Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
  
  Buya dan peserta lapau nan ambo hormati,
  
  Ambo ingin mambarikan sadikit pandangan tantang perkataan "Manggaleh" itu.
      Menuruik  Kamus Za'ba terbitan Pustaka Antara, kata dasar GALAS bermakna:-
       
      1.     kayu yang dipikul di bahu  untuk mengandar (mengangkat, membawa) 
barang-barang, kandar, pengandar, gandar;
      2.     beban yang dikandar dengan  galas (kayu);
      3.     barang jualan yang dijajakan  dengan cara berkandar.
       
      Menggalas:
       
      1.     memikul barang-barang dengan  galas (kandar), mengandar;
      2.     menyandang (bungkusan dan  lain-lain) di atas bahu, memikul;
      3.     menjajakan barang dagangan.
       
      Penggalasan:
       
      1.     perihal menggalas,  perdagangan;
      2.     tempat berdagang;
       
      Penggalas:
       
      1.     penjaja
      2.     pedagang kecil.
       
  Nampak dek ambo, kasasuaian kato galas dan galeh. Itu nan ambo dapek dari 
Kamus Za'ba, pakar bahasa Melayu, urang awak juo.
  
  Baitu dulu dari ambo,
  
  Wassalam,
  
  Idris Talu (57)
  

Masoed Abidin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:      SUDAGAR MINANG
  BADAGANG JO "MANGGALEH"
   
  Oleh : Buya H. Mas'oed Abidin 
   
  "Badagang"  bagi orang Minang sudah dikenal sejak lama. Malah dianggap 
"identik  dengan sebutan yang melekat kepada "Orang Minang" itu. Karena bagi  
orang Minang, kiranya "Badagang" adalah suatu kebaikan, suatu idaman  dan bukan 
suatu celaan.
  Di  Minangkabau kata-kata "dagang" menyimpan banyak makna. Terkandung  
fasafah hidup yang utuh dan hidup. Dagang di Minangkabau, tidak hanya  berarti 
"bussiness" (bisnis) tok. Kata ini bisa mengandung makna  "marantau", dengan 
tujuan yang pasti "mencari". Bisa dalam arti  sem-pit, sekedar mencari bekal 
untuk hidup sementara, bisa berarti  mencari "kehidupan" dalam arti yang luas. 
Jadi jelas tidak hanya  terbatas kebiasaan menyangkut (menggaet) materi semata. 
Bussines is  only bussiness, kurang melekat di Minangkabau.
  Di  "Ranah" ini, anak dagang tidak dianggap orang buangan. Dia dihormati  
sebagaimana adanya seorang manusia. Punya hak-hak tertentu. Mereka  tidak akan 
dihardik atau dipermalukan. Dibuatkan "surau" tersendiri,  bahkan diberi nama 
"surau dagang". Penilaian orang Minang terhadap  orang dagang, tidak terbatas 
kepada "negeri asal" si anak da-gang,  tetapi kepada "kebaikan perilakunya di 
ranah ini, serta hasil  karya-karyanya yang diterima sebagai "menantu" atau 
bahkan dipercayakan  memikul tugas-tugas didalam "negeri". Duduak samo-randah, 
tagak samo  tinggi.
  Penilaian  ini, dikarenakan "orang Minang" suka "badagang". Badagang, juga 
berarti  "berdagang" dalam arti yang sering dipakai ditangah balai",  
"manggaleh". Jual beli, tukar-menukar, dagang babelok, bertoko, dengan  seluruh 
transaksi yang mencakup "rugi-laba".
  "MANGGALEH",  suatu kosa-kata jarang tersua dalam penggunaan bahasa lain di  
Nusantara. Tepat dikatakan, yang tersua hanya dalam penggunaan istilah  
orang-Minang, atau merupakan kata-kata yang "khas". Dari mana asalnya,  kapan 
mulai penggunaannya, apa-apa saja yang terkandung dalam pesan  kata ini, belum 
sempa diselidiki secara tuntas. Mungkin suatu ketika  perlu dibahas, dalam 
sebuah forum "seminar" tentang "aspek manggaleh  bagi orang Minang".
  Manggaleh  didalam paham orang Minang, adalah memeli-hara sebuah amanah. 
Mungkin,  asal katanya dari "galeh" atau gelas", yang diyakini sebagai satu  
produk "pecah-belah". Sebagai mana lazimnya, sebuah produk pecah-belah,  sudah 
pasti "mau pecah" dan "bisa belah". Lebih jauh bisa berserakan,  sudah hancur 
berantakan, maka tidak mungkin dipertautkan lagi. Karena  itu, memegang gelas 
(manggaleh) perlu ada kiat, yakni "hati-hati" dan  "selalu pandai memelihara". 
Maklumlah yang dibawa adalah "barang yang  mudah pecah, mudah pula hancur", 
perlu sekali "ketelitian".
  Kepada  "Orang Minang" yang akan memulai "badagang", dalam arti yang luas,  
dipesankan sebuah petuah dari orang tua-tua "HIYU BALI, BALANAK BALI,  IKAN 
PANJAG BALI DAHULU, (dihulu)", yang kemudian dirangkaikan dengan  sebuah pesan 
(falsafah hidup), "IBU CARI, DUNSANAK CARI, INDUAK SAMANG  CARI DAHULU". 
Terkandung sebuah kaedah merantau bagi setiap putra  Minang. Kalau dikampung 
halaman ditinggalkan ibu, maka ditanah  perantauan ibupun harus dicari. 
Pelaja-rannya ialah, pandai menghormati  "orang-tua" dimana saja.  Selanjutnya 
"dunsanak"  dengan pengertian "teman sejawat", teman sama besar "sepergaulan",  
bahkan "sesama tempat tugas", harus dianggap sebagai saudara sendiri".  
Makanya, telah menjadi kenyataan selama diperantauan itu, orang itu,  orang 
Minang sering berkata "urang lain (terasa akrab) Labiah dari  dunsanak 
(dikampung sendiri)". Kemudian yang berikut, diperlukan  "induak samang" yang 
erat kaitan-nya dalam istilah Bussiness-man, ialah  "teman-berusaha".
  Selama  pesan-pesan ini kita anggap sebagai falsafah "badagang" bagi orang  
Minang, maka terlihat bahwa orang Minang tidak berdagang dengan membawa  "modal 
fasilitas" atau "kartebeletje". Atau dengan lebih dahulu  "menggadai" dan 
"menjual" harta pusaka, sebagai "modal akumulasi". Sama  sekali tidak tersua 
hal seperti ini. Setidak-tidaknya semasa-doeloe.
  Orang  Minang dalam "badagang" dengan arti "manggaleh", memulai dari yang  
kecil menuju besar. Bukan dari besar, dengan manggulung dan melahap  sesama 
besar. Kita sangat setuju dengan argumentasi AA.NAVIS  (Singga-lang, No. 6187 
Tahun XXIII, Sabtu 3 Agustus 1991/ 22 Muharram  1412, sebagai pengungkapan 
"moral bisnis" dibawah judul wawancara  "Orang Minang Tak Pandai Bisnis Besar" 
(?), dimana AA. Navis berkata  "URANG MINANG ITU PAIBO".
  Caranya,  ialah "SENTENG BABILAI, SINGKEK BA-ULEH, BATUKA BA-ANJAK, BARUBAH  
BASAPO". Prinsipnya, sama-sama bekerja mencapai tujuan, bekerja sma  mengangkat 
beban, saling mau perbaikan  jika terlihat satu kesilapan.
  Kemudian  dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih "esensial" (mendasar) kata 
orang  kini. "ANGGANG JO KEKEK CARI MAKAN, TABANG KA-PANTAI KADUO-NYO, PANJANG  
JO SINGKEK PA-ULEH-KAN, MAKO-NYO SAMPAI NAN DICITO". Semua potensi yang  ada,  
dalam hidup (badagang) digali dan dipertemukan, untuk mencapai suatu  
"kesuksesan" tanpa harus mengorbankan rasa persaudaraan, bahkan selalu  
menghargai "existensi" sebagaimana adanya. Karena itu, orang Minang"  masih 
mema-kai kaedah-kaedah pergaulan yang nyaman, seperti "ADAIK  HIDUIK TOLONG 
MANOLONG, ADAIK MATI JANGUAK MANJANGUAK, ADAIK LAI BARI  MAMBARI, ADAIK TIDAK 
SALING MANYALANG (BA-SELANG-TENGGANG)".
  Dan  bagaimanapun kemelut yang terjadi, "sikap-paibo" itu, masih tercermin  
dalam peri-kehidupan bermasyarakat luas ("PAWAG BIDUAK NAK RANG TIKU?  PANDAI 
MANDAYUANG MANALUNGKUIK, BASILANG KAYU DALAM TUNGKU DISINAN API  MANGKO 
KA-IDUIK", karenanya masyarakat Minang secara umum dengan  kaedah/falsafah ini, 
hanya mengenal "kompetisi" (perlombaan rensi",  maju sendiri dengan menjatuhkan 
semua seteru (apa itu kawan bahkan  lawan).
  Dikunci  dengan satu perhatian : INGEK SABALUN KANAI, KALIMEK SABALUN ABIH,  
INGEK-INGEK NAN KA-PAI, AGAK-AGAK NAN KATINGGA !!! Jeli dan jelimet  dengan 
perhitungan matang tentang manfaat sebuah tindakan, bagi yang  badagang 
(manggaleh) maupun korong kampung yang ditinggalkan.
  Teranglah  sudah, disini kita menemui suatu "mental-climate", suatu iklim  
(suasana) sikap jiwa yang indah, subur dan bersih. Manusia Minang tidak  hanya 
berpandangan sebagai "homo-ekonomicus" semata dengan mengabaikan  "nilai-nilai 
budaya" yang diwarisinya. Bahkan tidak eco-nomics-animals.
  Namun,  tidaklah pula bearti, bahwa "orang Minang" tertutup untuk menerima  
semua sistem yang dari luar, selama sistem itu baik, berguna dan  menunjang 
pencapaian suatu keberhasilan, selama dapat dikaitkan kepada  "pantas" dan 
"patut". Mereka "badagang" dengan sebuah kompas yang  jarumnya di arahkan "DIMA 
BUMI DI-PIJAK, DI-SINAN LANGIK DI-JUNJUNG",  artinya penyesuaian, situasional 
dan kondi-sional. Karena ini, mereka  maju dan berkiprah disegala bidang. 
Sebuah mental-climate yang  benar-benar indah, sesuai dengan "agama" dan 
adatnya. Syara' mamutuih,  adat mangato.
  Badagang  jo Manggaleh, bagi putra Minangkabau sejak dahulu, dimulai dengan 
apa  yang ada. Yang ada itu, ialah "alam" (alam takambang jadi guru), dan  
potensi-manusiawi. Secara awal ditanamkan "percaya diri" untuk  melaksanakan 
idea "self-help", kata para ekonomi dewasa ini.
  Mencukupkan dari apa yang ada, "tulang delapan karat" dan "moralitas" dengan 
panduan "Agama" serta "Adat". Adat dan Agama  berjalin  berkelindan membentuk 
watak yang produktif , menuju "self-help"  (menolong diri sendiri). Kemudian 
meningkat kepada "mutual-help",  berkiprah saling membantu orang keliling. 
TA'AA WANUU'ALAL BIRRI  (bantu-membantu, ta'awun mutual-help) dalam pembagian 
pekerjaan  (albirri/kebaikan). Membentuk suatu division of labour menurut 
keahlian  masing-masing, jelas ini akan berdampak percepatan mutu yang  
dihasilkan. Kemudian akan menuju "take-off" dengan serba keberhasilan.
  Kerjasama  yang terjalin rapi, dengan memfungsikan potensi yang riil, sungguh 
 merupakan "kiat" keberhasilan manajemen. TUKANG NAN TIDAK MAMBUANG  KAYU, NAN 
BUNGKUAK KA-SINGKA BAJAK, NAN LURUIH KA-TANGKAI SAPU,  SA-TAMPOK KA-PAPAN TUAI, 
NAN KETEK PA-PASAK SUNTIANG". Konklusinya,  tidak ada yang terbuang, semua 
dapat dimanfaatkan sesuai kematangan dan  kemampuan masing-masing, akan 
mengangkat "orang Minang" nan-badagang  dari self-help kepada mutual-help itu. 
Manajemen seperti ini, terlihat  nyata dalam usaha "lapau nasi" yang sangat 
digandrungi oleh pedagang  Minang. Sejak dari "dapur", hingga ke lemari 
pajangan, sampai "kemeja  hidangan" yang terakhir "penerimaan uang" 
(banking/accounting).  Seluruhnya berjalan secara otomatis, teratur, sama-sama 
bekerja (sama  mempunyai kewajiban), dan dengan kerjasama itu, akhirnya kelak 
berhak  mendapatkan pembagian, sesuai dengan modalnya masing-masing (tenaga,  
waktu dan uang). Tanpa exploitasi, tapi mutual-help dalam arti hakiki. 
 Bentuk inilah yang secara akademis, kelak berkembang , dan dikembangkan  
menjadi satu bentuk "kopera-si", dan sejarah Indonesia mencatat,  mungkin bukan 
secara kebetulan, kalau Bapak Koperasi Indonesia adalah  putra Minangkabau, 
MOHAMMAD HATTA (allahuyarham). Kiat mutual-help,  sesuai sekali dengan bentuk 
ideal perekonomian menentang kapitalis  (materi untuk materi), yang jelas 
dinegara kita ini sikap menumpuk  modal hanya pada satu tangan dan untuk 
kemakmuran pihak konglomerat  saja, pasti tidak akan diterima keberadaannya.
  Ada  dua "pemeo" yang paling menyakitkan hati orang Minang, yaitu kalau dia  
dituduh badagang-cino". Sebuah usaha tanpa memperhatikan kaedah-kaedah,  
terbenam dalam usaha mencari hidup dan berebut hidup, dan tidak ada  kampung 
tempat pulang. Terbenam diperantauan, tidak ingat lagi anak  kemenakan, tidak 
pernah berbuat baik ke-korong kampung, tidak pula mau  tahu dengan lingkungan. 
Untuk mengantisipasi pemeo ini, dipesankan  melalui petuah "HUJAN AMEH DI 
NAGARI URANG, HUJAN BATU DIP-NAGARI AWAK,  KAMPUANG HALAMAN DIKANA JUO".
  Karena  itu, materi hasil "badagang" tidaklah untuk kesejahteraan sendiri,  
pemilik modal, tetapi harus dinik-mati juga oleh "orang kampung" nan  jauah 
dimato.
  Pemeo  kedua, yang menyakitkan itu, ialah "di-pagaleh-kan urang". Yakni  
kehilangan jati-diri, yang bisa beraki-bat lebih fatal terhadap orang  Minang 
itu sendiri (nan-di-pagalehkan urang), bisa berbuat "menjual  kampung halaman" 
untuk kepentingan orang lain (penjajah/kolonial)  dimasa itu.
  Jelaslah  sudah, bahwa "badagang" jo "manggaleh" bagi orang Minang, punya  
falsafah mendalam, dan berurat berakar baginya dalam memilih secara  teliti 
penerapan kiat manaje-men yang tengah berkembang. Karena akhir  dari 
keberhasilan seseorang yang "badagang" atau "manggaleh" adalah  "selfess help", 
yaitu kesediaannya membantu orang lain (kampung halaman  dan karib kerabat) 
dengan cara ikhlas (ihsan) tanpa memerlukan balasan  apa-apa. Atau, sebagai 
kata orang "INDAK BA-UDANG DIBALIK BATU", itulah  selfess help, menu-rut 
istilabh orang berilmu.
  Sesuai  dengan Firman Allah, "WA AHSIN KAMAA AHSANAL-LAHU ILAIKA WALAA TABHIL 
 FASAA DA FIL ARDHI", artinya "Berbuat baiklah kamu (kepada sesama  makhluk) 
sebagaimana  Allah (yang menciptakan  manusia) telah memberikan segala bentuk 
kebaikan kepada kamu, (yakni  berbuat selfless-help, membantu tanpa 
mengharapkan balasan). Dan  Ingatlah, jangan sekali-kali kamu menjadi penabur 
bencana dipermukaan  bumi; (Q.S. XXVIII Al-Qashash, ayat 77).
  Sekarang mampu-kah orang Minang masakini mengulang sejarah, mengelola Bisnis 
Besar, seperti masa lalu??? Jawabnya, tidaklah  mustahil,  kalau ada kemauan 
dan punya kesempatan. "MAMUTIAH CANDO RIAK DANAU,  TAMPAK NAN DARI MUKO-MUKO, 
BATAHUN-TAHUN DIDALAM LUNAO, NAMUN NAN INTAN  BACAYO JUO".
              Alhamdulillah,  orang Minang sampai kini, masih memi-liki "piala" 
yang belum berpindah  ke tangan orang lain, yaitu orang Minang masih  "pandai 
hidup", "ALAH BAKARIH SAMPORONO, BINGKISAN RAJO MAJO-PAIK, TUAH BASARAB 
BAKARA-NO, DEK PANDAI BATENGGANG DI NAN RUMIK".
  Kuncinya,  barangkali pertajamlah observasi, tingkat-kan daya-fikir, 
dinamiskan  daya-gerak, perhalus raso pareso, perkembang daya-cipta, dan 
bangkitlah  kembali kemauan.
  Insya Allah, "Innallaha ma'ana", Allah akan selalu menyertai kita. Amin.




          
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.
    
  


 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tuliskan Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian yg tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Daftarkan email anda pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Agar dapat melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke