Sanak Syafrinal, Bagi saya renungan Sanak ini yang justru menarik. Saya ingat lagi waktu membaca beberapa buku klasik mengenai de bedevaard naar Mecca, De weg naar Mecca, atau catatan yang unik dari Bupati Bandung Wiranatakusuma, Mijn reis naar Mekka, yang pergi ke Tanah Suci tahun 1925. Rupanya sejak dulu kala tipu tepok manusia terjadi kepada sesamanya justru saat yang mestinya paling khusyuk ketika mereka 'menghadap' Allah, Tuhan Sekalian Alam. Ingat Firma Assagaf yang bermarkas di pulau Kukub dekat Singapura di akhir abad ke-19 yang banyak menipu para jemaah haji dari Nusantara. Ingat para calo haji yang mengeluarkan sertifikat "Haji Penang" dan "haji Singapura". Mereka menipu, menghabiskan uang banyak calon haji Nusantara yang bertahun2 menabuk sedikit demi sedikit agar dapat pergi ke Tanah Suci. Mereka melakukannya dengan tak kenal rasa malu dan seolah buta bahwa Tuhan tidak melihat kurenah jahat mereka. Mereka berani benipu umat yang seiman dengannya dengan mempertaruhkan nama Tuhan, bersaksi atas nama Allah. Ampun....ampun ya Allah!! Tentang hal ini, seorang intelektual Sumatra, Dja Endar Moeda, pernah menulis artikel panjang di Jurnal Insulinde (Padang, 1901),mengingatkan calon jemaah haji Nusantara agar jangan sampai tertipu sejak berangkat dari rumah sampai di pintu Ka'bah., sampai di rumah kembali. Sekarang penipuan itu tak surut, sperti dilakukan oleh beberapa travel agent fiktif yang melarikan uang setoran umroh ratusan orang yang sudah mendaftar. Refleksi saya: Allah sepertinya ingin memperlihatkan sifat dasar manusia itu-- loba, bejat, tamak, rakus, homo homoni lupus--justru saat melakukan kegiatan ritual jeagamaan paling suci yang mereka yakini. Dan untuk konteks Indonesia, hal itu sungguh terlihat pula di hari-hari dalam minggu ini, dalam suasana apa yang mereka sebut Idul Fitri. Semua sifat duniawi seolah ingin ditumpahkan kembali begitu 'kekang' puasa berakhir pada hari ke-30. Bukan siapa, tapi APA sebenarnya MANUSIA ini? Wallahualam wissawab! Suryadi =========
Syafrinal Syarien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Syukurlah Pak Dokter masih melihat sikap toleran di Masjidil Haram. Tapi dari kisah ini, sikap toleran lebih banyak ditunjukkan oleh jemaah dari Asia Tenggara. Jarang kita temukan sikap yang sama dari jemaah lain terutama yang berasal dari anak benua India. Pengalaman saya beberapa kali umrah, yang saya temukan lebih banyak sikap egois, saling berdesakan, sikut sana sikut sini. Apalagi untuk urusan mencium hajar aswad. Batu hitam yang diduga sebagai meteorid yang jatuh di tanah Arab namun diyakini sebagai batu dari surga. Agaknya dengan mencium hajar aswad, paling tidak sudah serasa mencium aroma surgawi. Hajar aswad memang wangi karena saya melihat sendiri acara pengolesan minyak wangi pada batu hitam itu. Desak-desakan dan sikut-menyikut ketika mencium hajar aswad ini menciptakan peluang bisnis baru. Saya pernah ditawari pengawalan oleh orang Madura (barangkali mereka pendatang haram di tanah haram). Dengan membayar 100 riyal, 3 orang madura itu akan menjadi bodyguard saya untuk bisa mencium hajar aswad. Urusan sikut-menyikut dan bentrokan fisik lainnya serahkan pada mereka. Uang 100 riyal bisa melindungi Anda dari tindihan dan dorongan yang menyesakkan dada di tengah terik matahari kota Makkah. Tawaran bisnis dari orang Madura ini saya tolak. Bukan karena saya pelit mengeluarkan uang 100 riyal, tapi sesungguhnya saya tidak terlalu berminat untuk mencium aroma surgawi hajar aswad. Saya ngeri membayangkan sekian ribu mulut orang dari berbagai penjuru dunia telah menempel di batu hitam itu. Hanya Allah yang tahu entah bakteri jenis apa yang sudah melekat di batu itu hasil transfer dari mulut ke mulut. Barangkali Pak Dokter setuju dengan saya soal ke-higenis-an ini. Mungkin juga Pak Dokter mengamati "toleransi" yang ditunjukkan jemaah asal Indonesia terhadap rombongan tawaf 'buldozer' yang biasanya berasal dari Turki. Kelompok ini membentuk rombongan yang bak buldozer menghondoh semua yang ada di depannya. "Tabalintang patah, tabujua lalu!" begitulah kira-kira semboyan mereka. Buldozer ini dibentuk dengan menempatkan pria kuat-kuat di bagian depan dan pinggir, dan di tengah buldozer ditempatkan kaum wanita dan lansia. Tujuannya mulia: melindungi kaum lemah dan menyatukan rombongan supaya tidak bercerai-berai ketika tawaf. Tapi tujuan mulia ini dicemari dengan sikap menghondoh semua jamaah yang ada di depannya. "Toleransi" seperti inikah yang direnungkan Pak Dokter? Ka'bah adalah bangunan suci. Seyogyanya kegiatan di sana penuh dengan kesucian dan jauh dari kemungkaran. Tapi barangkali saat tengah khusuk berdoa, Pak Dokter pernah dihampiri orang dari India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, dan kawan-kawannya. Di depan Ka'bah yang suci itu, mereka berusaha menjerat jemaah polos seperti kita dengan cerita sedih begini: - Dia datang ke tanah suci dengan niat fisabilillah plus ongkos pas-pasan - Dia tinggalkan anak-istrinya di kampung, pergi ke tanah suci berharap masuk surga sendirian (inikah toleransi?). - Sekarang passportnya expired, terlunta-lunta di tanah suci, ia mau balik tapi tak ada ongkos. - Ujung-ujungnya ia berharap sedekah dari jemaah dermawan dan polos seperti kita dari Indonesia ini. Lebih parah lagi, ia mematok tarif minimum, "fifty riyals should be enough, brother!" Seorang mualaf asal Manado menceritakan kepada saya kejadian yang sama. Ia akhirnya memberi uang 100 riyal ke orang itu. Alasannya: jangan-jangan orang itu adalah malaikat yang menguji kedermawanannya. Ia tak percaya bahwa di depan Ka'bah yang suci itu, orang masih tega berbuat jahat, tipu-menipu dan berbohong. Saya cuma kasih tips buat mualaf ini, "begini saja Pak, supaya Bapak tahu orang itu malaikat atau manusia biasa, sebaiknya Bapak tempeleng dulu kepalanya. Kalau dia kesakitan berarti dia cuma tukang tipu biasa, bukan malaikat!" --------------------------------- Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---