Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,
Di bawah ini saya posting resensi buku Reinventing Local Government: Pengalaman 
dari Daerah,yang dikarang oleh Ir Fadel Muhammad, pengusaha yang juga sukses 
sebagai gubernur. Saya menganggap pengalaman beliau layak kita pelajari 
bersama, oleh karena bukan saja secara ideologis saya anggap pandangan beliau 
correct, tetapi juga dalam pelaksanaannya dalam kenyataan memberikan manfaat 
bagi Rakyat banyak, khususnya bagi masyarakat Gorontalo. [Sekedar catatan: 
masyarakat Gorontalo juga menganut doktrin: adat bersendi syarak, syarak 
bersendi Kitabullah, seperti juga Bengkulu, Riau, Brunei Darussalam, dan 
Minangkabau.].
            Beliau berpegang teguh terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 
1945. Bersamaan dengan mendukung hak sipil dan politik beliau juga 
memperjuangkan perwujudan hak ekonomi, sosial, dan budaya. Secara pribadi, saya 
sangat mengharagai kritik Fadel terhadap kecenderungan neo-liberalistik dari 
kebijakan Pemerintah yang sekarang, yang selain terlalu menyerah kepada 
kekuatan pasar, juga tidak terlalu banyak berfihak kepada kepentingan Rakyat 
banyak yang secara konstitusional harus disejahterakannya.
             Ringkasnya, kalau saya ditanya, Bung Fadel Muhammad ini layak 
dipertimbangkan sebagai salah satu calon presiden dalam Pemilu 2009 yang akan 
datang, tentunya kalau beliau bersedia.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, 71 th, Jakarta)
Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED]

Keseimbangan Demokrasi Harus Dijamin
Demokrasi Kita Baru Sebatas Demokrasi 
Kompas, Sabtu, 9 Agustus 2008 | 03:00 WIB 
Jakarta, Kompas - Pemerintah harus mampu memerhatikan dan memberikan jaminan 
terhadap hak-hak warga negaranya, tidak saja terkait hak sipil dan politik, 
melainkan juga terkait hak-hak sosial dan ekonomi.
”Tidak cuma itu, pemerintah juga harus mampu menciptakan keseimbangan proses 
demokratisasi, tidak hanya terkait demokrasi dalam konteks politik, melainkan 
juga demokrasi secara ekonomi dan sosial,” kata Gubernur Gorontalo Fadel 
Muhammad, Jumat (8/8), saat peluncuran buku karyanya, Reinventing Local 
Government: Pengalaman dari Daerah, di Bentara Budaya Jakarta.
Turut hadir dan memberikan sambutan antara lain Ketua Dewan Perwakilan Daerah 
(DPD) Ginandjar Kartasasmita, Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, 
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Pramono Anung, dan 
mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
”Untuk bisa melakukan semua itu diperlukan falsafah dasar sebagai pemberi arah 
pembangunan. Filosofi dasar itu tidak lain adalah Pancasila dan UUD 1945. 
Konstitusi tidak mendasarkan dirinya sebagai liberalisme murni, yang hanya 
mengutamakan kebebasan dan kemerdekaan politik,” ujar Fadel.
Selain menjamin kebebasan politik dan sipil, konstitusi seharusnya juga 
menjamin kebebasan ekonomi dan sosial setiap warga negaranya.
”Sayangnya, sejak merdeka hingga sekarang, Indonesia dinilai masih belum 
menjalankan ideologi Pancasila dan UUD 1945, yang telah dibuatnya sendiri,” 
ujar Fadel.
Dalam sejarahnya, pemerintahan di Indonesia masih seolah berjalan dari kanan ke 
kiri, dari penerapan ideologi yang sangat liberal serta kapitalistik dan bahkan 
sempat pernah menjadi bentuk pemerintahan yang otoriter dan represif.
”Sekarang pun terkesan kuat kebijakan dan kegiatan ekonomi dan sosial yang ada 
cenderung berjalan secara sangat liberal,” ujar Fadel.
Padahal, liberalisme lebih menginginkan semakin dikurangi dan diperkecilnya 
peran negara, sementara kebebasan pasar diselenggarakan secara sebebas-bebasnya 
sehingga diharapkan kemudian akan terjadi semacam keseimbangan di masyarakat.
Demokrasi ”ngomong”
Dalam kesempatan yang sama, wartawan senior yang juga Pemimpin Umum Harian 
Kompas, Jakob Oetama, menyoroti keberadaan demokrasi di Indonesia, yang masih 
terhenti sebatas bentuk demokrasi ngomong (talking democracy), bukan demokrasi 
yang bekerja (working democracy).
”Kelemahan sebagian masyarakat kita masih sekadar ngomong doang dan belum 
melaksanakan. Jadi tidak heran demokrasi kita pun masih talking democracy dan 
bukan working democracy,” ujar Jakob.
Pendapat senada disampaikan Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, salah 
seorang pembahas buku tersebut. Menurut dia, demokrasi di Indonesia akan selalu 
mendapatkan tantangan, terutama dari kalangan masyarakat sendiri, khususnya di 
tingkat bawah (akar rumput).
”Dalam kondisi seperti itu justru para pemimpin di tingkat lokal yang memiliki 
beban berat untuk menjawab tantangan masyarakatnya,” katanya. (DWA)
 


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke