AslmWrWb

Semoga sukses perjalanannya dan cita2 mendirikan replika Benteng Imam Bonjol
segera terwujud.

Ambo tamasuak nan kecewa jo catatan sejarah Minangkabau padalah sejarahnyo
paliang baru 1000 tahun.
Apolai kalau ambo sadang mambaco sejarah Jepang nan lengkap catatan jo
dokumennyo, sampai tanggal bara jam bara bisa ketahui lahianyo seorang
Minamoto no Yoshitsune nan labiah dulu dari zaman Kubilai Khan.

Benteng Imam Bonjol ko ambo yakin adoh mushala jo tampek latihan silek jo
latihan parang di dalamnyo dulu tu.
Jadi kalau nantik diadohkan baliak, batamu bana jo fungsi subanyanyo.

Wassalam
fitr tanjuang
lk/33/Albany NY


On 8/7/08, Dr.Saafroedin BAHAR <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> Assalamualaikum w.w. para sanak sapalanta,
>
> Jika tidak ada aral melintang, difasilitasi oleh Bung Harry Ichlas – salah
> seorang keturunan Tuanku Imam Bonjol – pada tanggal 22 sampai dengan 24
> Agustus yang akan datang, sepuluh atau sebelas orang peminat dan pakar
> sejarah akan mengunjungi eks benteng Paderi terkuat di Bukik Tajadi, dekat
> Bonjol. Enam orang dari Jakarta, empat atau lima orang dari Padang.
>
> Enam orang dari Jakarta itu adalah: 1)    Bu Warni Darwis, Wakil Sekjen
> Gebu Minang; 2) Datuk Endang, tokoh adat dan pemerhati sejarah Minangkabau;
> 3) Kolonel Pur Dr. Saleh D. Djamhari, pakar sejarah militer dengan disertasi
> tentang Perang Diponegoro 1825-1830; dengan fokus pada perang perbentengan;
> 4) Drs Amrin Imran, pakar sejarah militer; dan 5)+6) saya dengan 'orang
> rumah' sebagai peminat sejarah.
>
> Empat atau lima orang dari Padang adalah: 1)  Drs. Sjafnir Abu Nain, pakar
> dan penulis buku tentang Perang Paderi dan Tuanku Imam Bonjol; 2)   Fuad;
> manajer produksi TVRI Padang; 3). 4) seorang atau dua orang wartawan media
> cetak; 5)   seorang anggota Ikatan Arsitek Sumatera Barat, yang sedang
> dihubungi oleh Sdr Ir. Asfarinal aliah Nanang.
>
> Sebagai salah seorang pemrakarsa kunjungan ini, secara pribadi saya memang
> sangat tertarik untuk mengunjungi lokasi ini, yang beberapa waktu yang lalu
> sudah pernah dikunjungi oleh Bp Ir E. Yamin Dt Tan Maliputi dan Ibu Ir Sulfa
> E. Yamin dari Gebu Minang. Ketertarikan saya itu disebabkan oleh karena dari
> segi militer Benteng Paderi di Bukik Tadjadi itu sedemilian tangguhnya
> sehingga tidak mudah ditaklukkan oleh balatentara Hindia Belanda, dan
> merupakan tempat pertempuran habis-habisan, yang mendekati heroisme benteng
> Massada di Timur Tengah atau benteng Alamo di Amerika Serikat, sehingga
> dapat menjadi suatu perlambang kekuatan tekad dan semangat.
>
> Gerakan Paderi jelas merupakan bagian menyeluruh dari sejarah suku bangsa
> Minangkabau. Dalam lokakarya Perang Paderi 1803-1838 yang diselenggarakan di
> gedung Arsip Nasional bulan Januari 2008 dahulu, telah diketahui bahwa ada
> tiga babak Gerakan Paderi ini, yaitu 1) babak pemurnian adat Minangkabau
> secara damai dari sisa-sisa perilaku jahiliah,dari 1803-1821; 2) babak
> Perang Paderi, 1821-1833, sewaktu upaya pemurnian yang damai itu berubah
> menjadi radikal dan penuh kekerasan, yang memakan korban jiwa dan harta
> benda yang besar di kalangan penduduk, yang banyak sedikitnya menyebabkan
> kaum adat meminta campur tangan 'Kumpeni'; dan 3) Perang Minangkabau,
> 1833-1838 yang merupakan gerakan perlawanan bersenjata seluruh Minangkabau
> melawan balatentara Hindia Belanda.
>
> Seperti kita ketahui, masih banyak bagian dari sejarah Minangkabau ini yang
> masih gelap bagi kita. Sebabnya sederhana, bukan hanya karena kita [mungkin]
> tidak mempunyai aksara atau huruf sendiri sebelum masuknya Islam dalam abad
> ke 16, tetapi juga karena mencatat peristiwa sejarah bukanlah termasuk
> kebiasaan kita orang Minangkabau. Dari keadaan inilah timbulnya polemik
> berkepanjangan, yang sesungguhnya tidak perlu, mengenai Tuanku Rao, salah
> seorang panglima Paderi yang berasal dari Tanah Batak. Keadaan tersebut
> jelas bukanlah keadaan yang mengembirakan, khususnya nagi generasi muda
> Minangkabau yang ingin menelusuri secara jernih akar budaya dan akar sejarah
> suku bangsanya.
>
> Demikianlah, didorong oleh rasa ingin tahu dan rasa gemas terhadap demikian
> banyak wilayah 'abu-abu' dalam sejarah dan budaya Minang ini, sejak tahun
> 2004 sampai sekarang secara berkesinambungan saya berupaya mendorong  upaya
> menjernihkan sejarah dan sistem nilai budaya Minangkabau ini. Dalam
> keluruhan upaya ini, saya merasa sangat terbantu dengan posisi resmi saya
> dahulu sebagai komisioner hak masyarakat hukum adat dari Komnas HAM,
> sehingga seluruhnya itu bisa saya letakkan dalam konteks kenegaraan dan
> konteks hak asasi manusia.
>
> Dari rangkaian pengkajian yang saya lakukan -- bersama-sama rekan-rekan
> saya yang lain -- mengenai Minangkabau, saya merasa bahwa secara menyeluruh
> Gerakan Paderi yang berlangsung antara 1803-1838 telah memberikan capnya
> yang khas, baik  terhadap sejarah dan budaya Minangkabau secara umum, dan
> terhadap sifat dan karakter orang Minangkabau secara
> perseorangan. Ditengarai bahwa Gerakan Paderi inilah yang akhirnya
> melahirkan doktrin *Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, *yang
> sekarang disingkat sebagai ABS SBK, yang sekarang sedang diupayakan
> merumuskan artiannya yang baku oleh sebuah tim perumus yang dibentuk oleh
> Pemerintah Daerah Sumatera Barat..
>
> Tetapi dimanakah kita bisa melihat dan mengunjungi secara lahiriah suatu 
> *situs
> sejarah *Gerakan Paderi, yang bisa memberikan suatu pesan spiritual dan
> semangat juang yang tangguh kepada para pengunjungnya, khususnya kepada kaum
> muda Minangkabau? Rasanya sama sekali belum ada. Memang di Bukit Pato atau
> di Bukit Marapalam dekat Batu Sangkar ada tiga buah patung yang melambangkan
> perundingan antara tiga tolok adat, alim ulama, dan *cadiak pandai, *namun
> saya tak merasakan adanya suatu *spirit ABS SBK *di lokasi itu.
>
> Terbetik dalam fikiran saya, mungkin sekali – setelah direhabilitasi dan
> dibangun dengan anggun -- Benteng Paderi di Bukik Tajadi ini akan memberikan
> pesan spiritual dan semangat juang yang kita perlukan itu. Itulah yang
> mendorong saya untuk mengajak beberapa tokoh tersebut di atas untuk
> bersama-sama mengujungi situs yang demikian bersejarah, yang didukung secara
> spontan oleh Bung Harry Ichlas..
>
> Saya belum ada gambaran persis mengenai bagaimana wujudnya situs itu
> setelah direhabilitasi nanti. Saya juga belum ada gambaran dari mana
> biayanya akan diambil. Tapi saya yakin bahwa baik masyarakat Minangkabau di
> Ranah dan di Rantau, Pemerintah Daerah Sumatera Barat, dan Pemerintah Pusat
> Republik Indonesia tidak akan berfikir dua kali untuk menyediakan biaya yang
> cukup untuk merehabilitasinya. Sedangkan benteng-benteng peninggalan kaum
> penjajah seperti Fort Marlborough di Bengkulu dan  Fort Vredeburg  di
> Yogyakarta saja disediakan anggaran oleh Pemerintah Ri., mustahil
> rehabilitasi benteng alam pejuangan bangsa kita sendiri di Bukik Tajadi akan
> diabaikan. Saya percaya bahwa biayanya tidak akan terlalu besar, oleh
> karena Benteng Paderi Bukik Tajadi pada dasarnya adalah benteng alam di atas
> bukit, yang ditanami dengan bambu berduri.
>
> Dalam alam khayal saya, saya membayangkan Benteng Bukik Tajadi yang sudah
> direhabilitasi  itu akan merupakan suatu kompleks situs sejarah yang
> dirancang dengan baik, bukan hanya untuk menggambarkan bagaimana suasana
> perjuangan seluruh suku bangsa Minangkabau melawan penjajahan Belanda,
> tetapi juga menyediakan fasilitas yang memadai untuk kunjungan kaum muda.
>
> Disediakan ruang parkir yang cukup luas dan ditata dengan baik. Adanya *guides
> *muda dengan pakaian zaman Paderi, yang benar-benar menguasai sejarah
> Gerakan Paderi secara menyeluruh, adanya museum persenjataan yang memuat
> replika senjata-senjata Paderi, termasuk meriam 25 pounder yang termasuk
> meriam kaliber besar pada saat itu*;  *perpustakaan yang lengkap mengani
> gerakan Paderi; mesjid;  *souvenir shops *yang menyediakan replika pakaian
> prajurit Paderi, bendera-bendera Paderi, senjata-senjata Paderi, * *
>
> Bagi mereka yang ingin mengabadikan kenangannya, disediakan seperangkat
> pakaian pejuang Paderi, lengkap dengan replika senjata zaman itu.
>
> Akan baik sekali juga didirikan *surau *atau *pesantren* tempat anak-anak
> muda digembleng pelajaran agama, *basilek, *oleh raga bela diri, atau olah
> raga berkuda.
>
> Lebih dari itu, sesekali diadakan tontonan perang-perangan antara
> pejuang-pejuang Paderi melawan serdadu Belanda, sesuai dengan skenario
> aslinya. Seperti kita ketahui cukup banyak perwira Belanda yang tewas dalam
> pertempuran *basosoh* di benteng ini. Tontonan perang-perangan seperti ini
> lazim dilakukan oleh orang Amerika Serikat, untuk mengenang perjuangan
> kemerdekaannya.
>
> *Last but not least, *dapat saya sampaikan bahwa pada tahun 1968 Panglima
> Kodam III/17 Agustus Mayor Jenderal TI Widodo telah memerintahkan Komandan
> Korem 032 Wirabraja Kolonel Naszir Asmara untuk menyelenggarakan Sendratari
> Tuanku Imam Bonjol sebagai sarana 'pembinaan tradisi corps' (bintracor).
> Tugas tersebut telah diselenggarakan oleh budayawan Ali Akbar Navis, Makmur
> Hendiri, para pelajar SMA di Bukit Tinggi serta anggota-anggota Batalyon 132
> di Bukit Tinggi.Saya percaya bahwa kita dapat menjadikan sendratari tersebut
> sebagai bagian dari khazanah budaya Minangkabau, seperti Sendratari Ramayana
> di Yogyakarta. *Insya Allah.*
>
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar
> (L, 71 th, Jakarta)
> Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke