Ada yang terlewat.
Kata Idaman adalah singkatan dari Islam Damai Aman.

Wassalam,

ANB

Pada 17 Oktober 2015 11.31, Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
menulis:

> Assalamu'alaikum Wr. Wb.
> Tuo-tuo Rantaunet n.a.h.
> Juga uda, uni, adiak n.a.s. karena Allah.
>
> Jalan hidup kadang mengantarkan kita pada (banyak) peristiwa tak terduga.
> Atau lebih tepatnya, tidak kita rencanakan sebelumnya. Kita semua pernah
> merasakan hal ini, dalam berbagai bentuk. Untuk ambo, contohnya adalah
> kejadian berikut.
>
> Beberapa bulan lalu (usai Idul Fitri), Sekjen Partai Idaman Ramdansyah
> Bakir (mantan Ketua Panwaslu DKI) mengontak ambo, menanyakan apakah ambo
> mau ngobrol-ngobrol dan memberikan masukan tentang kebudayaan, kepada Rhoma
> Irama (RI), Ketum Idaman. Bukan paparan yang ilmiah dan akademis, hanya
> sekadar obrolan biasa.
>
> Karena topiknya menarik minat ambo, dan sebagai bentuk implementasi
> silaturahim sesama muslim, ambo jawab mau. Apalagi ambo belum pernah
> berbicara dengan RI sebelumnya, meski aktif di majalah berita sekitar 16
> tahun. Tak sekali pun pernah berbincang dan bertatap muka.
>
> Maka beberapa hari kemudian diadakan pertemuan di rumah RI, menjelang
> shalat Jumat.  RI menjelaskan visi misi Partai Idaman, ambo mendengarkan.
> Inti paparan RI: ingin mewujudkan bentuk Islam yang rahmatan lil alamin di
> Indonesia, dan membangun Indonesia yang Pancasilais.
>
> Ketika ambo diminta berkomentar, ambo bicara mengalir saja, dengan inti
> pendapat dua pula yakni:
>
> (1). Alhamdulillah jika bentuk akhlakul karimah yang ingin dimunculkan
> Partai Idaman di Indonesia. Tetapi jangan dilupakan konteks, bahwa
> Indonesia yang dimaksud adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
> seperti telah diperjuangkan para Bapak Bangsa, termasuk antara lain Bung
> Hatta, Haji Agus Salim, Pak Natsir, Buya Hamka, dll.
>
> (2) Tentang kebudayaan secara umum, dan kesenian sebagai ekspresi khusus
> kebudayaan, tentu sangat baik jika banyak kesenian Islam yang muncul dan
> bisa menjadi kegemaran masyarakat. Tetapi jangan dilupakan konteks bahwa
> Indonesia adalah masyarakat majemuk, heterogen, maka bentuk-bentuk ekspresi
> kebudayaan masyarakat non-muslim pun perlu dihargai dan dirangkul, dengan
> catatan sepanjang tidak mencederai nilai-nilai ketuhanan dan merendahkan
> harkat martabat manusia.
>
> Reaksi RI mendengar ucapan ambo adalah tersenyum tipis dan sesekali
> mengangguk-anggukan kepala. Saat itu ambo tidak tahu apakah RI melakukan
> gestur tersebut sebagai bentuk keramahtamahan seorang tuan rumah terhadap
> tamu, atau memang RI setuju dengan pendapat ambo.
>
> Tersebab sudah menjelang shalat Jumat, maka obrolan santai sekitar 40-45
> menit itu pun usai. Dan tidak dilanjutkan setelah shalat Jumat karena RI
> harus terbang ke luar kota.
>
> Sekitar dua pekan kemudian, Sekjen Ramdansyah kembali menghubungi ambo
> menyatakan bahwa RI "sreg" dengan pendapat ambo dan menanyakan apakah ambo
> bersedia membantu sebagai Wakil Ketua Umum Partai Idaman Bidang
> Pengembangan Manusia dan Kebudayaan (total ada 5 Waketum seperti pada
> screen shot artikel Republika terlampir).
>
> Waduh! Ambo benar-benar tak menyangka perkembangannya ke sana. Jadi ambo
> mencoba berkelit dengan sopan dengan mengatakan bahwa tentu masih banyak
> orang lain yang punya kapasitas dan kapabilitas lebih tinggi dari ambo
> untuk tema itu.
>
> Jawaban Ramdan di ujung telpon, "Memang ada banyak orang yang ingin masuk
> DPP, tapi semua nama person di semua pos diputuskan Bang Haji, dan untuk
> Waketum Budaya beliau hanya sreg dengan Uda Akmal karena Uda sudah punya
> konsepnya. Bang Haji setuju sekali dengan apa yang Uda Akmal sampaikan."
>
> Ma syaa Allah.
>
> Ambo pikir tadinya itu hanya perbincangan biasa yang digunakan RI sebagai
> brainstorming untuk mendapatkan ide-ide (segar) dalam menjalankan Partai
> Idaman kelak. Tentu RI sudah berbincang dengan banyak orang, dari berbagai
> bidang dan profesi, selain ambo.
>
> Ambo minta waktu berpikir (sambil berdiskusi dengan anak istri, terutama
> menyangkut kondisi kehidupan kami yang saat ini juga tak bisa dibilang
> mapan, melainkan pas-pasan. Belum lagi menyangkut satu urusan domestik yang
> sedang keluarga ambo hadapi dan agak krusial). Tak lupa sebagai muslim,
> ambo pun minta petunjuk Allah Azza wa Jalla tindakan apa yang seharusnya
> ambo ambil atas tawaran seperti itu.
>
> Uniknya semakin ambo mencoba menolak tawaran itu dengan meningkatkan
> justifikasi rasional bahwa dunia politik sekarang adalah dunia yang
> membutuhkan banyak "logistik", justru semakin sering ambo mendapat
> bayangan/visualisasi kehidupan Haji Agus Salim sang politikus besar yang
> rumah pun hampir selalu mengontrak. Terbayang pula kehidupan Sang
> Proklamator Bung Hatta, Bapak Bangsa, yang sampai akhir hayatnya pun sepatu
> Bally yang diinginkannya tetap tak terbeli. Muncul lagi gambaran-gambaran
> imajinatif tentan Pak Natsir, Pak Sjafruddin Prawiranegara, Buya Hamka,
> dll, ketika mereka menjadikan politik sebagai sarana dakwah untuk
> mendekatkan diri kepada Ilahi, bukan sarana memperkaya diri.
>
> Teringat pula (salah satu) kuliah Prof. A. Rahman Zainuddin di FISIP UI,
> salah seorang dosen ambo dulu bahwa "moralitas itu sesungguhnya sesuatu
> yang melekat (embedded) pada diri politikus. Politikus yang tak bermoral
> sesungguhnya tak pantas disebut politikus, selain penghamba kekuasaan."
>
> Waktu terus berjalan. Ambo "buying time" dengan tak segera menjawab,
> berharap RI sudah menemukan calon Waketum lain yang lebih cocok.
>
> Lalu datanglah hari ketika Ramdan kembali menelpon bagaimana jawaban ambo
> terhadap permintaan Bang Haji? Beliau masih menginginkan ambo membantu DARI
> DALAM Partai Idaman. Bukan dari luar. Susunan Pengurus yang definitif akan
> segera ditentukan karena jadwal Deklarasi Nasional (1 Muharram) semakin
> mendekat.
>
> Sebetulnya ini bukan pertama kalinya aku menolak tawaran bergabung di
> parpol. Tahun 2009 ambo pernah pula mendapat tawaran bergabung di sebuah
> parpol besar, juga di Departemen Budaya DPP. Tapi saat itu ambo masih bisa
> bilang, "Thanks, but no thanks."
>
> Saat ini, meski sisi rasional benak ambo terus menerus menyarankan agar
> ambo menampik dengan sopan tawaran RI, tetapi sisi emosional dan spiritual
> ambo berkata lain dibanding tahun 2009.
>
> Saat ini ambo teringat bahwa RI pernah juga menjadi korban penzaliman
> Soeharto ketika di tahun 1977-1982 beliau dilarang tampil di TVRI tersebab
> keaktifannya sebagai juru kampanye PPP. Larangan itu baru diangkat tahun
> 1988.
>
> Belakangan ini, RI sering juga dijadikan "kuda tunggangan" oleh
> pihak-pihak lain, seperti tersaji gamblang dalam Pilpres tahun lalu.
> Dimanfaatkan.
>
> Belum lagi visinya untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'alamin dan
> sifat terbuka Partai Idaman (yang meski berbasis nilai-nilai Islam, namun
> tetap partai terbuka bagi non-muslim), adalah kredit yang patut
> diapresiasi.
>
> Akhirnya dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang prosesnya tak mudah
> itu, berkonsultasi dengan keluarga, dan terus mengharapkan bimbingan Allah
> Azza wa Jalla, akhirnya ambo menyatakan menerima kepercayaan RI yang
> merupakan bentuk trust luar biasa besar atas kiprah ambo yang tidak ada
> apa-apanya dalam kancah dunia politik nasional selama ini.
>
> Bismillahirrahmanirrahim.
>
> Maka sejak 1 Muharram 1437 (14 Oktober 2015) ambo dengan resmi menempuh
> (semoga) jalan dakwah baru dengan berkiprah langsung di dunia politik tanah
> air, setelah mengucapkan Sumpah dan Janji Pengurus Inti Partai Idaman di
> Tugu Proklamasi, dalam acara yang dihadiri 2000-an orang, baik sipil
> (non-partai) maupun wakil-wakil parpol yang hadir hampir dari seluruh
> parpol sekarang.
>
> Ambo sangat paham bahwa dunia politik Indonesia saat ini adalah dunia yang
> penuh fitnah, kejam, penuh tikungan berliku, di mana setiap senyuman yang
> terlihat belum tentu berisi kehangatan persaudaraan, malah bisa sebaliknya.
>
> Karena itulah dengan penuh kerendahan hati, ambo berharap agar seluruh
> Dunsanak RantauNet yang ambo hormati, untuk tetap berkenan membimbing,
> memberi masukan, sampai mengkritik jika diperlukan, sekiranya ada
> tanda-tanda langkah yang akan ambo lakukan melenceng dan keluar jalur di
> masa depan. Semoga itu tidak akan terjadi.
>
> Ini pilihan berat, salah satu terberat dalam hidup ambo. Tetapi ikhtiar
> untuk memperbaiki masyarakat, memperbaiki bangsa, harus tetap kita lakukan
> di mana pun kita berada.  Dan saat ini, kebetulan satu pintu politik
> sedang terbuka di hadapan ambo.
>
> Mohon maaf lahir batin jika ada Dunsanak RN yang kurang berkenan membaca
> posting ini. Sama sekali tidak ambo niatkan untuk promosi partai/kampanye,
> melainkan semata-mata karena ambo merasa sebagai bagian integral dari
> keluarga besar RantauNet.
>
> Wallahul muwaffiq ilaa aqwaamith thariq.
> Semoga Allah selalu menuntun kita ke jalan yang lurus.
>
> Hamba Allah yang dhaif,
>
> Akmal Nasery Basral
> 47, Cibubur.
>
> Terlampir cuplikan berita *Republika*, Kamis 15 Oktober 2015.
>
>
>
>
>
>
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Reply via email to