Dunsanak sapalanta,
Ambo indak mangupeh tantang turunnya Nabi Isa atau banyak hadith-hadith 
lainnyo, sabab ambo indak punyo perbendaharaan nan banyak tantang itu. Bapulang 
ka nan labiah tau.
Tapi, nan jadi PEER bagi awak adolah....."manga.... perbuatan-perbuatan 
keras itu harus terjadi"...., itu mungkin cambuak untuak awak basamo.
Wak caliak kondisi kini, 
Mulai keamanan nan indak aman, pencurian dimana-mana, perampokan 
dimana-mana................sampai-sampai bacakak antaro urang nan paralu 
diamankan jo patugeh keamanan. Misal: mahasiswa dengan polisi, masa dengan 
polisi.., dst.
Korupsi marajalela, sampai-sampai.................urang nan mambuek 
undang-undang anti korupsi  jo nan mancari tukang korupsi sato pulo 
mangorupsi.
Kini jumlah nan ka dihukum jo "patugeh hukum", indak sabandiang lai. 
Sampai-sampai pamarentah paralu marehab jo mambangun hotel Paredo 
tu nan labiah banyak.
Tapi, bukan itu sabananyo mangatasinyo. 
Pacapek manyalasaikan masalah nan ado, jan di tunggu-tunggu. Jaan pulo 
manyalasaikan masalah bantuak pareman manyalasaikan masalah. Kios, pedagang, 
kaki lima.....kios dihancurkan, pemiliknyo dihantam habis-habisan oleh TIBUM. 
Pemilik rumah atau tanah yang kalah dalam persidangan, diseret, 
dipukul........diinjak dsb. Berilah contoh yang Islami bagi yang beragama 
Islam. Barilah hukuman nan sasuai ka para palaku, jaan piliah kasih. 
Mungkin,..........................mungkin,...........mungkin,............contoh 
itu yang sedang ditiru oleh masyarakat banyak. Kita selalu terlambat dalam 
menyelesaikan masalah. Kadang-kadang (atau mungkin sudah sering), setelah 
terjadi yang menggegerkan, baru rame-rame bersimpati. MasyaAllah. Adat 
Minangkabau perlu dicontoh, mungkin demokrasi pertama di negara tercinta ini 
adalah Minangkabau. Mungkin pemerintah perlu berguru kepada adat 
Minangkabau......bila benar-benar ingin menjadi negara demokrasi. Tapi nan
 kadicontoh adolah caro adat nan sabana adat, indak adat nan diadat-adatkan. 
Wallahualam.
 
Tan Lembang (52)
Lembang-Bandung.
 
 
 
 


--- On Tue, 6/3/08, andre suchitra <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: andre suchitra <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Buya Safei Maarif: Kekerasan Atas Nama Agama
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Tuesday, June 3, 2008, 3:02 AM


"Maksud saya, jika Isa masih harus
turun kembali, berarti misi Muhammad gagal. Saya tidak percaya bahwa
nabi Isa masih hidup, karena dia adalah manusia biasa yang atas dirinya
berlaku sepenuhnya hukum alam: lahir, dewasa, tua, dan mati. Tetapi,
Alquran membantah bahwa kematian nabi Isa karena disalib. Masalah ini
biarlah tidak diperdebatkan panjang-panjang, sebab saudara-saudara
Kristen kita memercayai bahwa Isa mati di kayu salib. Kita tidak perlu
memasuki teologi mereka."


Memang beberapa poin saya setuju , tapi lebih banyak tidaknya..

lihat paragraf diatas... Apakah "buya" syafii ma'arif tidak mengetahui hadith 
mengenai kedatangan
Nabi Isa 'alaihi salam yg salah satu tugasnya membunuh Al-Masih Ad-Dajjal di 
Lud?


Dan jika kalimat "Maksud saya, jika Isa masih harus
turun kembali, berarti misi Muhammad gagal" ...

logika apakah ini?
Saya mengharapkan sanak semua tidak termakan logika saja..
telitilah dalil2 mengenai statement2 Pak Syafii itu..

Dalil mengenai kedatangan Nabi Isa 'alaihi salam adalah dari hadith Rasulullaah 
sallallaahu 'alayhi wasallam.
Sedangkan sudah sempurnanya ajaran Islam yg dibawa oleh Rasulullaah sallallaahu 
'alayhi wasallam adalah Al-Maidah ayat 3.

Saya berharap bahwa logika semacam itu dari Pak Syaffi adalah ketidaktahuan 
beliau mengenai hadith tentang turunnya kembali 
Nabi Isa 'alayhissalam bukan penolakannya...

Disinilah hikmahnya kita bahwa tidak selamanya akal kita itu benar... 
Kebenaran yg mutlak hanyalah milik Allah
petunjuk yg haq adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sallallaahu 'alayhi 
wasallam bukan akal.



2008/6/3 suheimi ksuheimi <[EMAIL PROTECTED]>:


Bagus tulisan dan kupasannya utk bisa disebar luaskan
 
salam
 
K Suheimi




Darwin Bahar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:




Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 29 April 2008

http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=332015&kat_id=19

Tindakan kekerasan, brutalitas, bahkan peperangan atas nama agama bukan 
barang baru dalam sejarah peradaban (kebiadaban) manusia. Pelaku 
tindakan ini merasa paling beriman di muka bumi. Karena menganggap diri 
sebagai makhluk agung di antara manusia, mereka mengangkat dirinya 
sebagai orang yang paling dekat dengan Tuhan.

Karena itu, mereka berhak memonopoli kebenaran. Seakan-akan mereka telah 
menjadi wakil Tuhan yang sah untuk mengatur dunia ini berdasarkan 
tafsiran monolitik mereka terhadap teks suci. Perkara pihak lain akan 
mati, terancam, binasa, dan babak belur akibat perbuatan anarkis mereka, 
sama sekali tidak menjadi pertimbangan. Inilah jenis manusia yang punya 
hobi "membuat kebinasaan di muka bumi", tetapi merasa telah berbuat baik.

Seorang Presiden, George W. Bush, penganut Kristen puritan fundamentalis 
telah memakai agama untuk menghancurkan bangsa lain yang tak berdaya 
dengan seribu dalih. Perkembangan terakhir menunjukkan semakin banyak 
tentara Amerika yang bunuh diri karena diimpit suasana putus asa: perang 
di Afghanistan dan Irak tidak kunjung usai. Mereka memilih mati 
berkalang tanah daripada hidup becermin mayat. Itu belum lagi yang 
menjadi gila, rusak ingatan akibat perang yang dipaksakan. Bush dan para 
pendukungnya yang haus darah tidak hirau dengan semuanya ini.

Sementara itu, di kalangan segelintir Muslim, termasuk di Indonesia yang 
berkoar anti-Barat, atas nama agama telah membencanai tempat-tempat 
ibadah, perkantoran, bahkan rumah-rumah mereka yang berbeda agama atau 
mereka yang dianggap sesat dengan menggunakan fatwa MUI. Para pengrusak 
ini dari sudut pandang sistem nilai tidak banyak berbeda dengan Bush 
yang secara lahiriah ditentang oleh mereka. Di sinilah ironi itu 
berlaku. Dalam retorika politik, mereka seperti bermusuhan. Tetapi, 
dalam kelakuan, mereka bersahabat. Bedanya, Bush merusak dalam skala 
besar dengan persenjataan modern, sedangkan mereka dalam skala kecil, 
seperti dengan memakai pentungan, golok, linggis, dan lain-lain. 
Sementara itu, aparat seperti tidak mampu menghalangi mereka.

Dengan mengatakan demikian, anda jangan salah paham bila dikaitkan 
dengan paham Ahmadiyah yang jadi berita besar sekarang ini. Secara 
teologis, saya menolak 200 persen pendapat yang mengatakan bahwa ada 
nabi pasca-Muhammad, sekalipun katanya tidak membawa syariat. Jika 
memang begitu, mengapa harus dihadirkan nabi baru? Di sinilah saya gagal 
memahami kehadiran aliran Ahmadiyah. Mengapa tidak kembali saja kepada 
ajaran Islam semula. Adapun jika Ghulam Ahmad dipercayai sebagai 
pembaru, mungkin masalahnya tidak menjadi ruwet, sekalipun sebagian 
besar umat Islam tidak mengakuinya.

Sepanjang sejarah Islam selama sekian abad, umat yang percaya kepada 
kemunculan pembaru bukan barang baru, tetapi hanya sebagian tokoh yang 
memercayainya. Dengan pernyataan ini, posisi saya tentang Ahmadiyah 
sudah sangat gamblang. Memang dalam beberapa hadis dikatakan tentang 
akan turunnya nabi Isa sebelum kiamat. Dan katanya, Ghulam Ahmadlah 
orangnya.

Saya sungguh berharap agar hadis-hadis serupa ini diteliti kembali, 
sebab implikasinya sangat dahsyat. Maksud saya, jika Isa masih harus 
turun kembali, berarti misi Muhammad gagal. Saya tidak percaya bahwa 
nabi Isa masih hidup, karena dia adalah manusia biasa yang atas dirinya 
berlaku sepenuhnya hukum alam: lahir, dewasa, tua, dan mati. Tetapi, 
Alquran membantah bahwa kematian nabi Isa karena disalib. Masalah ini 
biarlah tidak diperdebatkan panjang-panjang, sebab saudara-saudara 
Kristen kita memercayai bahwa Isa mati di kayu salib. Kita tidak perlu 
memasuki teologi mereka.

Kembali kepada masalah kekerasan atas nama agama. Saya akan membela 
sepenuhnya posisi Ahmadiyah jika mereka dizalimi, hak milik mereka 
dirampok, dan keluarga mereka diusir. Ini perbuatan biadab karena 
pengikut Ahmadiyah itu punya hak yang sama dengan warga negara Indonesia 
yang lain menurut konstitusi Indonesia. Jika mereka dizalimi, aparat dan 
kita semua wajib melindungi mereka. Bahkan, seorang warga negara 
Indonesia penganut ateisme, tetapi patuh kepada UUD, tidak ada hak kita 
untuk membinasakan mereka. Kita bisa bergaul dengan mereka dalam 
masalah-masalah keduniaan. Mereka juga punya hak hidup dengan ateismenya.

Di sinilah pentingnya kita memahami secara jujur diktum Alquran dalam 
Albaqarah ayat 256, "Tidak ada paksaan dalam agama." Jika Tuhan tidak 
mau memaksa hambanya untuk memeluk atau tidak memeluk agama, mengapa 
kita manusia mau main paksa atas nama Tuhan? Sikap semacam inilah yang 
bikin kacau masyarakat. Oleh karena itu, Alquran jangan dibawa-bawa 
untuk menindas orang lain. Kekerasan atas nama agama adalah 
pengkhianatan yang nyata terhadap hakikat agama itu sendiri.










      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke