Setuju 100 % jo dunsanak JP

--- On Sun, 10/19/08, jupardi andi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: jupardi andi <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [EMAIL PROTECTED] RENDANG PRAKTIS By : Jepe
To: "rantaunet rantaunet" <rantaunet@googlegroups.com>
Date: Sunday, October 19, 2008, 6:36 AM











Assalamualaikum Wr Wb

Sanak Sapalanta yang berbahagia


 
Saya sekarang punya kelompok diskusi di Pekanbaru dengan sesama alumni IPB, 
kami menyadari dengan latar belakang ilmu pengetahuan dalam bidang pertanian 
dalam arti yang luas dalam menghadapi krisis global ini (terlepas tidak ada 
krisis global) mungkin begini pesan dan himbauan moral kami, kami bukan 
mendikte atau menggurui keputusan tetap ditangan kita masing-masing
 
“Belanjakanlah pendapatan anda untuk memenuhi kebutuhan pangan dari hasil 
pertanian (arti luas) petani kita dan membeli produk turunannya, inilah salah 
satu bentuk kontribusi kita agar Negara kita bertahan dari ancaman krisis 
global”


Nah jika saya ingin dikatakan “menakut-nakuti” dunsanaksemua silahkan saja 
berpikir begitu, begini dalam pikiran saya jika susu cina dan panganan cina 
yang beredar di Negara kita mengandung melamin yang berbahaya buat kesehatan, 
bisa jadi seperti pear, apel cina yang “montok-montok” murmer serta sayuran dan 
buah impor lainnya dari Cina para petani disana memberikan pupuk organic dari 
kotoran Babi kenapa begitu :


Babi bagi masayarakat Cina sudah menjadi Tradisi, Adat dan Budaya serta bagian 
penting dari kuliner dan pergaulan social mereka, tentunya sangat banyak 
dipelihara disana, layak Kerbau atau Sapi di Ranah Minang yang juga bagian dari 
Adat, Tradisi, Budaya dan kuliner kita.
 
Babi banyak di ternak di Cina , sederhana saja tentunya kotorannya berlimpah 
juga untuk dijadikan pupuk organic..ihhhhhh..begitu kira-kira, tapi intinya 
konsumsilah sayur mayur, buah2an, protein hewani dan nabati serta ikan-ikan 
baik air tawar, sungai dan laut dari petani kita tentunya untuk “lebih 
menyentuh” jikapun ada di Hypermart atau super market belanjalah di pasar 
tradisional sekali lagi disinilah ekonomi sektor Riil..berdenyut sampai ke urat 
nadi yang paling halus sekalipun.Apalagi ranah minang kita tercinta yang sangat 
berlimpah dengan hasil pertaniannya, silahkan didata saya rasa tidak ada yang 
kurang untuk memenuhi konsumsi pangan kita sehari-hari kecuali hasrat tak 
tertahankan dari anda untuk ingin menikmati sepotong ikan salmon impor atau 
apel merah meradang USA. Semoga pesan dan himbauan ini bisa menjadi sesuatu 
yang bermanfaat bagi dunsanak semuanya
 


 
Wass-Jepe (43 +, Pku)
 
 
 
 
 
 RENDANG PRAKTIS
Oleh : Jepe 
 
Hampir tiap hari mantan menantu Presiden ke dua Negara kita,  Pak Harto yaitu 
Letnan Jenderal (Purnawirawan) Prabowo dalam layanan iklan partai yang di 
bidaninya menyerukan ajakan agar kita berbelanja untuk kebutuhan pangan 
sehari-hari di pasar tradisional, bagi saya jauh sebelum Prabowo menyerukan 
ini, pasar tradisional yang becek dengan segala hiruk pikuknya sejak jaman 
kuliah sampai sekarang setelah berumah tangga dan dikarunia seorang istri dan 
empat orang anak, “paisson”  saya ke pasar tradisional tidak pernah padam dan 
luntur. 



Selalu ada keasyikan tersendiri bagi saya berlama-lama berputar-putar kedalam 
pasar tradisional ini melihat aktivitas perdagangan ditingkat masyarakat bawah 
ini, seandainya ada “Ujian Pengetahuan Umum” tentang seluk beluk apa saja yang 
dijual  dan  berapa harga komiditi pertanian rakyat, mudah-mudahan nilai B 
sudah berada digenggaman saya tidak seperti kuliah di IPB Tingkat Persiapan 
Pertama (matrikulasi)  mata ajaran Ilmu Kimia maka saya sudah bisa memastikan D 
adalah nilai yang akan saya dapat pada semester pertama, lalu dengan sedikit 
“keajaiban” maka untuk semester kedua target yang paling realistis adalah C, 
jika tidak ada keajaiban itu dipastikan saya akan mengulang lagi (Tinggal 
kelas) di Tingkat I..
 
