Segera Pandeka Tangan Siluman memberi kode kepada yang lain untuk segera berlalu dari situ, kedua pemuda merasa berat sekali dengan perpisahan ini tapi mereka sadar jika sampai dara tersebut benci pada mereka maka kemungkinan mereka bisa mengambil hati sang dara akan sangat susah sekali. Lebih baik memang sang dara ke rumah mereka jadi mereka lebih punya pendukung yang bisa membantu mereka jika diperlukan.
Malik ingin memastikan ke mana sang dara akan datang ke rumah dia atau ke rumah Lukman, biarpun rumah mereka tidak terlalu jauh letaknya tapi tetap membutuhkan waktu untuk sampai ditambah lagi dia merasa lebih nyaman kalau sang dara datang ke rumahnya sehingga dia bisa menunjukan kesan baiknya. "Nona Siti, jika nona jadi datang, ke rumah siapakah nona hendak berkunjung sehingga kami bisa mempersiapkan diri menyambut kedatangan nona, ke rumah saya atau Lukman?" "Hmmm . aku belum memikirkannya, nanti saja aku kabarkan di mana kita bertemu, aku tahu kalian tinggal berdekatan jadi mungkin saja aku memilih daerah di tengah antara rumah kalian. Atau bisa juga aku memilih tempat lain dan mengundang kalian untuk datang ke tempat itu. Tergantung situasi nanti saja seperti apa yang jelas aku sudah berjanji akan bertemu dengan kalian lagi 2 bulan mendatang," kata Siti tegas tidak ingin diganggu gugat lagi. "Hayolah tuan muda Malik, kita jalan sekarang, mumpung masih pagi jika kita bergerak cepat kita bisa singgah ke penginapan yang kita lihat di jalan tadi untuk beristirahat dan kemudian meneruskan perjalanan kita. " "Nak Kahar dan tabib, senang sekali berjumpa dengan kalian. Nak Kahar, jika punya waktu datanglah bermain di tempat kami, dengan senang hati kami menyambut kedatangan anda. Jika merasa sungkan datang sendiri datanglah bersama tabib sehingga memudahkan kami juga dalam penyambutan,"kata Pandeka Tangan Siluman dengan senyum dan mata yang berbinar menggoda. Segera kedua manusia yang rupa elok ini menjura ke arah rombongan untuk menghormati dan mengucapkan salam perpisahan. Lukman dan Malik langsung memandang tidak senang dengan cara dan kata Pandeka Tangan Siluman kepada saingan mereka itu. Tapi mereka tidak bisa bicara langsung saat ini karena kalau kejadian ini sampai ketahuan ayah mereka, mereka bisa dalam masalah besar. Jadi harus bersabar sampai mereka sudah sendiri dan akan menanyakan maksud dari perkataan kakek itu. Akhirnya semua naik ke kuda masing-masing untuk melanjutkan perjalanan setelah terlebih dahulu Pandeka Tangan Siluman dan Datuak Marindiang mendorong-dorong Lukman dan Malik untuk segera berangkat. Lukman dan Malik merasa hatinya tertinggal bersama sang dara cantik itu, dan tidak ingin beranjak dari situ tapi apa daya mereka harus segera pergi jika tidak ingin dibenci. Setelah semua naik ke kuda, langsung mengarahkan kuda ke arah mereka datang untuk kembali pulang ke rumah, sebelum pergi kembali kedua pemuda itu memandang sayu ke arah dara yang sedang memandang kepergian mereka dengan wajah lembut dan senyum mengucapkan selamat jalan. Dengan mata mendelik mereka memandang pemuda tampan saingan mereka yang sedang melihat kepergiaan mereka dengan tersenyum-senyum senang dan mata berbinar nakal dan senang yang tidak disembunyikannya. Lega hati Kahar melihat akhirnya rombongan itu pergi juga, karena dia sudah merasa tidak sabar lagi untuk segera mendekati dara pencuri hatinya itu. Dan sebelum mereka pergi masih sempat ada sebuah adegan yang mengejutkan semua orang, di mana semua kuda yang akan berangkat itu memandang dan mengganggukan kepalanya ke arah kuda putih tersebut seakan meminta pamit untuk pergi. Kuda putih itu menyambutnya dengan menganggukan kepalanya sedikit tanda kedudukannya lebih tinggi dari kuda yang lain seolah mengijinkan mereka pergi. Anehnya lagi sekarang baru mereka memperhatikan kuda tersebut mempunyai warna mata yang tidak biasa, warnanya biru pekat bukan hitam yang seperti mereka perkirakan semula, karena ketika dia dengan sombongnya memandang kepergian mereka terlihat pancaran kilau kebiruan dari mata kuda tersebut. Rombongan tersebut pergi dengan membawa perasaan masing-masing yang bercampur aduk antara heran, kagum, terkejut, galau, sedih, kesal, dan lain-lain. Hanya 2 orang dalam rombongan ini yang pergi dengan perasaan kaget dan kagum, mereka saling lirik dan seakan saling bisa membaca pikiran temannya. Siapakah mereka itu ? Apa yang membuat mereka seakan menyimpan rahasia seakan hanya mereka yang tahu ? Dan bagaimana dengan keadaan Kahar dan Siti setelah ditinggal rombongan? Bersambung.......... --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---