkan
sekolah dan guru, tapi tanggung jawab pemerintah mengevaluasi sistem
pendidikan di Kota Bukittinggi.

BUKITTINGGI, HALUAN — Jika banyak orang menilai sisi negatif dari SD
Trisula Perwari Kota Bukittinggi setelah beredarnya video kekerasan anak SD
Perwari di jejaring sosial, namun orangtua murid yang pernah menyekolahkan
anaknya ke sekolah ini malah menilai SD tersebut sekolah pembinaan
anak-anak bandel.

Idris Sanur (48) misalnya, menilai sangat tidak pantas pemerintah atau
masyarakat memvonis SD Trisula Perwari sebagai sekolah yang negatif, karena
pemerintah dan masyarakat harus tahu dulu seperti apa kondisi pembelajaran
di SD tersebut.

Menurut Idris Sanur, sekitar 75 persen murid SD Perwari Bukittinggi
merupakan anak korban broken home, dan tempat penampungan anak-anak nakal
yang tidak bisa ditampung di sekolah lain. Menurutnya, di sana tempat
berkumpul anak-anak nakal, seperti yang suka berkelahi hingga pengonsumsi
narkoba.

“Jangankan di belakang guru, di depan guru saja anak-anak itu mau
berkelahi. Beberapa di antaranya juga pernah ditangkap akibat menghirup
lem. Anak saya pernah sekolah di sana, jadi saya tahu persis seperti apa
kondisi di sekolah itu, dan saya menilai guru-guru dan kepala sekolah itu
cukup sabar dalam mena­ngani anak-anak nakal seperti itu,” ujar Idris Sanur.

Idris Sanur mengatakan, anak­nya pernah mengenyam pendidikan di SD Perwari,
mulai kelas tiga pada tahun 2009 hingga tamat. Semenjak menem­puh
pendidikan di SD Perwari, Idris Sanur mengungkapkan anaknya ikut-ikutan
terlibat mengonsumsi narkoba di sekolah. Informasi itu menurut Idris Sanur
didapatkan dari gurunya. Bahkan guru dan pihak sekolah mengumpulkan
orangtua murid yang anaknya terindikasi narkoba, untuk berdiskusi
menentukan langkah-lang­kah yang diambil untuk mem­berantas perma­salahan
nar­koba itu. Solusi itu juga membuat anaknya kembali sehat dan tidak lagi
mengonsumsi narkoba.

Meski kondisi sekolah tersebut tergolong parah, namun menurut Idris Sanur,
tidak sedikitpun perhatian yang diberikan Pemko Bukittinggi kepada SD
Perwari.

“Dengan kondisi ini, sebaiknya Pemko Bukittinggi memberikan perhatian
khusus kepada SD Perwari, bukan hanya sekolah prestasi saja yang dibina.
Saya melihat, kondisi seperti ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang
salah. Saya juga tidak setuju jika guru agamanya dipecat,” tegas Idris
Sanur.

Hal senada juga diungkapkan Mardi (41). Menurutnya, selama anaknya menempuh
pendidikan di SD Perwari dari kelas empat hingga kelas enam, pihak sekolah
telah melakukan pembinaan yang cukup baik.

“Saya juga mengetahui persis seperti apa kondisi di sekolah itu. Yang
ditangani oleh guru-guru di SD Perwari itu bukan anak sembarangan, tapi
anak yang luar biasa bandelnya. Meski demikian, guru-guru tetap sabar dan
hanya guru di sekolah itu yang mampu mendidik anak super bandel,” ujar
Mardi.

Terkait permasalahan yang menimpa SD Perwari, menurut Mardi, tidak
sepantasnya pihak sekolah yang harus bertanggung jawab, namun harusnya yang
bertanggung jawab itu adalah Pemko Bukittinggi, karena tidak pernah memberi
perhatian khusus kepada sekolah tersebut.

Terkait permasalahan ini, Pemerhati Pendidikan Kota Bukittinggi, Gusrizal
mengung­kapkan, tidak sepatutnya pe­merin­tah menyudutkan sekolah mau­pun
guru. Yang terpenting menurut Gusrizal adalah pengka­jian sistem
pendidikan, yang tidak saja dilakukan di Kota Bukittinggi, tapi mencakup
Indonesia.

“Kejadian ini cukup membuka mata masyarakat dan peme­rintah, bahwa inilah
kondisi riil yang terjadi di kalangan siswa saat ini. Kejadian ini cukup
menjadi alasan bagi pemerintah untuk mengevaluasi sistem pendidikan di Kota
Bukittinggi, bukan menyudutkan sekolah atau guru,” tutur Gusrizal.

Gusrizal berpendapat, kejadian tersebut merupakan dampak minimnya
pendidikan agama di sekolah.  Ia menilai, selama ini pelajaran agama
menjadi nomor belakang, sehingga orangtua lebih takut anaknya tidak lulus
pelajaran Matematika atau yang lainnya daripada pelajaran agama yang
membentuk karakter dan moral siswa.

Tontonan Anak

Pengamat pendidikan Univer­sitas Negeri Padang (UNP) Taufik kepada Haluan
Senin (13/10) menuturkan, munculnya feno­mena kekerasan di lingkungan dunia
pendidikan saat ini tidak terlepas tontonan yang dikonsumsi oleh anak-anak.

“Banyak dari tontonan saat ini tidak lagi layak konsumsi anak-anak.
Misalnya, perkelahian, saling melecehkan antarsesama. Seakan hal itu lumrah
disajikan,” papar Pembantu Dekan (PD) II Fakultas Ilmu Pendidikan ini.

Ditambahkannya, pada anak usia SD itu adalah masa meniru sehingga apa yang
mereka lihat seakan itu adalah kondisi nyata.

“Seharusnya ada pembatasan tayangan untuk anak. Peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk mengontrol ini,” ajaknya.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Syamsulrizal,
menurutnya, tindak kekerasan itu tidak seharusnya terjadi apabila kontrol
pihak sekolah terhadap siswanya baik.

Ditambahkannya, selain kontrol guru yang masih lemah, kekurangan tenaga
pengajar juga menyumbang tindakan seperti ini muncul. “Keterbatasan guru di
sekolah akan memberikan peluang ruang belajar siswa kosong. Sehingga
memungkin hal-hal sepeti ini untuk muncul,”

Setelah munculnya kejadian ini pihak Disdik berencana akan membuat surat
yang akan ditanda tangani langsung Guber­nur untuk memberi penguatan kepada
sekolah-sekolah terkait pengendalian dan manajgemen.

“Kita akan meminta kepada inas pendidikan di kabupatren/kota untuk
mengimbau sekolah-sekolah agar melakukan fungsi manajemen dan kontrol yang
baik terhadap siswanya. Agar kejadian ini tidak terjadi lagi,” tutupnya.

Polisi Minta Keterangan Febby

Pengunggah video kekerasan anak SD Trisula Perwari Bukittinggi, Febby Dt
Bangso Nan Putiah, dimintai keterangan oleh  Direktorat Reskrim Khusus
(Ditreskrimsus) Polda Sumbar di Mapolres Bukittinggi, Senin (13/10). Febby
dimintai keterangannya mulai pukul 18.48 WIB hingga pukul 20.40 WIB.

Febby mengatakan, dirinya hanya dimintai keterangan sebagai pengunggah
video ke youtube, mulai dari mana Ia mendapatkan video terebut, seperti apa
proses sampai mengunggahnya ke Facebook, hingga beredar di Youtube.

Sama seperti yang dilontarkan kepada wartawan, kepada petugas kepolisian
Febby menjelaskan bahwa dirinya mengupload atau mengunggah video kekerasan
itu ke jejaring sosial, dengan alasan prihatin.

“Karena saya prihatin, saya minta video itu kepada teman, dan saya menunggu
sekitar dua sampai tiga hari, kira-kira lanjutan pemberitaannya seperti
apa. Kemudian setelah saya dapat jawaban, bahwa masalah itu dianggap telah
selesai, seolah-olah kejadiannya itu hanya bercanda. Saya sebagai orangtua
yang punya anak yang masih sekolah tentu tidak merasa puas dan akhirnya
dengan berbagai pertimbangan, mohon maaf saya terpaksa mengupload ke
Facebook,” ujar Febby.

Selain itu, lanjut Febby, ketika melihat tayangan video tersebut menurutnya
tidak ada lagi rasa sedih atau ketakutan pada anak, malahan ada rasa bangga
saat anak SD memukul temannya. Menurutnya, kejadian itu merupakan suatu
kejiwaan yang sakit, karena merasa puas setelah memukul orang, ditambah
lagi dalam video tersebut ada sekelompok anak yang tidak mau peduli dengan
kejadian itu.

Terkait pemanggilan Febby ini, tidak ada seorangpun dari enam petugas
Ditreskrimsus Polda Sumbar yang mau memberi keterangan kepada wartawan.
(h/wan/mg-isr)

http://harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/34900-anak-sd-perwari-terkenal-bandel



-- 



*Wassalam*



*Nofend St. Mudo37th/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok
SelatanTweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola *

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke