Assalamualaikum Wr Wb

Sanak Sapalanta yang berbahagia

 
Saya sekarang
punya kelompok diskusi di Pekanbaru dengan sesama alumni IPB, kami menyadari
dengan latar belakang ilmu pengetahuan dalam bidang pertanian dalam arti yang
luas dalam menghadapi krisis global ini (terlepas tidak ada krisis global)
mungkin begini pesan dan himbauan moral kami, kami bukan mendikte atau
menggurui keputusan tetap ditangan kita masing-masing
 
“Belanjakanlah pendapatan anda untuk memenuhi kebutuhan pangan dari
hasil pertanian (arti luas) petani kita dan membeli produk turunannya, inilah
salah satu bentuk kontribusi kita agar Negara kita bertahan dari ancaman krisis
global”

Nah jika
saya ingin dikatakan “menakut-nakuti” dunsanaksemua silahkan saja
berpikir begitu, begini dalam pikiran saya jika susu cina dan panganan cina
yang beredar di Negara kita mengandung melamin yang berbahaya buat kesehatan,
bisa jadi seperti pear, apel cina yang “montok-montok” murmer serta sayuran dan
buah impor lainnya dari Cina para petani disana memberikan pupuk organic dari
kotoran Babi kenapa begitu :

Babi bagi
masayarakat Cina sudah menjadi Tradisi, Adat dan Budaya serta bagian penting
dari kuliner dan pergaulan social mereka, tentunya sangat banyak dipelihara
disana, layakKerbau atau Sapi di
Ranah Minang yang juga bagian dari Adat, Tradisi, Budaya dan kuliner kita.
 
Babi banyak
di ternak di Cina , sederhana saja tentunya kotorannya berlimpah juga untuk
dijadikan pupuk organic..ihhhhhh..begitu kira-kira, tapi intinya konsumsilah
sayur mayur, buah2an, protein hewani dan nabati serta ikan-ikan baik air tawar,
sungai dan laut dari petani kita tentunya untuk “lebih menyentuh” jikapun ada
di Hypermart atau super market belanjalah di pasar tradisional sekali lagi
disinilah ekonomi sektor Riil..berdenyut sampai ke urat nadi yang paling halus
sekalipun.Apalagi ranah minang kita tercinta yang sangat berlimpah dengan hasil 
pertaniannya, silahkan didata saya rasa tidak ada yang kurang untuk memenuhi 
konsumsi pangan kita sehari-hari kecuali hasrat tak tertahankan dari anda untuk 
ingin menikmati sepotong ikan salmon impor atau apel merah meradang USA. Semoga 
pesan dan himbauan ini bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat
bagi dunsanak semuanya
 

 
Wass-Jepe (43 +, Pku)
 
 
 
 
 
 RENDANG PRAKTIS
Oleh
: Jepe 
 
Hampir tiap
hari mantan menantu Presiden ke dua Negara kita,  Pak Harto yaitu Letnan 
Jenderal
(Purnawirawan) Prabowo dalam layanan iklan partai yang di bidaninya menyerukan
ajakan agar kita berbelanja untuk kebutuhan pangan sehari-hari di pasar
tradisional, bagi saya jauh sebelum Prabowo menyerukan ini, pasar tradisional
yang becek dengan segala hiruk pikuknya sejak jaman kuliah sampai sekarang 
setelah
berumah tangga dan dikarunia seorang istri dan empat orang anak, “paisson”  
saya ke pasar tradisional tidak pernah padam
dan luntur. 


Selalu ada
keasyikan tersendiri bagi saya berlama-lama berputar-putar kedalam pasar
tradisional ini melihat aktivitas perdagangan ditingkat masyarakat bawah ini,
seandainya ada “Ujian Pengetahuan Umum” tentang seluk beluk apa saja yang
dijual  dan  berapa harga komiditi pertanian rakyat,
mudah-mudahan nilai B sudah berada digenggaman saya tidak seperti kuliah di IPB
Tingkat Persiapan Pertama (matrikulasi)  mata ajaran Ilmu Kimia maka saya sudah 
bisa memastikan D adalah nilai
yang akan saya dapat pada semester pertama, lalu dengan sedikit “keajaiban”
maka untuk semester kedua target yang paling realistis adalah C, jika tidak ada
keajaiban itu dipastikan saya akan mengulang lagi (Tinggal kelas) di Tingkat
I..
 
(Entah kenapa selalu pelajaran Kimia ini menjadi
sebuah memori penting saya ketika berkuliah, sayapun sedikit bingung kok
tiba-tiba begitu “lemah” saya menyerap ilmu ini dibandingkan ketika SMA dulu,
bisa jadi saat mengikuti mata pelajaran ini dengan buku pegangannya yang 
tebalnya
dua kali ukuran bantal standar serasa saya sedang kuliah  di Fakultas/Jurusan 
Kimia disebuah Universitas
(menulis jika ingin menarik dibaca memang  harus didramatisir dan bermetafora, 
untuk
sesuatu yang kira-kira ada “anomaly”..itu pendapat dan gaya saya dalam menulis,
intinya buku kimia tersebut tebal dan berat lalu faktanya saya berkuliah di IPB
tapi dengan ilmu Kimia menjadi “Serasa” bukan berkuliah di IPB)

Saat saya
bekerja di kampung halaman (Kota Padang) sekitar pertengahan tahun 2001 sampai
dengan awal 2005, dua perintah dan tugas penting istri saya dengan hati penuh
damai, senang, riang gembira penuh berbunga-bunga akan saya laksanakan tanpa
sedikutpun bantahan. Perintah pertama adalah “Bang  pergi belanja ya pasar
tradisional untuk membeli bahan dan bumbu masakan untuk menu kita hari ini” 
sedangkan tugas kedua adalah “Bang bawa
anak-anak jika nonton bola di Stadion Agus Salim ketika klub Semen Padang
sedang bertarung dengan tamunya di Liga Indonesia”
 
Perintah
pertama istri saya cukup berkata “ Kita
masak pangek ikan suaso/ kembung hari ini Bang” jangan ditambahin lagi
kalimat tersebut, saya bisa menterjemahkannya lebih melebar lagi apa yang harus
dibeli di pasar tradisional itu, bahkan diluar perintah tersebut saya melakukan
tugas “rahasia” lain dalam urusan perut ini, bisa jadi setelah saya sampai di
pasar tersebut akan saya beli misalnya buat padanan nantinya menikmati  pangek 
ikan kembung adalah tahu dan tempe
goreng, lalu ulaman timun local dan tidak lupa “buah ajaib” kegemaran saya
dalam bahasa yang sangat rahasia, kami menyebutnya “Mr Peter” alias Petai.
 
Hanya ada tiga
pasar tardisional yang beceknya luar biasa ketika hujan yang sering saya
kunjungi diakhir pekan di Kota Padang, yang pertama berjarak cukup dekat dari
rumah saya di Muaro Penjalinan adalah pasar pagi Tabing, lalu merayap lebih
jauh ke Pasar Ulak Karang dan terakhir di Pasar Pagi  lampu merah persimpangan 
antara jalan  Raden Saleh dan jalan Juanda. Nah bercerita
tentang pusaka kuliner kita yaitu Rendang dan dibuat dengan bumbu yang serba
praktis dan tersedia di pasar ini, seperti halnya yang dilakukan oleh Soni
teman sealumni SMA  ketika menghadapi
lebaran 1429 H di Jakarta,  sebagai orang
Minang ada rasanya yang kurang jika tidak menghadirkan menu ini disaat lebaran.
Soni menemukan sebuah solusi total membuat “Rendang Praktis” tanpa bersusah
payah meramu bumbunya yang memang cukup komplit dan ribet.

Langganan tetap
saya jika ingin membuat  Rendang Praktis
ini adalah seorang ibu-ibu paro baya yang menjual segala bumbu-bumbu siap masak
dalam bentuk yang dihaluskan maupun bumbu-bumbu kunci lainnya seperti daun
jeruk purut  dan daun kunyit dalam bentuk
utuh. Beginilah episode saya dengan ibu-ibu yang menjual bumbu ini ketika saya
berhadapan “head to head” dengan dia. Komunikasi terjalin dua arah, saya tidak
tinggal diam pasrah begitu saja apa yang diambilkan, dikantongi, bayar lalu
bawa pulang.

Jepe :
“Ni…bumbu bali bumbu randang” (Uni beli bumbu buat
memasak rendang)
Uni :
“Bara kilo ko ka marandang induak bareh” (Berapa
kilo istrinya mau buat rendang”
Jepe :
“Sakilo se nyo Ni, agak padeh sakatek yo “ (Sekilo
saja, bumbunya agak pedas sedikit ya)

Dengan cekatan
Uni ini memasukan ke plastik gula segala bumbu yang dihaluskan untuk rendang
mulai dari bawang putih, bawang merah, cabe giling, kunyit, jahe, lengkuas,
tongkol serai, ketumbar dan lain sebagainya sesuai takaran untuk satu kilo
daging yang direndang.
 
Jepe :
“Ni..bia agak padeh bisa ndak ditambahkan saketek
lado kutu giliang tu”
Uni
“Ndak baa juo…tapi sakatek sajo yo” (Nggak masalah
tapi sedikit saja ya)
Saya mendikte
Uni ini misalnya ketika memberikan beberapa helai daun jeruk purut yang sudah
menguning agar dia menggantinya dengan daun yang segar, begitu juga daun kunyit
yang sudah layu sekiranya tidak layak lagi bercampur dengan daun kunyit yang
masih segar agar diganti, mungkin dalam hati Uni berkata “ Ndee..cerewet bana 
apak-apak ko mah “ (Walah..cerewet benar
Bapak-bapak ini, anak siapa sihhhhhhh..ha..ha).

Selesai membeli
bumbu praktis ini, lalu saya ke “Los Daging”, ini bisa saja sedikit dikreasikan
dengan setengah kilo daging, sedangkan setengah kilo lagi hati lalu dicampur
dengan kacang polong berwarna putih atau dengan kentang bulat kecil. Santannya
juga yang praktis tanpa harus menguras tenaga untuk memeras parutan kelapa,
sekarang sudah tersedia di pasar tradisional santan dalam bentuk cairan baik
berupa pati santan yang kental maupun santan encer, tinggal bilang sama penjual
dan rata-rata mereka sudah paham berapa liter kebutuhan pati santan dan santan
encer untuk jumlah daging yang akan direndang. Santan ini akan dibungkus dalam
plastik bening secara terpisah.

(Tips : Sebaiknya anda beli santan jadi ini dari
kelapa tua yang telah dipilih, lalu bersabarlah sejenak untuk di parut dan
diperas oleh penjualnya, ini agar cita rasa rendang anda akan terjaga. Santan
jadi yang dijual pedagang dan ditempatkan dalam wadah plastik kita tidak bisa
memastikan apakah dari kelapa tua atau kelapa muda yang biasanya untuk
menggulai)

Sampai dirumah
tugas belum selesai karena istri saya sibuk dan repot dengan bayi mungil saya
saat itu, tanpa membuang waktu bak seorang koki terkenal saya dengan cekatan
meramu dan memasak rendang ini, anda mau tahu caranya kira-kira begini :
Panaskan kuali
yang cukup besar (wajan) lalu tuangkan bumbu praktis tadi ditambahkan pati
santan sampai menenggelamkan bumbu tersebut, setelah daging dibersihkan masukan
bersama bumbu dan pati santan lalu diaduk. Orang minang bilang kira-kira begini 
“dikacuik dulu” atau mungkin ditumis
dulu sesaat. Setelah mengeluarkan aroma harum sambil diaduk tuangkan santan
encer masukan kacang putih aduk terus jangan sampai santannya pecah (mengumpal)
saat mulai mendidih masukan pati santan yang tersisa.Bumbu dedaunan seperti
daun jeruk purut dan daun kunyit jangan lupa dimasukan dalam keaadaan mendidih.
Aduk lagi bola balik hingga merata sampai santan mengeluarkan minyak dan
rendang mulai bewarna coklat terang, jangan lupa jaga apinya cukup dengan api
sedang saja..

Jika aromanya
membuat lapar perut anda dan bertepatan waktunya dengan makan siang silahkan
anda nikmati rendang setengah jadi ini bisa juga disebut “kalio” sambil
merasakan garamnya. Biarkan rendang anda mendidih dengan api yang sedang sambil
sekali-kali diaduk, jika ada kebetulan tetangga anda yang dinding dapurnya
berdempetan ada kemungkinan akan berkata “
Mmmmm..harumnya dan mengundang selera masakan yang dibuat tetangga saya”
 
Semakin berminyak dan mengental maka
semakin “rendang banget” rasanya,
rendang ini siap dihidangkan buat menu anda sehari-hari selama 4 hari, jika
anda mengundang tetanggga atau kawan-kawan makan siang misalnya, tentunya dalam
1 atau 2 hari yang tersisa dedaknya itupun masih enak  buat sarapan pagi dengan 
telor dadar atau mata
sapi. Dijaman yang serba bergerak cepat ini kelihatannya yang serba praktis 
menjadi
pilihan tidak terkecuali bagaimana menghadirkan sebuah pusaka kuliner turun
temurun ranah minang yang bernama Rendang.

Pekanbaru, 19 Oktober 2008

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke