Para sanak pegiat pariwisata Sumbar,

 

Rasanya akan cukup menarik jika dalam kesempatan ini saya menyampaikan  semacam 'laporan pandangan mata' mengenai suasana kampanye pemilihan presiden di Amrik ini, khususnya karena bagaimanapun juga suasana di Tanah Air kan sudah mulai 'demam pilpres'. Sudah tampil beraneka warna calon, yang masing-masing sudah menampilkan berbagai macam strategi, taktik, dan teknik untuk memesona massa pemilih, termasuk dengan menjelek-jelekan rivalnya.

 

Saya pernah mengalami suasana kampanye pilpres di Amrik ini menjelang bulan November 1973 -- 35 tahun yang lalu -- sewaktu saya menjadi mahasiswa pasca sarjana di Woodrow Wilson School of Public and International Affairs di Princeton University, N.J. Hanya saat itu saya tak banyak memperhatikannya, karena saya benar-benar sibuk kuliah dan menyerap berbagai mata kuliah yang saya rasa perlu saya kuasai, khususnya tentang 'modernization and development', terutama tentang Jepang, dan teori tentang 'human resources development". Lain dengan kini, sewaktu saya sudah mempunyai banyak waktu dan rasanya sudah punya cukup banyak pengalaman untuk membandingkannya dengan pilpres di Tanah Air kita.

 

Sudah barang tentu saya sadar tentang demikian banyak perbedaan antara Amrik dengan Indonesia: yang satu sudah berusia 232 tahun ( 1776-2008) yang lain 63 tahun; yang satu negara federal yang lain negara kesatuan; yang satu negara industri maju yang lain negara agraris yang sedang dihimpit krisis berlarut; yang satu berpenduduk terdidik, yang lain rata-rata berpendidikan setingkat SD; yang satu menganut sistem dwi partai yang lain menganut sistem multipartai; yang satu relatif sekuler yang lain relatif religieus; yang satu relatif bebas korupsi, yang lain sarat dengan korupsi; yang lain diatur oleh hukum yang lain oleh 'kebijakan dan pesona', yang satu menghimpun dana kampanye dari para pendukung, yang lain memberi uang kepada para pemilih sebagai semacam sogokan ['money politics']; dan seterusnya.

 

Namun menarik untuk diingat bahwa juga ada banyak persamaannya: sama-sama menganut sistem pemerintahan presidensial; sama-sama sadar akan kemajemukan masyarakatnya, yang tercermin dalam lambang negara 'E Pluribus Unum' dan 'Bhinneka Tunggal Ika"; sama-sama dianugerahi Allah swt dengan kekayaan sumber alam; dan sama-sama pernah mengalami betapa beratnya mengatasi masalah ikutan perang saudara. Lain dari itu, sama-sama menganut ketentuan bahwa seorang presiden hanya boleh punya dua kali masa jabatan saja.

 

Dengan menyadari perbedaan  dan persamaan tersebut, berikut ini pengamatan saya terhadap kampanye pemilihan presiden Amrik yang sekarang ini.

 

Bagi saya, sungguh sangat menarik jika hanya ada dua partai politik saja, seperti Partai Republik dan Partai Demokrat di Amrik ini. Isu yang diusung dan tokoh yang akan ditampilkan sangat jelas, apalagi para pemilihnya terdidik dan mampu menilai calon-calonnya secara rasional. Secara pribadi saya risau dengan kecenderungan yang ada di Tanah Air, yang umumnya selain memunculkan tokoh-tokoh yang mencari suara dengan hanya berbekalkan pesona pribadi [?] dan dana yang besar untuk membeli suara pemilih. Mereka ini berlomba-lomba membentuk partai yang fungsinya hanya satu saja, yaitu sebagai 'kenderaan politik' agar bisa mencalonkan diri. Tidak lebih dan tidak kurang. Saya percaya bahwa tak ada capres atau cagub, cabup atau cawali yang akan melamar menjadi anggota partai politik kalau boleh maju sebagai calon independen. Seperti dialami oleh Dr Nurcholis Madjid [alm] dan berbagai calon-calon belakangan, seluruh partai politik ini terlebih dahulu meminta 'gizi' sebelum bersedia mencalonkan seseorang. Pengalaman dalam pilkada di Jakarta, bahkan mereka yang sudah membayar 'gizi' kepada partai belum tentu akan benar-benar dicalonkan, terutama kalau ada 'penawar' yang lebih tinggi. Dengan kata lain, partai-partai kita tak lain adalah semacam 'broker', calo, dalam suatu 'industri politik' yang bertujuan hanya untuk mencari untung belaka. Tidak ada ideologi, dan tidak ada program. Yang ada hanya soal 'fulus'. Karena itu jangan heran, jika sekali terpilih para mantan calon ini akan berusaha 'kembali modal' dulu, dan kalau bisa, setelah memperoleh 'break even point' lalu mencari profit dan bonus sebesar-besarnya. Dan juga jangan heran jika dua orang calon wagub dalam pilkada DKI Jakarta meminta kembali 'gizi' yang sudah diberikannya. Kabarnya yang seorang berhasil memperoleh kembali 'investasinya' itu, entah penuh entah sebagian, saya tidak tahu.

 

Saya tak melihat gejala itu di Amrik. Biaya kampanye pilpres bukan main besar, bukan hanya untuk mendatangi seluruh negara bagian tetapi juga untuk biaya kampanye melalui televisi. Seluruhnya itu diperoleh dari para pendukung calon dan disiarkan secara terbuka. Partai politik di Amrik kelihatannya tidak berperan sebagai calo dalam 'industri politik', tetapi sekedar merupakan forum pengelompokan longgar dari mereka yang sefaham dan sekepentingan. Tidak banyak orang ayng tahu siapa ketua Partai Republik atau Partai Demokrat. [Kalau disini kan ketuanya yang terlebih dahulu menonjolkan diri, kalau perlu liwat iklan segala]. Seorang capres secara pribadi harus mendatangi seluruh negara bagian, bukan hanya untuk memperoleh dukungan massa pemilih, tetapi juga untuk memperoleh dukungan suara para delegasi yang akan menentukan siapa yang akan dicalonkan masing-masing partai.

 

Pemilihan presiden di Amrik ini dilakukan secara bertingkat, tidak secara langsung. Tahap pertama para calon harus berjuang keras mengalahkan rivalnya, baik di dalam partainya sendiri maupun menghadapi partai lawannya. Ada kalanya mereka berkampanye sendiri-sendiri, dan ada kalanya 'diadu' berdebat secara terbuka mengenai rencana kebijakannya dalam berbagai masalah aktual yang menjadi perhatian dan keprihatinan masyarakat. Puncak dari babak pertama ini adalah konvensi partai politik, dimana calon-calon dalam partai yang sama akan dipilih dan diputuskan secara resmi. Sungguh menarik untuk memperhatikan bahwa jauh sebelum diselenggarakannya konvensi partai politik, para delegasi dan 'super delegates' dalam setiap partai dapat menjelaskan kepada publik calon maka yang akan mereka dukung.

 

Dapat saya sampaikan, bahwa calon-calon dari Partai Republik -- partainya Presiden George W Bush yang sudah kehilangan pamor akibat petualangannya di Irak -- terkesan sudah tidak lagi menarik perhatian massa pemilih Amrik, walaupun ada calon yang hebat seperti pahlawan perang John McCaine.  Sorotan publik dan media massa sebagian besar tertumpah pada dua calon Partai Demokrat: Barack Obama, seorang kulit hitam yang sewaktu kecil pernah tinggal di Jakarta; dan Hillary Clinton, isteri mantan Presiden Bill Clinton. Saya sangat menikmati perdebatan kedua calon presiden Partai Demokrat ini, yang disiarkan secara luas oleh televisi Amrik. Mutu perdebatannya tinggi, dan benar-benar bisa menjadi bahan pendidikan politik bagi kaum muda.

 

Sungguh, ditinjau dari segi apapun jelas Barack Obama jauh lebih unggul, bukan hanya dari Hilary Clinton, tetapi juga dari John McCaine. Obama masih muda, energik, cerdas, seorang senator, penuh percaya diri dan sangat menguasai masalah, mampu menjawab pertanyaan secara langsung dan spontan, tanpa konsep. Jelas sekali ia punyai visi dan konsep ke arah mana ia akan membawa Amrik dalam empat tahun mendatang. Gayanya sudah cukup 'presidential like', dan tak ragu-ragu untuk mengatakan 'my administration'  jika terpilih nanti. Ia juga sangat sportif, menghargai hal-hal baik dari lawannya, sehingga malah menimbulkan simpati publik. Ia secara jelas menolak peranan para pelobi dalam pembuatan kebijakan pemerintahan Amrik.[ Saya bermimpi di siang bolong akan timbulnya seorang Obama Indonesia dalam pilpres 2009 yang akan datang].

Saya cukup bersimpati kepada Hilary Clinton. Orangnya anggun, wawasannya juga jelas, beliau pintar, pendukungnya juga banyak, dan mampu mendorong dukungan dana dari para simpatisannya. Beliau jeas sekali seorang 'fighter'.Tapi entah mengapa, dalam peroleh dukungan suara dari para delegasi Partai Demokrat, beliau kalah suara oleh Obama. Saya tidak percaya hal itu disebabkan karena beliau perempuan. Sebabnya sederhana saja, yaitu oleh karena Obama jauh lebih baik dari beliau, sehingga bagaimanapun pilihan akan jatuh pada Obama. Kalau lawannya tidak sehebat dan tak setangguh Obama, pasti beliau yang akan terpilih. Saya rasa, kalaupun nanti akan kalah dalam konvensi Partai Demokrat, kalahnya secara terhormat. Rasanya dalam pemilihan presiden tanggal 4 November 2008 yang akan datang -- jika tak ada kejadian luar biasa -- Barack Obama akan menjadi presiden kulit hitam pertama dalam sejarah Amrik, yang selanjutnya akan dilantik oleh The Supreme Court pada tanggal 4 Januari 2009.

 

Saya sama sekali tidak melihat adanya demo para pendukung masing-masing capres seperti yang pernah terjadi di Tanah Air kita, yang akan mungkin terjadi lagi menjelang bulan April 2009 yang akan datang. Perhatikanlah adanya partai-partai kembar yang terjadi karena para pimpinannya berebut kursi. Saya berharap bahwa para pemilih kita semakin cerdas dalam pilpres nanti, seperti yang sudah ditunjukkannya dalam Pemilu 1999 dan Pemilu 2004, dimana PDI P yang dipimpin Megawati Soekarnoputri benar-benar 'dibanting' para pendukungnya.

 

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, 71 th, sementara di Dallas, Texas, USA)



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke