Keterangan pendek ini sangat membantu pengertian masyarakat ditengah-tengah kekeliruan remang-remang kegelapan. Tetapi ada lagi kekhawatiran sebagai efek samping obat pahit 4 kali sehari ini:
> Akibatnya PLN memaksimalkan PLTA MAninjau dan Singkarak sepanjang hari, sehingga air kedua danau itu pun cepat surut. Dahulu dalam Lapau ini pernah didiskusikan penurunan permukaan air danau-danau di Sumatera, terutama Danau Maninjau, Singkarak, dan Toba. Kalau pengisapan air Danau Singkarak dan Maninjau dilakukan terus sebagai obat penawar sementara (pahilangkan, paengah sakik panipu diri) apakah kita tidak khawatir nanti dengan Malapetaka Besar jangka panjang kehilangan suplai tenaga air di kedua danau ini? Daerah-daerah sekitar Danau Singkarak dan Maninjau misalnya akan menjadi bukit tandus seperti pemandangan kita di gambar-gambar bukit-bukit batu sekitar Mekah? Salam, --MakNgah Sjamsir Sjarif --- In [EMAIL PROTECTED], Bot S Piliang <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pagi tadi, sahabat lama saya, FErri yang sekarang jadi pengusaha komputer di kota Padang, tiba-tiba mengirim sms. Awalnya, saya merasa "surprise" karena lama tidak berhubungan dengan sahabat saya tersebut. Namun saya terkejut itu surut karena sms dalam bahasa Minang tersebut isi begini; > "Apo pangana PLN SUmbar ko Bot, bantuak makan ubek se mamatian lampu, 4 kali sahari" (Apa yang dipikirkan oleh PLN Wil Sumbar ini Bot, seperti makan obat saja, mematikan lampu 4 kali sehari) > Kemudian saya segera menghubungi rekan saya di bagian HUMAS PLN Wil. Sumbar untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Ternyata alasan nya tepat seperti apa yang saya pikirkan, 2 Unit mesin PLTU Ombilin yang menjadi baseload Wil Sumbar rusak. Usut punya usut, ternyata kerusakan tersebut sebagai akumulasi kerusakan akibat menggunakan batubar akalori rendah yang terpaksa digunakan karena batubara kalori tinggi sudah habis di ekspor untuk emmenuhi kontrak jangkapanjang yang ditnda tangani beberapa tahun silam. Tragis. > Menyikpi hal ini, PLN Sumbar kemudian mengenjot penggunaan PLTA Singkarak dan Maninjau serta puluhan mesin PLTD yang boros BBM dan sangat mahal. Air Danau Maninjau dan Singkarak pun terbatas hingga elevainya tidak memadai karena memang digunakan pada Peak Load saja. Hasilnya, Sumatera BArat, khususnya kota PAdang harus menderita pemadaman bergilir. > Dan Ferri, satu diantara ratusan pengusaha kecil di Sumtera Barat harus menerima kerugian yang tidak sedikit. Pertanyannya klasik, Siapa yang salah, LAngkah apa yang dialkuakn , kemana harus mengadu? > Nan, masyarakat pun dengan bulat sepakat menuding PLN yang tidak becus, korupsi, "gadang ota" dan lain-lain. Tapi tak banyak yang "mau tahu" bagaimana listrik ini dibuat oleh insinyur2 PLN yang juga anak bangsa sendiriā¦ > Andaikan listrik itu bisa dijual seperti menjual minyak goring, di buat missal, dibungkus, lalu dikirim ke seluruh di Indonesia, tentu pekerjaan itu akan lebih mudah. Tapi listrik adalah barang yang harus dibuat, disalurkan dan disajikan kepemakai pada saat itu juga. > Mungkin sebagai gambaran saja buat milister disini, untuk wilayah SUMBAR sendiri, dari informasi yang saya dapat dari HUMAS PLN Sumbar, base load (penyuplai dasar) untuk Sumbar adalah jaringan interkoneksi Sumbagsel sebesar 200 MW, dan PLTU Ombilin sebesar 160 MW. Pada saat peak load (beban puncak, dimana waktu pemakaian listrik sedang tinggi2nya, biasanya jam 6 sampai 10 malam), barulah PLTA Singkarak dan MAninjau digunakan, hal ini dilakukan untuk menjaga elevasi (pasokan air keduadanau tersebut). Kalau masih belum tertutupi, barulah PLTD dan PLTG yang berbahan baker Minyak Solar (PLN membeli Solar dengan harga pasar internasional Rp. 11.000/Liter) dinyalakan. > Kondisi saat ini, PLTU Ombilin keluar dari system, akibat kerusakan pada turbin yang ternyata merupakan akumulasi penggunaan Batubar kalori rendah (padahal spec baubara yang digunakan untuk pembangkit ini adalah Batubaa kalori tinggi). Penggunan batu bara kalori rendah ini dugunakan akibat langka nya batubara kalori tinggi yang diekspor ke Malaysia, Thailand, Australi, Jepng dan New Zealand guna memenuhi kontrak jangka panjang. > Akibatnya PLN memaksimalkan PLTA MAninjau dan Singkarak sepanjang hari, sehingga air kedua danau itu pun cepat surut. Sedangkan tambahan dari system interkoneksi SUMBAGSEL tidak bisa ditambah. Hasilnya, kekurangan/deficit daya yang cukup parah sehingga terjadilah pemadaman yang tidak tentu diseluruh system Sumatera Barat. > > Itu informasi yang baru ambo dapat dari rekan ambo di HUMAS PLN Sumbar. Kebetulan ambo karajo di PLN dan mengikuti perkembangan krisis listrik di Ranah. > > Salam > Bot SP --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---