(Entah kenapa selalu pelajaran Kimia ini menjadi sebuah memori penting saya 
ketika berkuliah, sayapun sedikit bingung kok tiba-tiba begitu “lemah” saya 
menyerap ilmu ini dibandingkan ketika SMA dulu, bisa jadi saat mengikuti mata 
pelajaran ini dengan buku pegangannya yang tebalnya dua kali ukuran bantal 
standar serasa saya sedang kuliah  di Fakultas/Jurusan Kimia disebuah 
Universitas (menulis jika ingin menarik dibaca memang  harus didramatisir dan 
bermetafora, untuk sesuatu yang kira-kira ada “anomaly”..itu pendapat dan gaya 
saya dalam menulis, intinya buku kimia tersebut tebal dan berat lalu faktanya 
saya berkuliah di IPB tapi dengan ilmu Kimia menjadi “Serasa” bukan berkuliah 
di IPB)


Saat saya bekerja di kampung halaman (Kota Padang) sekitar pertengahan tahun 
2001 sampai dengan awal 2005, dua perintah dan tugas penting istri saya dengan 
hati penuh damai, senang, riang gembira penuh berbunga-bunga akan saya 
laksanakan tanpa sedikutpun bantahan. Perintah pertama adalah “Bang  pergi 
belanja ya pasar tradisional untuk membeli bahan dan bumbu masakan untuk menu 
kita hari ini” sedangkan tugas kedua adalah “Bang bawa anak-anak jika nonton 
bola di Stadion Agus Salim ketika klub Semen Padang sedang bertarung dengan 
tamunya di Liga Indonesia”
 
Perintah pertama istri saya cukup berkata “ Kita masak pangek ikan suaso/ 
kembung hari ini Bang” jangan ditambahin lagi kalimat tersebut, saya bisa 
menterjemahkannya lebih melebar lagi apa yang harus dibeli di pasar tradisional 
itu, bahkan diluar perintah tersebut saya melakukan tugas “rahasia” lain dalam 
urusan perut ini, bisa jadi setelah saya sampai di pasar tersebut akan saya 
beli misalnya buat padanan nantinya menikmati  pangek ikan kembung adalah tahu 
dan tempe goreng, lalu ulaman timun local dan tidak lupa “buah ajaib” kegemaran 
saya dalam bahasa yang sangat rahasia, kami menyebutnya “Mr Peter” alias Petai.
 
Hanya ada tiga pasar tardisional yang beceknya luar biasa ketika hujan yang 
sering saya kunjungi diakhir pekan di Kota Padang, yang pertama berjarak cukup 
dekat dari rumah saya di Muaro Penjalinan adalah pasar pagi Tabing, lalu 
merayap lebih jauh ke Pasar Ulak Karang dan terakhir di Pasar Pagi  lampu merah 
persimpangan antara jalan  Raden Saleh dan jalan Juanda. Nah bercerita tentang 
pusaka kuliner kita yaitu Rendang dan dibuat dengan bumbu yang serba praktis 
dan tersedia di pasar ini, seperti halnya yang dilakukan oleh Soni teman 
sealumni SMA  ketika menghadapi lebaran 1429 H di Jakarta,  sebagai orang 
Minang ada rasanya yang kurang jika tidak menghadirkan menu ini disaat lebaran. 
Soni menemukan sebuah solusi total membuat “Rendang Praktis” tanpa bersusah 
payah meramu bumbunya yang memang cukup komplit dan ribet.


Langganan tetap saya jika ingin membuat  Rendang Praktis ini adalah seorang 
ibu-ibu paro baya yang menjual segala bumbu-bumbu siap masak dalam bentuk yang 
dihaluskan maupun bumbu-bumbu kunci lainnya seperti daun jeruk purut  dan daun 
kunyit dalam bentuk utuh. Beginilah episode saya dengan ibu-ibu yang menjual 
bumbu ini ketika saya berhadapan “head to head” dengan dia. Komunikasi terjalin 
dua arah, saya tidak tinggal diam pasrah begitu saja apa yang diambilkan, 
dikantongi, bayar lalu bawa pulang.


Jepe :
“Ni…bumbu bali bumbu randang” (Uni beli bumbu buat memasak rendang)
Uni :
“Bara kilo ko ka marandang induak bareh” (Berapa kilo istrinya mau buat rendang”
Jepe :
“Sakilo se nyo Ni, agak padeh sakatek yo “ (Sekilo saja, bumbunya agak pedas 
sedikit ya)


Dengan cekatan Uni ini memasukan ke plastik gula segala bumbu yang dihaluskan 
untuk rendang mulai dari bawang putih, bawang merah, cabe giling, kunyit, jahe, 
lengkuas, tongkol serai, ketumbar dan lain sebagainya sesuai takaran untuk satu 
kilo daging yang direndang.
 
Jepe :
“Ni..bia agak padeh bisa ndak ditambahkan saketek lado kutu giliang tu”
Uni
“Ndak baa juo…tapi sakatek sajo yo” (Nggak masalah tapi sedikit saja ya)
Saya mendikte Uni ini misalnya ketika memberikan beberapa helai daun jeruk 
purut yang sudah menguning agar dia menggantinya dengan daun yang segar, begitu 
juga daun kunyit yang sudah layu sekiranya tidak layak lagi bercampur dengan 
daun kunyit yang masih segar agar diganti, mungkin dalam hati Uni berkata “ 
Ndee..cerewet bana apak-apak ko mah “ (Walah..cerewet benar Bapak-bapak ini, 
anak siapa sihhhhhhh..ha..ha).


Selesai membeli bumbu praktis ini, lalu saya ke “Los Daging”, ini bisa saja 
sedikit dikreasikan dengan setengah kilo daging, sedangkan setengah kilo lagi 
hati lalu dicampur dengan kacang polong berwarna putih atau dengan kentang 
bulat kecil. Santannya juga yang praktis tanpa harus menguras tenaga untuk 
memeras parutan kelapa, sekarang sudah tersedia di pasar tradisional santan 
dalam bentuk cairan baik berupa pati santan yang kental maupun santan encer, 
tinggal bilang sama penjual dan rata-rata mereka sudah paham berapa liter 
kebutuhan pati santan dan santan encer untuk jumlah daging yang akan direndang. 
Santan ini akan dibungkus dalam plastik bening secara terpisah.


(Tips : Sebaiknya anda beli santan jadi ini dari kelapa tua yang telah dipilih, 
lalu bersabarlah sejenak untuk di parut dan diperas oleh penjualnya, ini agar 
cita rasa rendang anda akan terjaga. Santan jadi yang dijual pedagang dan 
ditempatkan dalam wadah plastik kita tidak bisa memastikan apakah dari kelapa 
tua atau kelapa muda yang biasanya untuk menggulai)


Sampai dirumah tugas belum selesai karena istri saya sibuk dan repot dengan 
bayi mungil saya saat itu, tanpa membuang waktu bak seorang koki terkenal saya 
dengan cekatan meramu dan memasak rendang ini, anda mau tahu caranya kira-kira 
begini :
Panaskan kuali yang cukup besar (wajan) lalu tuangkan bumbu praktis tadi 
ditambahkan pati santan sampai menenggelamkan bumbu tersebut, setelah daging 
dibersihkan masukan bersama bumbu dan pati santan lalu diaduk. Orang minang 
bilang kira-kira begini “dikacuik dulu” atau mungkin ditumis dulu sesaat. 
Setelah mengeluarkan aroma harum sambil diaduk tuangkan santan encer masukan 
kacang putih aduk terus jangan sampai santannya pecah (mengumpal) saat mulai 
mendidih masukan pati santan yang tersisa.Bumbu dedaunan seperti daun jeruk 
purut dan daun kunyit jangan lupa dimasukan dalam keaadaan mendidih. Aduk lagi 
bola balik hingga merata sampai santan mengeluarkan minyak dan rendang mulai 
bewarna coklat terang, jangan lupa jaga apinya cukup dengan api sedang saja..


Jika aromanya membuat lapar perut anda dan bertepatan waktunya dengan makan 
siang silahkan anda nikmati rendang setengah jadi ini bisa juga disebut “kalio” 
sambil merasakan garamnya. Biarkan rendang anda mendidih dengan api yang sedang 
sambil sekali-kali diaduk, jika ada kebetulan tetangga anda yang dinding 
dapurnya berdempetan ada kemungkinan akan berkata “ Mmmmm..harumnya dan 
mengundang selera masakan yang dibuat tetangga saya”
 
Semakin berminyak dan mengental maka semakin “rendang banget” rasanya, rendang 
ini siap dihidangkan buat menu anda sehari-hari selama 4 hari, jika anda 
mengundang tetanggga atau kawan-kawan makan siang misalnya, tentunya dalam 1 
atau 2 hari yang tersisa dedaknya itupun masih enak  buat sarapan pagi dengan 
telor dadar atau mata sapi. Dijaman yang serba bergerak cepat ini kelihatannya 
yang serba praktis menjadi pilihan tidak terkecuali bagaimana menghadirkan 
sebuah pusaka kuliner turun temurun ranah minang yang bernama Rendang.


Pekanbaru, 19 Oktober 2008
__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam 
http://id.mail.yahoo.com 



__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke