Ha ha ha ha, iyo iyo Sanak Suryadi, jadi Raffles bana alah kanai palak pulo dek 
niniak muyang kito  dulu ? Jadi alah dari 'sono' bana ruponyo pinyakik tu. Ka 
dipanggan lai. 

 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta)
Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]





----- Original Message ----
From: Lies Suryadi <[EMAIL PROTECTED]>
To: RantauNet@googlegroups.com
Sent: Tuesday, October 14, 2008 6:16:28 PM
Subject: [EMAIL PROTECTED] SERI NAN DI LUA TAMPURUANG 29: SALUT UNTUK SRI 
MULYANI


He he...soal kepeng ka kepeng ko di Minang iyo lah sajak dari dulu mah. Baco 
laporan yang menarik dari Thomas Stanford Raffles wakatu masuak ka padalaman 
Minang dari Padang melalui Pauah. Di satiok 'pintu' masuak ka suatu 
nagari, baitu keceknyo, rombongan ko diambek dek dubalang. Samantaro datuak2 tu 
barembuk, Raffles jo rombongannyo dimintak manunggu 'sabanta'. Nan namo 
e bapatatah-patitiah caro Minang tantu ndak sadang sabanta doh. 'Dek lamo 
lambek di jalan', pudiang ameh batimba jalan, pudiang geni salo manyalo, buah 
dalimo masak rangkah, makanan anak dagang lalu,,, kasudahannyo salasai juo. 
Sasudah salasai utusan tibo ka Raffles: urang putiah ko disuruah mambayia "uang 
masuak" nagari. Tiok 'pintu' masuak nagari baitu kajadianyo: mambia 'beo 
masuak'.

He he.....kok ndak midiak di pitih...mungkin ndak urang Minang namo e doh. 
Indak ka basilaturahmi 1300 urang sudaga di Padang minggu kapatang doh...

Salam,
Suryadi 

alfarouq Umar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Setuju bahwa dalam bisni tak memandang agama, puak, ataupun ras yang dilihat 
akhirnya adalah profit 

Kita semua tak hairan kenapa orang2 kaya Arab sana tak invest di negeri kita, 
kan alah dimaklumi juga bahwa iklimnya tidak kondusif, terlalu banyak meja dan 
prosedur yang misti diliwati sebegitu banyak biaya dan cukai tak resmi, belum 
lagi mau masuk kenegeri Minang yang musti urusan sama ninik mamak sang penguasa 
tanah ulayat yang berujung saling gugat karana tak satu pendapat atau pembagian 
yang tak rata, kan investor jadi ndak nyaman

Birokratnya baik pusat atau daerah sama saja mentalnya "kok bisa dipersulit 
kenapa dipermudah"?

IJP maklum kok itu semua

wasalam
al

--- Pada Sen, 13/10/08, Lies Suryadi <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

Dari: Lies Suryadi <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [EMAIL PROTECTED] Balasan: [EMAIL PROTECTED] Re: Bls: [EMAIL PROTECTED] 
Re: SERI NAN DI LUA TAMPURUANG 29: SALUT UNTUK SRI MULYANI
Kepada: RantauNet@googlegroups.com
Tanggal: Senin, 13 Oktober, 2008, 5:40 PM


Sanak IJP,
Saya kira dalam soal bisnis dan investasi, orang tak memandang agama, puak, 
ataupun ras. Orang hanya menimbang satu hal saja: profesionalisme. 

Salam,

PS: Danga2 kaba dari jauah, Sanak IJP tapiliah sebagai ketua alumni SMA 2 
       Pariaman. Kok iyo, ambo ikuik bangga dan kasih selamat. Mudah2an 
       almamater awak tu makin maju.


Indra Jaya Piliang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Wa’alaikum Salam.
 
Saya justru bertanya, kenapa orang2 Arab dan Quwait justru menjadi penghamba 
Amerika, ketika Amerika menyerang Iraq ? Kenapa para pangeran Arab justru 
investasi di Eropa dan Amerika, bukan di Asia dan Afrika yang banyak orang 
Muslimnya? Kenapa Indonesia lebih suka minjam uang ke IMF dan World Bank, 
ketimbang ke Negara-negara Timur Tengah? Kenapa Negara-negara Arab justru lebih 
banyak memperkerjakan pekerja-pekerja bergaji tinggi dari Amerika dan Eropa, 
sementara untuk pembantu rumah tangga, tukang masak, anak buah kapal, justru 
mengambil dari Negara-negara Muslim? 
 
Adaapa? 
 
Lihat, ketika Negara-negara Muslim krisis ekonomi, apa yang dibangun di 
Negara-negara Arab itu? Bangunan tertinggi di dunia, duplikat dunia di sebuah 
teluk, museum terbesar dan termegah, hotel berbintang bertahtakan emas permata, 
istana-istana raksasa. Klub-klub sepakbola juga dibeli oleh pangeran-pangeran 
kaya dari tanah Arab. Itu semua rezeki minyak. Adakah yang bisa menjawabnya?
 
Salam,
 
IJP
 

________________________________

From:RantauNet@googlegroups.com [mailto: RantauNet@googlegroups.com ] On Behalf 
Of alfarouq Umar
Sent: 13 Oktober 2008 19:46
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [EMAIL PROTECTED] Bls: [EMAIL PROTECTED] Re: SERI NAN DI LUA 
TAMPURUANG 29: SALUT UNTUK SRI MULYANI
 
Assalamualaikum
 
Ghithuuu thoo, gak jadi lah si Srimulyani mau kita capres kan bahkan sampai 
kiamat pun amit2, jadi menteri ini aja rasanyo udah nyesel bangeet, urang IMF 
tu kabarnyo kan antek Yahudi juo yooo ..... yaaa... orang2 berkeley kan ?
 
Kenapa gak ngemis ke Timteng aja yaaa, ke saudi atau quwait misalnya mungkin 
lebeh bermartabat 
 
salam
al

--- Pada Sen, 13/10/08, jamaludin mohyiddin <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Dari: jamaludin mohyiddin <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [EMAIL PROTECTED] Re: SERI NAN DI LUA TAMPURUANG 29: SALUT UNTUK SRI 
MULYANI
Kepada: RantauNet@googlegroups.com
Tanggal: Senin, 13 Oktober, 2008, 11:14 AM
Assalamu alaikum,
 
Pak Saaf dan dun sanak sepelanta,
 
1. Kami di Washington DC tahu yang Sri Mulyani telah datang dan teman teman 
telah meminta KBRI menyelenggarakan satu pertemuan diantara masyarakat dengan 
beliau. Kami kecewa kerna di beritakan dia tergesa gesa mahu pulang. Kami 
inginkan membahas dampak krisis macet kredit Wall Street keatas Indonesia . 
Mungkin ada teman teman di sini mentelah kok mengapa Sri Mulyani datang ke sini 
membuat pertemuan dengan WB and IMF. Ada yang tetap sasaran ya mengemis lagi, 
dan ada yang tidak percaya, termasuk saya.
 
2. Kini, sudah jelas kedatangan beliau adalah melobi/mengemis lagi untuk 
berhutang bagi pehak negara (diatas nama rakyat semua). Ada kah mengemis 
berhutang ini salah satu tugas beliau (yang telah di tugaskan/delegated kepada 
Paskah)?
 
3. Mengemis ini dengan alasan sekiranya kadar pertumbuhan negara 2009 meleset 
kebawah dari 6.3%  saperti yang beritakan oleh Kompas. Ma'nanya, ada sesuatu 
yang tidak kena dan tidak diceritakan (baca transparansi) oleh SBY tentang 
immediate, direct and short term impact or fallout of the financial crisis on 
the rest of the world (Indonesia included)... President WB Zoellick telah 
menyatakan WB bersedia membantu negara termiskin dan terparah 
akibat terkena biasan krisis ini. Adakah ini mengkiaskan Indonesia juga? 
 
4. Rakyat tahu yang Indonesia masih bertumpuk tumpuk berhutangnya.. (Thailad 
dan Korea Selatan telah pun menyelesaikan hutang piutang mereka dengan IMF) 
Masih juga lagi mahu mengemis dengan hutang baru? Terus terang sahaja, saya 
masih belum mengerti syndrome mengemis ini.   
 
5. SBY berkewajiban menjelaskan (baca transparansi) kepada rakyat. Tempat 
terbaik dan patut di lakukan ialah di Parliamen. Rakyat ingin mendengar 
jastifikasi pemerintah mengemis 2 billion US dollars ini. Parliamen dan rakyat 
akan membahas hujjah beliau.
 
5. Sampailah masanya Parliamen Indonesia  mengambil sikap proaktif dalam soal 
mengemis ini. Sampai bila Parliamen harus berdiam diri. Walaupun isu ini domain 
pemerintah, Parliamen bisa turut terlibat kerna berkait dengan constitutional 
and institutional responsibility of parliament. Akhirnya, Parliamen akan 
meng-rectify perjanjian hutang negara dengan WB. Sebelum rectify, elok di 
adakan public hearing agar rakyat faham letak duduknya mengemis ini.
 
6. Persoalan kita ialah adakah wajar mengemis ini hanya sekiranya prestasi 
kadar pertumbuhan negara kebawah 6.3%? Sekiranya bawah 6.3%, apa gunanya 2 
billion hutang dari luar? Hak kita ialah meminta penjelasan dari pemerintah apa 
benda atau perkara atau item atau hal hal yang terkena dari biasan lansungan 
dan tidak lansung/direct and indirect impact dari krisis ini hinggakan 
pemerintah memerlukan berhutung 2 billion US dollar ini. Ma'na sebenarnya, apa 
tujuan sebenar dari berhutung 2 billion US dollar ini? Beberapa hari dahulu 
Yusuf Kalla dan Sri Mulyani telah menyakinkan rakyat bahwa mereka optimis yang 
negara relatif aman dari gangguan krisis. 
 
Dulu, kenaikan harga BBM di kaburi dan di alih pandangan, dengan 
jayanya, dengan kasus Ahmadiah. What a price people have to pay in order to 
effectively sideline the real issue of BBM with polarizing issue of Ahmadiyah, 
and yet still unsettled politically. Apa lagi political move murahan yang bakal 
menimpa rakyat dalam soal berhutang lagi ini?  
 
6.  Rizal Ramli tepat menyatakan pemerintah tidak ada daya kreatif dan 
ketiadaan  keterobosan baru mengstabilkan kewangan dan perekonomian 
negara. Ketiadaan daya kreatif dan keterobosan baru ini adalah dari ketiadaan 
minda/mindset perekonomian merdeka yang senantiasa di ulang jelaskan oleh 
Revrisond Baswir. Tambahan kepada ketiadaan minda perekonomian merdeka ini 
ialah dengan apa yang di perkatakan oleh Malik Bennabi, pemikir dan filosuf 
Algeria , dengan istilah kebolehjajahan/colonizibility (colonizeable mind) 
pimpinan SBY.  
 
Sekiranya ada dun sanak menghadiri program yang tertera di bawah ini, di 
harapkan ada lapuran ke RN. terima kasih 
 
 
Seminar Sehari “Bank Dunia Membiayai Pemanasan Bumi”  
    
  
________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain
________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to