Walaikumussalam WW

Mak Lembang, jika ditanya ke saya go eh, iya tidak lantas angan saya doh.
Bisa pula tabik suga saya jadinya tuh.

Salam
St.P

-----Original Message-----
From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of Muhammad Dafiq Saib
Sent: 03 Juni 2008 12:54
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Buya Safei Maarif: Kekerasan Atas Nama Agama

Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
 
Mak Syafii yang dirahmati Allah,
 
Kata kuncinya sebenarnya hukum, mak. Seandainya dinegeri kita ini tegak
hukum yang jelas ujung dan pangkalnya, tentulah orang tidak akan bersilantas
angan. Sedikit lebih banyak dari mamak, saya 300% persen tidak setuju dengan
tindak kekerasan, yang merusak, yang menghancurkan, yang membakar harta
orang. Itu zhalim namanya, walau saya tidak mengaji sampai jauh-jauh ke
pesantren, saya tahu bahwa yang seperti itu tidak elok dilakukan. Berdosa
kita.
 
Tapi coba pulalah mamak tengok. Ada orang menyarungkan baju mamak,
ditambahinya dengan renda berurai-urai, ditambahinya dengan terawang yang
seenak di perutnya, sesudah itu dia menari-nari di depan hidung mamak,
mengatakan bahwa baju itu adalah dia yang punya, dicemoohnya pula bahwa
dialah yang yang lebih pantas menyarungkan baju itu karena dia sudah
memperbaharuinya. Apa yang akan mamak lakukan?
 
Hukum, mak. Disini terasa benar perlunya tegak hukum yang jelas. Kalau sudah
seperti itu harus jelas jantan betinanya. Kalaulah memang betul itu bajunya,
karena sudah ditambahnya corak dan raginya, sesuka hatinyalah, tapi jangan
dibawanya lagi menari di hidung mamak. jangan pula lagi dia ngeyel di
hadapan mamak bahwa dia yang lebih santing.
 
Ngeyel inilah mak, yang sering membawa banyak orang yang sekolahnya tidak
tinggi, cepat gelap mata. Dan ngeyel ini adalah sikap usali golongan 'itu'
yang sudah sangat sering terbukti. Kalau mereka nak bernabi, nabi baru,
selama itu diperbincangkannya di rumah ibadatnya sendiri, bak kata
hatinyalah mak. Tapi kalau dia mengaji seperti itu, dikeraskannya miknya ke
luar, padahal di luar adalah orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka,
yang sakit hatinya karena merasa bajunya dicilut lalu ditukar raginya,
orang-orang seperti inilah yang cepat singkat pikirannya. Orang-orang
seperti inilah yang setelah itu cepat hambun karam, menghempas merusak
seperti yang mamak katakan. Jadi siapa yang salah mak?
 
Contoh kecil di surau ini saja mak. Masuk golongan mereka itu kesini, ini
surau orang 'main-stream' kata mereka,  tahu mereka, sadar mereka bahwa
mereka memang berlain dari orang banyak. Tapi begitu masuk, langsung galas
mereka yang mereka kembangkan.
 
Cobalah mak, mintak sifat pula hambo. Bagaimana sebaiknya menghadapi orang
yang seperti ini menurut mamak? Cukupkah dengan mengurut-urut dada saja?
Mengatakan bahwa mereka kan berhak pula berkeyakinan?
 
Maaf jo reda, mak.
 
Wassalamu'alaikum
 
 
Lembang Alam



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke