Sanak Nofiardi,
tanyato ado juo nan manaliti potensi iko baliak yo, ambo maneliti
formasi Sangkarewang (dipublikasikan pada The IMOG ke 19 di Sevilla
tahun 2005) menemukan hal yang mungkin lebih detil dari iko, tapi
hasilnyo indak jauh beda. Hanyo pado kesimpulan no. 9 kalau dikatokan
minyaknyo sudah mengalami biodegradasi, tampaknyo paralu di tinjau
ulang, karano hasil pengamatan GC-MS ambo kayanyo kesimpulannyo beda.

kama bisa dikntak sanak Deddy Amarullah ko sanak, barangkali kito bisa
badiskusi.

salam,
perry burhan imam sati

On 13 Nov, 13:40, "Nofiardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 
> PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI POTENSI KANDUNGAN MINYAK DALAM ENDAPAN BITUMEN PADAT
>
> DAERAH TALAWI, KOTA SAWAH LUNTO
>
> PROVINSI SUMATERA BARAT
>
> Deddy Amarullah
>
> Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
>
> S A R I
>
> Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggaran 2007 Kelompok Program 
> Penelititan Energi Fosil telah melakukan inventarisasi potensi kandungan 
> minyak dalam endapan bitumen padat didaerah Talawi dan sekitarnya, Kota Sawah 
> Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis daerah Talawi terletak pada 
> koordinat antara koordinat 027'00,00" - 0044'00" Lintang Selatan dan 
> 10038'00" - 100050'00" Bujur Timur.
>
> Secara geologi daerah Talawi termasuk kedalam Cekungan Ombilin yang terbentuk 
> akibat pensesaran bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Stratigrafi Tersier 
> Cekungan Ombilin berdasarkan Peta Geologi lembar Solok (PH. Silitonga & 
> Kastowo, 1995) diawali oleh Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi 
> Sangkarewang (Eosen-Oligosen), Anggota Bawah Formasi Ombilin (Oligo-Miosen), 
> Anggota Atas Formasi Ombilin (Miosen Awal-Tengah) dan Kelompok Volkanik ( 
> Plio-Plistosen). Sebagai formasi pembawa bitumen padat di Cekungan Ombilin 
> adalah Formasi Sangkarewang.
>
> Didaerah Talawi terdapat 3 (tiga) blok bitumen padat, yaitu Blok Kumbayau, 
> Blok Kolok dan Blok Sapan. Tebal bitumen padat di Blok Kumbayau berkisar 
> antara 30 m- 80 m, panjang sebaran berkisar antara 2000 m - 4000 m, 
> sumberdayanya 351.428.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Kolok berkisar 
> antara 75 m - 125 m, panjang sebaran berkisar antara 3500 m - 4500 m, 
> sumberdayanya 568.095.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Sapan berkisar 
> antara 160 m - 180 m, panjang sebaran berkisar antara 1500 m - 2500 m, 
> sumberdayanya 472.560.000 ton.
>
> Di Kolok Tengah ditemukan sumur bor yang didalamnya terdapat minyak bumi. 
> Dari hasil analisis retort kandungan minyak rata-rata di lokasi bor TL-1 Blok 
> Kumbayau adalah 10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan adalah 19,13 l/ton 
> dan kandungan minyak pada singkapan KLM-1 Blok Kolok adalah 15 l/ton. 
> Kandungan total organik karbon bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar 
> antara 3,10 l/ton - 5,66 l/ton, angka tersebut mencirikan sebagai batuan 
> induk sangat bagus. Berdasarkan "potential yield" yang umumnya >10 mg/gr 
> termasuk kedalam batuan induk/sumber dengan katagori sangat bagus dan 
> termasuk kedalam batuan induk tipe II. Tmax bitumen padat daerah Sawah Lunto 
> berkisar antara 434oC - 443oC, termasuk kedalam katagori belum matang sampai 
> awal matang. Kandungan ekstrak bitumen dari hasil ekstraksi fraksinasi 
> organik mater (EOM) di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau 2.382 ppm - 2.715 ppm, 
> di lokasi bor TL-2 Blok Sapan 5.665 ppm - 6.039 ppm, sedangkan dari singkapan 
> MLK-4 Blok Kolok adalah 1.343 ppm. Berdasarkan hasil analisis gas 
> chromatography, conto minyak dari lokasi MLO dan conto bitumen padat dari 
> MLK-4 telah mengalami biodegradasi, yang terlihat dari konfigurasi 
> sidikjarinya. Dari rasio pristane dan pythane di TL-1 Blok Kumbayau 
> menunjukan lebih banyak oksigen, sedangkan di TL-2 Blok Sapan lebih reduktif. 
> Dari data biomarker fraksi saturat menunjukan bahwa komposisi sterana conto 
> minyak lokasi MLO lebih dekat dengan conto bitumen padat lokasi TL-1/34.
>
> Sumberdaya minyak daerah sawah Lunto sekitar 309.977.441 Barrel, yang 
> termasuk dalam katagori hipotetik
>
> PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 
> PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
>
> PENDAHULUAN
>
> Dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah dan untuk meningkatkan kegiatan 
> pendataan mengenai potensi sumberdaya energi, Pusat Sumberdaya Geologi Tahun 
> Anggaran 2007 telah melakukan inventarisasi potensi kandungan minyak didalam 
> endapan bitumen padat di daerah Talawi, Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera 
> Barat. Didaerah tersebut terdapat potensi sumberdaya bitumen padat yang 
> mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi sumberdaya energi alternatif.
>
> Maksud dari inventarisasi adalah untuk mendapatkan data bitumen padat dan 
> potensi minyaknya. Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah lapisan bitumen 
> padat, ketebalan serta penyebarannya, yang pada akhirnya dapat membantu 
> korelasi lapisan bitumen padat. Selain itu juga untuk mengetahui sumberdaya 
> bitumen padat dan sumberdaya minyak di daerah tersebut.
>
> Daerah inventarisasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Talawi, Barangin dan 
> Lembah Segar Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis 
> daerah ini terletak diantara koordinat 0027'00,00" - 0044'00" Lintang Selatan 
> dan 100038'00" - 100050'00" Bujur Timur. Lokasi tersebut terletak sekitar 100 
> km. sebelah timurlaut Kota padang.
>
> GEOLOGI UMUM
>
> Daerah inventarisasi termasuk dalam Peta Geologi Lembar Solok yang dipetakan 
> oleh Silitonga, P.H., dan Kastowo, (1995).
>
> Dalam kerangka geologi regional daerah Talawi termasuk ke dalam Cekungan 
> Ombilin yang terbentuk akibat pensesaran bongkah (blok) terhadap batuan 
> dasar. Pensesaran tersebut terjadi pada Awal Tersier yang menyebabkan 
> terbentuknya struktur "graben". Selanjutnya bagian-bagian graben ini pada 
> Awal Tersier mulai diisi oleh endapan klastika kasar di bagian pinggir, 
> sedangkan di bagian tengah terbentuk semacam danau yang kemudian diisi oleh 
> endapan klastika halus.
>
> Sedimentasi dalam Cekungan Ombilin telah diketahui secara luas berkat hasil 
> eksplorasi batubara dan pemetaan geologi bersistem untuk seluruh Pulau 
> Sumatra. Cekungan Ombilin terletak pada bagian tengah jalur Pegunungan 
> Barisan yang terbentuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen 
> mencapai ketebalan 4.600 m (Koning, 1985) serta diendapkan pada lingkungan 
> darat atau danau sampai laut dangkal.
>
> P.H. Silitonga dan Kastowo, (1995) di dalam Peta Geologi Lembar Solok membagi 
> batuan Pra-Tersier yang menjadi batuan dasar Cekungan Ombilin menjadi Formasi 
> Kuantan, Formasi Silungkang, Formasi Tuhur, Granit, Diorit dan Granodiorit, 
> sedangkan batuan Tersier yang mengisinya dari bawah keatas dibedakan menjadi 
> Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi Sangkarewang, Anggota Bawah 
> Formasi Ombilin, Anggota Atas Formasi Ombilin dan Kelompok Volkanik.
>
> R.P. Koesoemadinata dan Theo Matasak, (1981) menyusun stratigrafi batuan 
> Tersier di Cekungan Ombilin secara berurutan dari bawah keatas adalah Formasi 
> Brani yang menjemari dengan Formasi Sangkarewang, Formasi Sawah Lunto, 
> Formasi Sawah Tambang, Formasi Ombilin dan Formasi Ranau.
>
> Formasi Brani yang menjemari dengan Formasi Sangkarewang menurut P.H. 
> Silitonga dan Kastowo berumur Eosen-Oligosen. sedangkan menurut R.P. 
> Koesoemadinata dan T. Matasak berumur Paleosen.
>
> Selaras diatas Formasi Sangkarewang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo adalah 
> Anggota Bawah Formasi Ombilin yang berumur Oligo-Miosen, sedangkan menurut 
> R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak adalah Formasi Sawah Lunto yang berumur 
> Eosen dan Formasi Sawah Tambang yang berumur Oligosen.
>
> Selaras diatasnya lagi menurut P.H. Silitonga dan Kastowo adalah Anggota Atas 
> Formasi Ombilin yang berumur Miosen Awal-Tengah, sedangkan menurut R.P. 
> Koesoemadinata dan T. Matasak adalah Formasi Ombilin yang berumur 
> Oligo-Miosen.
>
> Secara tidak selaras diatasnya lagi diendapkan hasil produksi volkanik yang 
> menurut P.H. Silitonga dan Kastowo dinamakan Volkanik tak terpisahkan, Tuf 
> Batuapung dan Tuf Basal sedangkan oleh R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak 
> dinamakan Formasi Ranau yang berumur Plio-Plistosen.
>
> Untuk pembahasan geologi bitumen padat daerah Talawi akan mengacu pada 
> strtigrafi berdasarkan P.H. Silitonga dan Kastowo, karena peta geologi yang 
> tersedia adalah peta geologi Lembar Solok yang
>
> PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 
> PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
>
> meliputi daerah Sawah Lunto, disusun oleh P.H. Silitonga dan Kastowo (1995).
>
> Secara umum sebaran formasi batuan di Sawah Lunto membentuk sinklin yang 
> sumbunya berarah baratlaut-tenggara, namun di beberapa tempat terdapat 
> perlapisan batuan yang arah jurusnya tidak sesuai dengan arah jurus yang 
> umum. Hal ini mengindikasikan bahwa di Cekungan Ombilin juga telah terjadi 
> pensesaran.
>
> Umumnya struktur sesar yang terdapat di Sawah Lunto adalah sesar geser dan 
> sesar normal.
>
> GEOLOGI DAERAH INVENTARISASI
>
> Berdasarkan aspek morfologi, daerah inventarisasi dapat dibedakan menjadi 2 
> (dua) satuan morfologi, yaitu Satuan Morfologi Perbukitan Berlereng Landai 
> yang menempati bagian tengah dan Satuan Perbukitan Berlereng Terjal yang 
> menempati bagian barat serta timur.
>
> Penamaan formasi batuan di daerah inventarisasi mengacu pada stratigrafi 
> berdasarkan P.H. Silitonga dan Kastowo. Stratigrafi Tersier daerah 
> inventarisasi mulai dari yang tertua adalah sebagai berikut;
>
> Formasi Brani terdiri dari konglomerat sisipan batupasir, berwarna abu-abu 
> sampai keungu-unguan, pemilahannya jelek. Tersingkap didaerah Talagogunung 
> dan daerah Rawanmaung. Formasi Brani menjemari dengan Formasi Sangkarewang.
>
> Formasi Sangkarewang merupakan formasi pembawa bitumen padat, terdiri dari 
> serpih yang berselang seling dengan batulanau dan batupasir berbutir halus 
> sampai kasar. Serpih berwarna abu-abu tua kehitam-hitaman sampai 
> kecoklat-coklatan, karbonan, kadang-kadang dijumpai sisipan tipis atau 
> pita-pita batubara. Batulanau berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, keras. 
> Batupasir berwarna abu-abu muda, berbutir halus sampai kasar, kadang-kadang 
> konglomeratan sampai breksian, komponennya terdiri dari kuarsa dan feldpar, 
> sub angular sampai sub rounded, di beberapa tempat membentuk "graded 
> bedding", struktur sedimen yang terlihat adalah "parallel lamination", "cross 
> bedding", "covolute" dan "load cast". Perbandingan antara serpih dan 
> batupasir di daerah Kumbayau sampai Sungai Sangkarewang hampir seimbang, di 
> bagian atas batupasir lebih dominan kebagian bawah batupasirnya makin kurang. 
> Formasi Sangkarewang dibagian selatan yaitu daerah Sapan sampai Sungai 
> Sumpahan didominasi oleh serpih, sedangkan batupasir halus yang hadir hanya 
> sebagai sisipan saja, selain itu terdapat rekahan-rekahan yang diisi oleh 
> kalsit. Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo Formasi Brani dan Sangkarewang 
> berumur Eosen-Oligosen.
>
> Anggota Bawah Formasi Ombilin merupakan formasi pembawa batubara, oleh R.P. 
> Koesoemadinata dan T. Matasak disebut Formasi Sawah Lunto dan Formasi Sawah 
> Tambang. Terdiri dari perulangan batupasir kuarsa yang mengandung mika, 
> konglomerat, serpih dan batubara. Tersingkap di bagian baratlaut dan tenggara 
> daerah inventarisasi, yaitu daerah Koto Gadang, Salak dan Sawah Lunto. 
> Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo Anggota Bawah Formasi Ombilin berumur 
> Oligo Miosen.
>
> Anggota Atas Formasi Ombilin terdiri dari lempung dan napal berwarna abu-abu 
> kehijau-hijauan sisipan batupasir, sisipan batupasir, konglomerat dan 
> batupasir tufaan. Tersingkap dibagian timur daerah inventarisasi. Menurut 
> P.H. Silitonga dan Kastowo Anggota Atas Formasi Ombilin berumur Miosen 
> Awal-Tengah.
>
> Bahan Volkanik Tak Terpisahkan terdiri dari aliran lahar, fanglomerat dan 
> endapan koluvium yang bersifat andesitis sampai basaltis. Tersingkap dibagian 
> barat dan baratdaya daerah inventarisasi.
>
> Tuf Batuapung terdiri dari tuf batuapung berwarna putih kekuning-kuningan. 
> Tersingkap didaerah Talawi dan bagian timurlaut daerah inventarisasi.
>
> Tuf Basal terdiri dari tufa lapili, tufa basal dan pecahan lava. Tersingkap 
> dibagian baratlaut daerah inventarisasi, yaitu sekitar daerah Tanjung Emas. 
> Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo satuan ini berumur Plio Plistosen.
>
> Dari hasil pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, daerah 
> inventarisasi membentuk perlipatan yang secara umum sumbunya berarah 
> baratlaut-tenggara. Besar sudut kemiringan lapisan berkisar antara 5o-80o, 
> ditempat-tempat yang sudut kemiringan lapisannya sangat besar dan arah 
> jurusnya sangat menyimpang diperkirakan daerah yang mengalami pensesaran 
> seperti didaerah Ampang Nago. Sesar yang memotong perlapisan batuan adalah 
> sesar normal mendatar yang berarah utara - selatan.
>
> PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 
> PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
>
> ENDAPAN BITUMEN PADAT
>
> Sebagaimana telah disebutkan bahwa karakteristik Formasi Sangkarewang 
> dibagian utara dan selatan tidak sama. Untuk daerah utara yaitu yang meliputi 
> Blok Kumbayau sampai Blok Kolok terdiri dari perulangan serpih, batulanau dan 
> batupasir. Makin ke utara lagi yaitu didaerah Ampang Nago kandungan batupasir 
> berbutir kasar lebih mendominasi lagi jika dibandingkan dengan serpih. 
> Dibagian selatan yaitu yang meliputi Blok Sapan kandungan serpih merupakan 
> yang paling dominan sedangkan batupasir hanya sebagai sisipan saja. 
> Berdasarkan singkapan-singkapan yang ditemukan, batas sebaran perulangan 
> serpih batulanau dan batupasir kearah selatan adalah sampai daerah Kolok 
> Mudik. Bitumen padat didalam Formasi Sangkarewang terdapat dalam serpih, 
> batulanau dan batupasir halus.
>
> Blok Kumbayau meliputi daerah Kumbayau, Kebon Tinggi, Sungai Sipang, 
> Sijantang dan Ampang Nago; Dari hasil rekonstruksi singkapan, bitumen padat 
> yang ditemukan didaerah Kumbayau menerus sampai daerah Sungai Sipang, 
> perlapisannya miring kearah baratdaya dengan sudut kemiringan berkisar antara 
> 15o - 60o. Perlapisan bitumen padat didaerah Kumbayau dipisahkan menjadi dua 
> bagian oleh sisipan batupasir berbutir sedang sampai kasar (bukan sebagai 
> bitumen padat) yang tebalnya sekitar 10 mtr. Tebal total perlapisan bagian 
> atas sekitar 60 mtr, apabila perbandingan antara serpih dan batupasir kasar 
> didaerah ini relatif seimbang berarti tebal bitumen padat pada bagian atas 
> sekitar 30 mtr. Tebal total perlapisan bagian bawah sekitar 160 mtr, berarti 
> tebal bitumen padat pada bagian bawah sekitar 80 mtr. Panjang sebarannya 
> kearah jurus diperkirakan sekitar 4.000 mtr; Bitumen padat didaerah 
> KebonTinggi menerus kearah tenggara sampai daerah Sijantang, secara umum 
> perlapisannya miring kearah timurlaut dengan sudut kemiringan berkisar antara 
> 15o - 35o. Berdasarkan arah kemiringannya antara bitumen padat daerah 
> Kumbayau dan Kebon Tinggi membentuk lipatan sinklin. Tebal total perlapisan 
> daerah Kebon Tinggi sekitar 140 mtr, berarti tebal bitumen padatnya sekitar 
> 70 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 3.000 mtr; Bitumen 
> padat daerah Ampang Nago diperkirakan mengalami pensesaran, secara umum 
> lapisannya miring kearah baratdaya dengan sudut kemiringan berkisar antara 
> 60o - 70o. Tebal total lapisan sekitar 150 mtr, berarti tebal bitumen 
> padatnya sepertiga dari 150 mtr yaitu sekitar 50 mtr, panjang sebaran kearah 
> jurus diperkirakan sekitar 2.000 mtr.
>
> Blok Kolok meliputi daerah Sangkarewang dan Kolok, secara umum perlapisan 
> bitumen padat daerah Sangkarewang miring kearah utara dengan sudut kemiringan 
> berkisar antara 5o - 48o. Tebal total lapisan sekitar 250 mtr, berarti tebal 
> bitumen padatnya sekitar 125 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan 
> sekitar 3.500 mtr; Secara umum perlapisan bitumen padat didaerah Kolok miring 
> kearah timurlaut dengan sudut kemiringan berkisar antara 13o - 40o. Tebal 
> total lapisan sekitar 150 mtr, berarti tebal bitumen padat sekitar 75 mtr, 
> panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 4.500 mtr.
>
> Blok Sapan meliputi daerah Sumpahan dan Sapan; Secara umum perlapisan 
> didaerah Sumpahan timurlaut dengan sudut kemiringan lapisan berkisar antara 
> 30o - 65o. Tebal total lapisan sekitar 200 mtr, berarti tebal lapisan bitumen 
> padatnya sekitar 160 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 
> 1.500 mtr; Umumnya perlapisan bitumen padat didaerah Sapan miring kearah 
> timurlaut dengan sudut kemiringan lapisan berkisar antara 18o - 35o. Tebal 
> total lapisan sekitar 220 mtr, berarti tebal bitumen padat sekitar 180 mtr, 
> panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 2.500 mtr.
>
> KUALITAS BITUMEN PADAT
>
> Dari hasil analisis retort diperoleh kandungan minyak sebagai berikut, di 
> lokasi bor TL-1 (Blok Kumbayau) kandungan minyak rata-ratanya adalah 10,55 
> l/ton, di lokasi bor TL-2 (Blok Sapan) adalah 19,13 l/ton, sedangkan hasil 
> analisis retort dari singkapan tidak dirata-ratakan karena dari setiap daerah 
> hanya dianalisis satu conto. Hasil analisis dari singkapan yang paling tinggi 
> adalah dari daerah Kolok yaitu 15 l/ton. Berdasarkan hasil analisis retort 
> menunjukan bahwa kandungan minyak yang paling tinggi didaerah Sawah Lunto 
> adalah di lokasi bor TL-2 (Blok Sapan), yang rata-ratanya 19,13 l/ton. 
> Kandungan minyak pada conto-conto dekat permukaan umumnya lebih kecil jika 
> dibandingkan dengan conto-conto pada bagian yang lebih dalam. Kandungan 
> minyak di lokasi bor TL-1 menurun lagi pada kedalaman 56,18 m - 61,40 m. Dari 
> variasi kandungan minyak pada tiap-tiap
>
> PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 
> PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
>
> conto yang berbeda menunjukan bahwa distribusi kandungan organik secara 
> vertikal tidak merata. Hasil analisis retort dari penyelidik terdahulu ( 
> Syufra dkk, 2001) di Blok Kumbayau mencapai 40 l/ton, Blok Kolok mencapai 64 
> l/ton dan di Blok Sapan mencapai 52 l/ton.
>
> Dari analisis total organik karbon (TOC) sebanyak 60 conto inti bor secara 
> umum menunjukan kandungan karbon yang tinggi yaitu berkisar antara 3,10 - 
> 5,66 % (tabel 8,9,10), angka tersebut termasuk kedalam katagori batuan induk 
> sangat bagus (very good) sampai istimewa (excelent), karena menurut Peters 
> (1993) kandungan TOC yang termasuk kedalam katagori batuan induk sangat bagus 
> (very good) adalah ≥ 2%.
>
> Berdasarkan kombinasi antara TOC dan pirolisis Rock Eval menunjukan bahwa 
> bitumen padat daerah Talawi merupakan batuan sumber dengan katagori sangat 
> bagus (potential yield > 10mg/gr. Dari plot antara TOC terhadap potential 
> yield (PY) maupun hidrogen index (HI) menunjukan potensi yang sangat bagus 
> (very good) sampai istimewa (excellent).
>
> Hidrogen index yang tinggi yang berkisar antara 358 - 608 menunjukan kerogen 
> tipe II. Untuk batuan induk tipe seperti ini apabila sudah mencapai 
> kematangan thermal akan menghasilkan minyak. Plot antara Tmax dengan hydrogen 
> index (HI) menunjukan bahwa bitumen padat Formasi Sangkarewang sebagai batuan 
> sumber minyak
>
> Angka index produksi (PI) yang rendah (<0,2) mengindikasikan bahwa bitumen 
> padat daerah Talawi merupakan batuan induk yang kematangannya berada pada 
> batas ambang. Dari hasil pirolisis Rock Eval menunjukan angka Tmax 
> 434oC-443oC sedangkan menurut Peters (1993) kematangan terjadi pada 
> temperatur 435oC keatas. Berdasarkan data Tmax tersebut mengindikasikan bahwa 
> batuan induk atau batuan sumber minyak di Talawi termasuk kedalam katagori 
> belum matang sampai awal matang, namun menentukan kematangan berdasarkan Tmax 
> harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena banyak faktor yang 
> mempengaruhinya seperti kandungan mineral, kekayaan bahan organik dan yang 
> lainnya lagi.
>
> Hasil ekstraksi dan fraksinasi (EOM) dari 5 conto bitumen padat berkisar 
> antara 1.342,68 ppm - 6.039,25 ppm. Kandungan ekstrak bitumen paling tinggi 
> terdapat pada conto TL-2/18 dan TL-2/22 yaitu 5.665 ppm dan 6.039 ppm, 
> kandungan ekstrak bitumen pada conto TL-1/23 dan TL-1/34 adalah 2.382 ppm dan 
> 2.715 ppm, sedangkan kandungan ekstrak bitumen pada MLK-4 merupakan yang 
> paling rendah yaitu 1.343 ppm. Data tersebut mencerminkan bahwa peringkat 
> tertinggi sebagai batuan induk atau batuan sumber adalah disekitar daerah 
> lokasi bor TL-2 (Blok Sapan) selanjutnya diikuti daerah sekitar lokasi bor 
> TL-1 (Blok Kumbayau) dan sebagai batuan sumber peringkat paling rendah adalah 
> daerah sekitar MLK-4 (Blok Kolok). Namun conto dari MLK-4 merupakan conto 
> pemukaan, sedangkan yang lainnya berupa conto inti bor dari kedalaman 30 m - 
> 50 m.
>
> Analisis Gas Chromatography (GC) dilakukan terhadap seluruh conto yang 
> diekstraksi dan terhadap 1(satu) conto minyak. Sidikjari hasil gas 
> chromatography dari ekstrak batuan dan minyak dapat dilihat pada gambar 5. 
> Secara umum dapat dilihat bahwa konfigurasi sidikjari n-alkana pada ekstrak 
> batuan (gambar 6 dan 7) menunjukan ciri bimodal (dua gugusan n-alkana) dengan 
> puncaknya pada n-C15 dan n-C27, konfigurasi n-alkana seperti ini biasanya 
> terdapat pada sedimen-sedimen danau atau "lacustrine". Gugusan n-alkana dari 
> ekstrak bitumen singkapan MLK-4 dan minyak MLO telah berkurang karena telah 
> mengalami biodegradasi.
>
> Rasio antara Pristane dengan Pythane di lokasi TL-1 (TL-1/23, TL-1/34) lebih 
> besar dari rasio di lokasi TL-2 (TL-2/18, TL-2/22), di TL-1 berkisar antara 
> 3,92-4,12 dan di TL-2 berkisar antara 1,92-1,79. Hal ini mengindikasikan 
> bahwa lingkungan pengendapan bitumen padat di lokasi TL-1 lebih banyak 
> mengandung oksigen, sedangkan di lokasi TL-2 lebih reduktif, berarti bitumen 
> padat di lokasi TL-2 diendapkan pada danau bagian dalam dengan kondisi bawah 
> air yang lebih tenang dan rendah oksigen (reduktif), dan lokasi TL-1 
> diperkirakan diendapkan pada lingkungan yang dangkal atau tepi danau atau 
> dataran lumpur (mud flat) yang banyak berasosiasi dengan oksigen dari udara 
> terbuka.
>
> Rasio CPI (Carbon Preference Index) >>1 seringkali dijumpai pada batuan 
> sedimen berumur muda atau yang masih rendah tingkat kematangan termalnya 
> (Bray & Evans, 1961; Tissot dkk., 1984). Kondisi
>
> PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 
> PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
>
> seperti ini dijumpai pada seluruh conto yang dianalisis yang menunjukkan 
> rasio CPI antara 1,19 dan 1,32, oleh karena itu tingkat kematangan yang cukup 
> untuk membentuk hidrokarbon optimal belum terpenuhi.
>
> Dari data biomarker fraksi saturat terlihat bahwa komposisi sterana conto 
> minyak MLO lebih dekat dengan conto bitumen padat TL-1/34. Namun baik conto 
> minyak MLO maupun conto bitumen padat TL-1/34 dan MLK-4 menunjukan kesamaan 
> bahan organik dan lingkungan pengendapannya yaitu danau atau lacustrine.
>
> Perbedaan tingkat kematangan termal pada ketiga conto yang dianalisis 
> menunjukan bahwa kondisi geologi pada Formasi Sangkarewang tidak sama, 
> walaupun bahan organiknya menunjukan kesamaan yaitu yang berasal dari algal 
> dan tumbuhan darat.
>
> SUMBERDAYA
>
> Batasan perhitungan sumberdaya bitumen padat didasarkan pada kondisi 
> geologinya. Rumus untuk menghitung sumberdaya adalah : Sumberdaya (ton)= 
> Panjang (m) x Tebal (m) x Lebar (m) x Berat Jenis ( ton/m3). Sumberdaya 
> bitumen padat daerah Sawah Lunto adalah 1.392.083.000 ton, yang berdasarkan 
> Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standar Nasional Indonesia (SNI) 
> amandemen 1-SNI 135014-1998 dari Badan Standarisasi Nasional, termasuk 
> kedalam sumberdaya hipotetik ("hypothetic").
>
> Untuk menghitung sumberdaya minyak digunakan beberapa parameter. Dalam 
> perhitungan sumberdaya minyak, kandungan airnya harus dijadikan nol atau 
> biasa disebut "liters per tonne at zero moisture" (LTOM), maksudnya supaya 
> kandungan minyak dalam suatu lapisan bitumen padat pada suatu formasi dapat 
> dengan mudah dibandingkan dengan kandungan minyak dalam lapisan lainnya atau 
> formasi lainnya. Sumberdaya minyak daerah inventarisasi adalah 309.977.441 
> barrel. Klasifikasi sumberdaya minyak yang dihitung disini masih sulit 
> ditentukan karena belum ada yang bisa dijadikan acuan, tapi untuk saat ini 
> diklasifikasikan kedalam sumberdaya hipotetik.
>
> KESIMPULAN
>
> Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
>
> 1. Secara geologi daerah Talawi termasuk kedalam cekungan intramontane yang 
> dinamakan Cekungan Ombilin.
>
> 2. Formasi pembawa bitumen padat didaerah Talawi adalah Formasi Sangkarewang 
> yang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo (1995) berumur Oligosen.
>
> 3. Didaerah Talawi terdapat 3 (tiga) blok bitumen padat, yaitu Blok Kumbayau, 
> Blok Kolok dan Blok Sapan. Tebal bitumen padat di Blok Kumbayau berkisar 
> antara 30 m- 80 m, panjang sebaran berkisar antara 2000 m - 4000 m, 
> sumberdayanya 351.428.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Kolok berkisar 
> antara 75 m - 125 m, panjang sebaran berkisar antara 3500 m - 4500 m, 
> sumberdayanya 568.095.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Sapan berkisar 
> antara 160 m - 180 m, panjang sebaran berkisar antara 1500 m - 2500 m 
> sumberdayanya 472.560.000 ton.
>
> 4. Di Kolok Tengah ditemukan sumur bor yang didalamnya terdapat minyak bumi.
>
> 5. Berdasarkan hasil analisis retort kandungan minyak rata-rata di lokasi bor 
> TL-1 Blok Kumbayau adalah 10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan adalah 
> 19,13 l/ton dan kandungan minyak pada singkapan KLM-1 Blok Kolok adalah 15 
> l/ton.
>
> 6. Kandungan total organik karbon bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar 
> antara 3,10 //ton - 5,66 l/ton, angka tersebut mencirikan sebagai batuan 
> induk sangat bagus. Berdasarkan "potential yield" yang umumnya >10 mg/gr 
> termasuk kedalam batuan induk/sumber dengan katagori sangat bagus dan 
> termasuk kedalam batuan induk tipe II
>
> 7. Tmax bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 434oC - 443oC, 
> termasuk kedalam katagori belum matang sampai awal matang.
>
> 8. Kandungan ekstrak bitumen dari hasil ekstraksi fraksinasi organik mater 
> (EOM) di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau 2.382 ppm - 2.715 ppm, di lokasi bor 
> TL-2 Blok Sapan 5.665 ppm - 6.039 ppm, sedangkan dari singkapan MLK-4 Blok 
> Kolok adalah 1.343 ppm.
>
> 9. Berdasarkan hasil analisis gas chromatography, conto minyak dari lokasi 
> MLO dan conto bitumen padat dari MLK-4 telah mengalami biodegradasi, yang 
> terlihat dari konfigurasi sidikjarinya.
>
> 10. Dari rasio pristane dan pythane di TL-1 Blok Kumbayau menunjukan lebih 
> banyak oksigen, sedangkan di TL-2 Blok Sapan lebih reduktif.
>
> PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 
> PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
>
> 11. Dari data biomarker fraksi saturat menunjukan bahwa komposisi sterana 
> conto minyak lokasi MLO lebih dekat dengan conto bitumen padat lokasi TL-1/34.
>
> 12. Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya batuan daerah Sawah Lunto sekitar 
> 1.392.083.000 ton.
>
> 13. Sumberdaya minyak daerah sawah Lunto sekitar 309.977.441 Barrel, yang 
> termasuk dalam katagori hipotetik
>
> DAFTAR PUSTAKA
>
> Ilyas Syufra, (2001). Eksplorasi Bitumen Padat Dengan Outcrop Drilling di 
> daerah Talawi dan sekitarnya, Kodya Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, 
> Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung, Laporan.
>
> Koesoemadinata R. P., & Matasak Th., 1981 ; Stratigraphy and Sedimentation 
> Ombilin Basin Central Sumatera (West Sumatera Province), Proceeding, IPA, 
> Tenth Annual Convention.
>
> Koning T., 1985 ; Petroleum Geology of The Ombilin Intramontane Basin, 
> Proceeding, IPA, Fourteenth Annual Convention.
>
> Peters K. E. and Moldowan J. M., 1993 ; The Biomarker Guide, Interpreting 
> Molecular Fossils in Petroleum and Ancient Seiments, Prentice-Hall, Englewood 
> Cliffs, N. J.
>
> Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 : Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera, Peta 
> Geologi bersistem Sumatera, PPPG, Bandung.
>
> Tissot B. P. and Welte D. H., 1984 ; Petroleum Formation and Occurrence, 
> Second Revised and Enlarged Edition, Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg, 
> Newyork, Tokyo.
>
> The above message is for the intended recipient only and may contain 
> confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are 
> not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, 
> distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly 
> prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by 
> reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete 
> the message and the reply (if it contains the original message) thereafter. 
> Thank you.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke