Pak Maturidi Dosan nan dirakhmati Allah basarato komuniyas r@ntaunet nan
saakidah dan (insha Allah) sacito-cito pulo.



Meski nan ditanyokan Pak MD alah dijawaok  dek Sanak Ahmad Ridha dari tadi,
tapi Pak MD masih juo mancucuakan kalimaik nan baliau stabilo di awal  mambukak
diskusi ringan ko tadi, mambuek ambo mancibo mambukak puroo saputa ikuik AQ
basarato Sunnah Nabi ko



Dan, ambo manjalang tidua ko ---karano bisuak pagi abih subuah insha Allah
ka barangkek pulo maaja genarasi mudo--- mancibo manjawabnyo sarayo
mangutip suok kida untuak mampatagreh nan kito diskusikan.



Umat Islam memiliki modal yang sangat besar untuk bersatu, karena mereka
beribadah kepada* ilaah *(Tuhan) yang satu, mengikuti nabi yang satu,
berpedoman kepada kitab suci yang satu, berkiblat kepada kiblat yang satu.
Selain itu, ada jaminan dari Allah dan Rasul-Nya, bahwa mereka tidak akan
sesat selama mengikuti petunjuk Allah *Subhanahu wa Ta’ala*,
berpegang-teguh kepada Alquran dan al Hadits. Allah *Subhanahu wa Ta’ala *
berfirman,



فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ
وَلاَ يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً
ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

*Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan
barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat
dalam keadaan buta.* (Q.S Thaha: 123, 124).



Dalam menjelaskan kedua ayat ini, Abdullah bin Abbas berkata, “Allah
menjamin kepada siapa saja yang membaca Alquran dan mengikuti apa-apa yang
ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka
di akhirat.” [*Tafsir ath Thabari,* 16/225].

Nabi Muhammad *shallallahu ‘alaihi wa sallam* bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا :
كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

*Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.*
(Hadits* Shahih Lighairihi,* H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr,
Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam *At Ta’zhim wal
Minnah fil Intisharis Sunnah*, hlm. 12-13).



*KENYATAAN UMAT*

Inilah yang menimbulkan keprihatinan, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa
umat Islam telah berpecah-belah menjadi banyak golongan. Antara satu dengan
lainnya memiliki prinsip-prinsip yang berbeda, bahkan kadang-kadang saling
bertentangan. Kenyataan seperti ini menjadi bukti kebenaran nubuwwah
(kenabian) Rasulullah Muhammad *shallallahu ‘alaihi wa sallam*. Beliau
telah memberitakan iftiraqul ummah (perpecahan umat Islam) ini semenjak
hidup beliau *shallallahu ‘alaihi wa sallam*. Walaupun demikian, kita tidak
boleh pasrah terhadap kenyataan yang ada, bahkan kita diperintahkan untuk
mengikuti syariat dalam keadaan apa saja. Sedangkan syariat telah
memerintahkan agar kita bersatu di atas *al-haq*, di atas Sunnah
Rasulullah *shallallahu
‘alaihi wa sallam* dan sahabatnya *radhiallahu ‘anhum*.



Salah satu hal terpenting untuk menyatukan umat ini ialah, umat harus
mengikuti kaidah yang benar dalam memahami al-Kitab dan as-Sunnah.



Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani* rahimahullah* berkata, “Pada zaman
ini, kita hidup bersama kelompok-kelompok orang yang semua mengaku
bergabung dengan Islam. Mereka meyakini bahwa Islam adalah Alquran dan
as-Sunnah, tetapi kebanyakan mereka tidak ridha berpegang dengan perkara
ketiga yang telah dijelaskan, yaitu *sabilul mukminin* (jalan kaum
mukminin), jalan para sahabat
<http://muslim.or.id/manhaj/meneladani-sahabat-nabi-jalan-kebenaran.html>
yang dimuliakan dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya
dari kalangan tabi’in dan para pengikut mereka, sebagaimana telah kami
jelaskan di dalam hadits “Sebaik-baik manusia adalah generasiku”, dan
seterusnya.



Oleh karena itu, tidak merujuk kepada Salafush Shalih dalam pemahaman,
pemikiran dan pendapat, merupakan penyebab utama yang menjadikan umat Islam
berpecah-belah menuju jalan-jalan yang banyak. Maka, barangsiapa
benar-benar menghendaki, kembalilah kepada al-Kitab dan as-Sunnah, yaitu
wajib kembali kepada apa yang ada pada para sahabat Nabi *shallallahu
‘alaihi wa sallam*, para tabi’in dan para pengikut mereka setelah
mereka.” [*Manhaj
as Salafi ‘inda Syaikh Nashiruddin al Albani*, hlm. 27, karya Syaikh ‘Amr
Abdul Mun’im Saliim].



*RUJUKAN MEMAHAMI NASH*

Syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim al ‘Aql *hafizhahullah* menjelaskan
kaidah-kaidah dan rujukan dalam memahami *nash-nash* (teks-teks) Alquran
dan al-Hadits di kitab kecil beliau, *Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah
fil ‘Aqidah*. Beliau menyatakan, rujukan di dalam memahami al-Kitab dan
as-Sunnah adalah nash-nash yang menjelaskannya, juga pemahaman Salafush
Shalih dan imam-imam yang mengikuti jalan mereka. Dan apa yang telah pasti
dari hal itu, tidak dipertentangkan dengan kemungkinan-kemungkinan (makna)
bahasa [*Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil ‘Aqidah*, hlm. 7,
Penerbit Darul Wathan].



Alquran dan as-Sunnah, keduanya merupakan wahyu Allah *Subhanahu wa Ta’ala*.
Sehingga, di antara keduanya sama sekali tidak terdapat pertentangan di
dalamnya. Oleh karena itul, cara memahami al-Kitab dan as-Sunnah ialah
dengan *nash-nash* al-Kitab dan as-Sunnah itu sendiri. Karena yang paling
mengetahui maksud suatu perkataan, hanyalah pemilik perkataan tersebut.

Para ulama <http://muslim.or.id/manhaj/mengenal-ulama-lebih-dekat-1.html>
menyebutkan kaidah di dalam memahami dan menafsirkan Alquran sebagai
berikut:

   - Menafsirkan Alquran dengan Alquran
   - Menafsirkan Alquran dengan as-Sunnah
   - Menafsirkan Alquran dengan perkataan-perkataan para sahabat
   - Menafsirkan Alquran dengan perkataan-perkataan para tabi’in
   - Menafsirkan Alquran dengan bahasa Alquran dan as-Sunnah, atau keumumam
   bahasa Arab

*Al-Hafizh* Ibnu Katsir menyatakan, jalan yang paling benar dalam
menafsirkan Al Quran ialah:

   - Alquran ditafsirkan dengan Alquran. Karena apa yang disebutkan oleh
   Alquran secara global di satu tempat, terkadang telah dijelaskan pula dalam
   Alquran secara luas di tempat yang lain.
   - Jika hal itu menyusahkanmu [yakni Anda tidak mendapatkan penjelasan
   ayat dari ayat lainnya, Pen.], maka engkau wajib me-*ruju`* kepada
   as-Sunnah, karena ia merupakan penjelas bagi Alquran.
   - Jika tidak mendapatkan tafsir di dalam Alquran dan as-Sunnah, dalam
   hal ini kita me-*ruju*` kepada perkataan para sahabat. Mereka lebih
   mengetahui tentang hal itu, karena mereka menyaksikan alamat-alamat dan
   keadaan-keadaan yang mereka mendapatkan keistimewaan tentangnya [yaitu
   hanya generasi sahabat yang menyaksikan turunnya wahyu dan yang menjadi
   penyebab turunnya. Demikian juga Rasulullah bersama mereka, sehingga para
   sahabat dapat menanyakan ayat-ayat yang susah difahami. Adapun generasi
   setelah sahabat tidak mendapatkan hal-hal seperti di atas, Pen.]. Juga
   karena para sahabat memiliki pemahaman yang sempurna, ilmu yang benar, dan
   amal yang shalih. Terlebih para ulama sahabat dan para pembesar mereka,
   seperti imam empat, yaitu *khulafaur rasyidin*, para imam yang mengikuti
   petunjuk dan mendapatkan petunjuk, Abdullah bin Mas’ud, juga *al-habrul
   al-bahr* (seorang *‘alim* dan banyak ilmunya) Abdullah bin Abbas.



   - Jika engkau tidak mendapatkan tafsir di dalam Alquran dan as-Sunnah,
   dan engkau tidak mendapatinya dari para sahabat, maka dalam hal ini banyak
   para imam me-*ruju`* kepada perkataan-perkataan tabi’in, seperti Mujahid
   bin Jabr, karena beliau merupakan ayat (tanda kebesaran Allah) dalam bidang
   tafsir. Juga seperti Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah maula Ibnu Abbas, ‘Atha bin
   Abi Rabah, al-Hasan al-Bashri, Masruq bin al Ajda’, Sa’id bin al-Musayyib,
   Abul ‘Aliyah, Rabii’ bin Anas, Qatadah, adh-Dhahhak bin Muzahim, dan
   lainnya dari kalangan tabi’in (generasi setelah sahabat), dan tabi’ut
   tabi’in (generasi setelah tabi’in). (Perkataan-perkataan tabi’in bukanlah
   *hujjah* jika mereka berselisih), namun jika mereka sepakat terhadap
   sesuatu, maka tidak diragukan bahwa itu merupakan *hujjah*.



   - Jika mereka berselisih, maka perkataan sebagian mereka bukanlah
   *hujjah* terhadap perkataan sebagian yang lain, dan bukan *hujjah* atas
   orang-orang setelah mereka. Dalam masalah itu, maka tempat kembali ialah
   kepada bahasa Alquran dan as-Sunnah, atau keumumam bahasa Arab, atau
   perkataan para sahabat dalam masalah tersebut. Adapun menafsirkan Alquran
   semata-mata hanya dengan pikiran (akal), maka (hukumnya) haram.” (*Tafsir
   al-Qur`anul Azhim, Muqaddimah*, 4-5).



Adapun kewajiban berpegang sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih, yaitu
para sahabat, tabi’in, dan para imam yang mengikuti jalan mereka, maka
dalil-dalilnya sangat banyak, antara lain:

Firman Allah *Ta’ala*,

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى
وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ
جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

*Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia
ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.* (Q.S
an-Nisaa` : 115).



Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah* rahimahullah* berkata, “Sesungguhnya,
keduanya itu (yaitu menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Pen.) saling
berkaitan. Semua orang yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, berarti dia mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin.
Dan semua orang yang mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
berarti dia menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya.” (*Majmu’
Fatawa*, 7/38).

Rasulullah *shallallahu ‘alaihi wa sallam* bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ

*Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu generasi sahabat), kemudian
orang-orang yang mengiringi mereka (yaitu generasi tabi’in), kemudian
orang-orang yang mengiringi mereka (yaitu generasi tabi’ut tabi’in)*.
(Hadits *mutawatir*, Bukhari, no. 2652, 3651, 6429; Muslim, no. 2533; dan
lainnya).



Nabi *shallallahu ‘alaihi wa sallam* juga bersabda,

وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي
النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

*Sesungguhnya, Bani Israil telah berpecah-belah menjadi 72 agama. Dan
sesungguhnya umatku akan berpecah-belah menjadi 73 agama. Mereka semua di
dalam neraka kecuali satu agama. Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah
mereka, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Siapa saja yang mengikutiku dan sahabatku.”* (H.R Tirmidzi, no. 2565;
al-Hakim, Ibnu Wadhdhah; dan lainnya; dari Abdullah bin ’Amr. Dihasankan
oleh Syaikh Salim al Hilali di dalam *Nash-hul Ummah*, hlm. 24).



Berpegang teguh kepada Sunnah (ajaran) Rasulullah *shallallahu ‘alaihi wa
sallam* dan Sunnah (ajaran) para *khulafaur rasyidin* dan para sahabat
inilah solusi di saat umat menghadapi perselisihan, tidak ada jalan lain!



Beliau *shallallahu ‘alaihi wa sallam* juga bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا
حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا
كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ
الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

*Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat
(kepada penguasa kaum muslimin), walaupun (ia) seorang budak Habsyi. Karena
sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, ia akan melihat perselishan yang
banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para
khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah, dan giggitlah
dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena
semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah
sesat.* (H.R Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; ad-Darimi; Ahmad; dan
lainnya dari al-‘Irbadh bin Sariyah).



Jika suatu istilah telah jelas maknanya menurut al-Kitab, as-Sunnah, sesuai
dengan pemahaman para ulama Salaf, atau telah terjadi *ijma*`, maka seorang
pun tidak boleh menyelisihinya dengan alasan makna bahasa.



Sebagai contoh, istilah rasul, secara bahasa artinya orang yang diutus.
Sedangkan menurut istilah *syara*’ -menurut al-Kitab dan as-Sunnah sesuai
dengan pemahaman ulama- rasul adalah seorang manusia, laki-laki, diberi
wahyu syariat (yang baru), dan diperintah untuk menyampaikan kepada umatnya
(orang-orang kafir). Dan rasul yang terakhir adalah Nabi Muhammad *shallallahu
‘alaihi wa sallam* [lihat:* ar-Rusul war-Risalat*, hlm. 14, 15, Dr. Umar
Sulaiman al-Asyqar; *Al-Irsyad ila Shahihil Itiqad*, hlm. 203, Syaikh
Shalih al Fauzan].

Namun, ada sebagian orang yang menyimpang memiliki anggapan bahwa setiap
mubaligh adalah rasul, dan rasul tetap diutus sampai hari Kiamat. Alasan
yang dikemukakan ialah, karena secara bahasa, rasul artinya orang yang
diutus. Pemahaman seperti ini adalah bid’ah, sesat dan menyesatkan [penulis
pernah ikut membantah seorang mubaligh dari Gemolong, Sragen, Jawa Tengah,
yang mengaku sebagai *rasul*. Dia beralasan, rasul artinya ialah orang yang
diutus. Sedangkan orang ini mengaku sendiri, bila ia tidak mengerti bahasa
Arab dan kaidah-kaidahnya! Lihat juga *Aliran dan Paham Sesat di Indonesia*,
hlm. 32, Hartono Ahmad Jaiz].



Contoh lainnya, seperti istilah *qurban*, secara bahasa artinya mendekat,
atau semua yang digunakan untuk mendekatkan kepada Allah* Subhanahu wa
Ta’ala* [lihat *Mu’jamul Wasith*, Bab ق ر ب]. Sedangkan menurut istilah
*syara’,* menurut al-Kitab dan as-Sunnah -sesuai dengan pemahaman ulama-
qurban adalah binatang ternak yang disembelih pada hari raya qurban (10
Dzulhijjah) dan hari-hari *tasyrik* untuk mendekatkan diri kepada
Allah [*Al-Wajiz
fii Fiqhis Sunnah wal Kitabil Aziz*, hlm. 405, Syaikh Abdul ‘Azhim al
Badawi, Penerbit Dar Ibnu Rajab, Cet. 3, Th. 1421H/2001M]. Tetapi, Kelompok
al-Zaitun, dengan alasan arti qurban secara bahasa, kemudian mengusulkan
dan mempraktekkan qurban dengan bentuk uang untuk membangun sarana
pendidikan, dan manganggapnya sebagai qurban yang optimis dan berwawasan
masa depan. Pemahaman seperti ini adalah bid’ah, sesat dan menyesatkan
[lihat *Aliran dan Paham Sesat di Indonesia*, hlm. 48, Hartono Ahmad Jaiz].



Ini sebagian contoh kasus tentang kesalahan memahami istilah agama Islam,
karena semata-mata me-*ruju*` kepada arti bahasa. Kasus seperti ini sangat
banyak. Semua ini menyadarkan kita tentang perlunya memahami al-Kitab dan
as-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih. Tentu pemahaman tersebut
melalui para ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah, atau para ustadz yang dikenal
kelurusan aqidah dan manhaj mereka, serta amanah mereka dalam
menyampaikan *ilmu
agama* <http://ustadzmuslim.com/ilmu-dan-keutamaannya/>. Hal itu dapat
secara langsung berguru kepada mereka, atau lewat tulisan, kaset, dan
semacamnya. (ciguak : www.muslim.or.id <http://muslim.or.id>)



Semoga Allah selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran.



Salamaik tidua Pak MD.

He he he……………………,



*mm****

Pada 6 April 2015 22.27, Maturidi Donsan <maturid...@gmail.com> menulis:

> Sapakek awak, baso kiai ko mungkin io sasek.
>
> Tapi nan ambo tanyokan ka palanta alun dapek jawaban lai:
>
>
> “Untuk menyelesaikan masalah diantara kamu umat islam, kebalilah kepada
> KITABULLAH.”
>
> Nabi tidak menyebut kembali kepada Kitabuulah dan Sunnah.
>
> Artinya nabi tidak mengikutkan sunnah/hadis.
>
> Apakah ada sanak-sanak dipalanta yang mengetahui hadis ini.
>
> 1. Dalam buku apa
>
> 2. Halaman berapa
>
> 3. Alinea berapa
>
> 4. Tulisan siapa
>
> 5. Perawinya  siapa.
>
>
>
> Terima kasih kepada sanak-sanak yang bisa memberikan pencerahan.
>
>
> Wass,
>
>
> Maturidi
>
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke