Sanak Sapalanta, ambo posting tulisan ambo mudah2an bukan OOT, dek bacarito 
tentang Pulau Mentawai yang juga bagian dari Prop Sumbar..Selamat membaca, 
semoga berkenan..oh ya..ini akan bersambung  3 atau 4 hari kedepan absen dulu 
mamonitor palantaWass-Jepe--------------------------------------------------





SAUBET, PALAPA DAN
PISANG BATU (Kuliner dan traveling)

By : Jepe

 

Ingat cerita seorang teman ketika
dia menikmati makanan pokok suku Ambon yaitu Papeda saat dia bersantap siang
di  restoran yang menyajikan hidangan
khas suku Ambon di Jakarta, pikiran saya melayang 5 tahun yang lalu saat saya
bekerja di Mentawai tepatnya di Dusun Berimanua, Pulau Sipora menikmati makanan
pokok suku Mentawai yaitu Saubet.

 

Saubet ibaratnya nasi bagi
sebagian besar makanan pokok masyarakat Indonesia, suku Mentawai yang tinggal
di pedalaman atau dipelosok-pelosok kepulauan Mentawai, sebelum mereka mengenal
beras atau nasi, saubet adalah  sumber
korbohidrat mereka sehari-hari. Para pendatang
terutama dari Suku Minang yang bermukim di Mentawai telah merubah kebiasaan
makanan pokok mereka sehari-hari dari Saubet menjadi Nasi.Tapi mereka yang
tinggal dipedalaman makanan pokok mereka masih tinggi ketergantungannya pada
Saubet..

 

Camp
saya yang berada di dusun Berimanua
dimana penduduknya makanan pokok sehari-harinya adalah Saubet apalagi saat
musim gelombang dan badai harga beras sangat mahal atau malah tidak ada di
pasar ibu kota
Kepulauan Mentawai yaitu Tua Pejat karena pasokan beras dari sumbar terganggu
akibat kapal kayu pembawa kebutuhan sembako sehari-hari tidak bisa berlayar 
akibat
cuaca badai dan gelombang tinggi.

 

Saubet adalah campuran keladi
atau yang dikenal nama daerahnya Palapa dengan pisang batu (kepok) yang
dimasak/bakar dalam bambu layak lamang suku Minang.. Palapa dan pisang ini
direbus lalu ditumbuk kasar bersamaan dikasih garam, lalu dimasukan kedalam
tabung bambu khsusu untuk “malamang”, sebelumnya rongga bambu tadi dilapisi
dengan daun pisang batu. Setelah padat isi rongga bambu tersebut lalu dibakar
dengan bara api sambil di bolak balik sehingga palapa dan pisang didalam bamboo
tersebut masak dengan sempurna.

 

Saubet yang telah matang dibakar
tadi siap dihidangkan layaknya nasi yang baru masak dengan menu pendamping ikan
rebus berkuah, sup kepiting, ikan baker atau masakan lainnya yang berbahan
dasar ikan, kerang, udang dan hasil laut lainnya.Saya pikir sebuah pola makan
yang sehat jauh dari kolestrol dan alami tanpa zat pengawet dan bumbu-bumbu
‘artifisial” seperti penyedap rasa.

 

 

PALAPA

 

Ada
dua jenis keladi yang tumbuh dikonsumsi oleh penduduk asli  d\Mentawai, yang 
pertama adalah keladi
seperti keladi kebanyakan yang tumbuh di daratan Sumatera tapi ukurannya besar
seperti talas Bogor.
Tumbuh ditanah yang berawa (tanah Lumpur dan becek), umbinya berwarna putih
keabu-abuan (Broken White) sedangkan jenis yang lain yaitu Keladi Palapa yang
biasanya tumbuh di daerah perbukitan atau daratan yang lembab. Umbinya berwarna
putih kemerahan, rasanya lebih lembut dan gurih dibandingkan dengan keladi
rawa.Palapa ini jika saya “day off” pulang ke Padang saya bawa untuk oleh-oleh
yang nantinya diolah sebagai camilan berupa goreng palapa, direbus lalu
ditumbuk dikasih gula aren dan parutan kelapa atau dibuat kolak dicampur dengan
pisang batu.

 

PISANG BATU  (KEPOK) MENTAWAI

 

Pisang batu atau pisang kepok
(Jawa) Mentawai sangat luar biasa bila dibandingkan  pisang batu yang berasal 
dan tumbuh di
daratan Sumatera, besar, padat dan berisi. Kandungan serat, karbohidrat,
vitamin serta mineralnya tentu lebih kaya juga dibandingkan pisang batu 
kebanyakan
di daratan Sumetera. Seperti halnya palapa, pisang batu Mentawai juga bagian
dari oleh-oleh yang wajib saya bawa jika pulang ke Padang, Banyak dijual
bersama palapa di dermaga-dermaga kapal menjelang kapal kayu penumpang dan
barang berlayar menuju pelabuhan Muara Padang atau Bungus (Kapal berangkat jika
cuaca bagus malam hari sekitar jam 9 dan berlabuh di muara tersebut sekitar jam
6 Pagi).

 

Pagi hari menjelang kapal
berangkat didermaga sibuk para pembeli dan pedagang mengadakan transaksi jual
beli palapa sebagai buah tangan, lebih khususnya pisang batu yang di borong
oleh pedagang dalam jumlah yang banyak (bertandan-tandan) untuk di jual lagi di
Pasar-pasar tradisional di kota Padang. Saya juga tidak
ketinggalan membeli satu tandan pisang batu yang padat berisi ini dalam keadaan
masih mentah dimana setiap sisir buah pisang batu yang montok-montok ini mulai
dari ujung sampai ke pangkal berwarna hijau tua.

 

Pisang  batu inilah sarapan rutin saya setiap pagi di
Camp Berimanua yang menghadap pantai yang
landai. Energi pisang ini spontan cepat dicerna oleh lambung tanpa
“bertele-tele”,  biasanya 5 atau 6 biji
pisang batu yang telah saya rebus lalu saya oleskan dengan madu yang  sebanyak 
duo sendok makan yang saya tempatkan
di piring kecil, nikmati dengan secangkir kopi dan akhiri dengan segelas penuh
air putih hangat. Sarapan model begini membuat saya bertahan sampai tengah hari
menjelang makan siang, jikapun terlambat makan siang sekitar jam 2, perut
laparnya masih terasa nyaman.

 

Faktanya pisang memberikan energi
yang spontan kaya karbohidrat, vitamin dan mineral  mengingatkan saya kepada 
petenis legendaries
Jerman yaitu Boris Becker ketika “break” setiap game dalam turnamen Grand
Slam  memakan sebutir pisang dan meminum
air. Begitu juga pembalap sepeda kenamaan dalam Tour de France seperti Greg 
Lemon
sambil mengayuh sepeda di tanjakan dia memakan pisang lalu meminum air.

 

PESTA  SAUBET DI PULAU
NYANG-NYANG

 

Beginilah nasib atau resiko ya ?
jika bekerja jauh dilapangan apalagi di daerah pedalaman yang segala sesuatu
serba terbatas, tapi bagi saya yang boleh dikatakan 18 tahun bekerja sebagai
seorang “Forester”  hampir 65 % saya
berada di Camp atau di Hutan selagi bisa saya nikmati dan larut dengan tradisi
local, budaya serta masyarakatnya dan ditunjang hobi saya berpetualangan dialam
bebas seperti menangkap ikan dengan berbagai cara atau mencari tanaman hias di
hutan seperti Anggrek spesies inilah kepuasan tersendiri yang saya dapat.

 

Mandah di hutan (Camping Ground)
baik di pegunungan  atau di Pantai saya
larut bersama crew saya dengan segala aktivitas alam bebas. Semaksimal mungkin
untuk kebutuhan asupan energi kami dari makanan didapatkan dari alam, ibaratnya
kami hanya membawa beras, garam, cabe, bawang dan bumbu-bumbu standar masakan
lain seperti daun kunyit, daun jeruk, jahe, lengkuas , asam dan kecap.Bagi crew
saya ini sangat signifikan dalam penghematan uang makan mereka. Sebagai contoh
jika uang makan mereka saat mandah rata-rata Rp 20.000 maka separohnya bias
dihemat sedangkan separohnya lagi buat beli beras dan bumbu pokok masakan.

 

Menu utama pendamping makan nasi
kami shari-hari didapatkan dari alam berupa ikan dan udang, yang kami tangkap
dengan berbagai cara mulai dari di pancing, pasang bubu, pasang taut sampai
menjala dan menjaring. Pagi menjelang masuk hutan survey kami pasang bubu 
sorenya
kami lihat hasil bubu tersebut, lalu kami letakan lagi pagi besok kami lihat
begitu seterusnya. Jika kami di Camp
 dekat pantai maka kami
memancing dan memasang jaring.

 

Ikan-ikan tersebut yang masih
segar dan hidup dirawa, sungai dan pantai yang belum tercemar  begitu bergizi 
dan memenuhi sumber protein
hewani bagi tubuh kami.Kami menghindari seminimal mungkin digoreng pakai
minyak, hanya tiga cara kami mengolah ikan, udang, cumi dan kepiting yaitu
direbus atau saya memberi nama menu ini pada crew saya “Sop ala Forester”, di
bakar dan dipepes.

 

Nah ketika  diakhir pekan (Sabtu dan Minggu) saya masih
berada di Camp Berimanua-Sipora, saya bersama staf saya dan penduduk Dusun
Berimanua  berekreasi ke Pulau
Nyang-nyang yang terletak di depan Dusun Berimanua yang terletak di pinggir
pantai Pulau Sipora berjarak 15 menit perjalanan dengan Long Boat bermesin 40
PK. Acara rekreasi ini kami beri judul “Pesta Saubet di Pulau Nyang-Nyang”

 

 

Sabtu pagi kami berangkat lengkap
dengan segala perlengkapan memasak dan tenda biru serta bahan makanan dan
bumbu-bumbu masakan…………….

 

Bersambung/Tugas ke lapangan dulu yo sanak silahkan carito Pulau
Mentawai nan lain dari sanak nan pernah kasinan

 

Pku, 17 Nov ,08




`


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke