Assalamualaikum
w.w.

 

Angku2 Bapak2 Ibu2 saratO
dunsanak 

sapalanta nan ambo hormati

 

            Pado hari Sabtu tgl 15 Nopember 2008
ambo berkebetulan dapek hadir dalam acara 
“Dialoq Interaktif”  dengan tema “Menumbuh Kembangkan Bakat dan Kemawan Menulis 
Karya Sastra di Ranah
Minang” dengan pembicara adalah : DR.H.Taufik Ismail, Haris Efendi Tahar,
Remy Silando. Acara ini diselenggarakan oleh Pemerintahan Sumatra Barat. 

Sehubungan dengan itu bersamo ini ado beberapa hal
nan menarik dan ingin ambo informasikan kepada dunsanah di palanta Minang ko,
yaitu pewndapat atau tulisan nan di sampaikan oleh Bapak Remy Slendo nan
berkebetulann barasal dari Manado.
Hal tersebut  adolah bagaimana pandangan
orang luar terhadap adat dan budaya Minangkabau dan tehadap  tokok-tokohnyo, 
dan hal ini ado kaitannyo
dengan tokoh2 nan sering kito bicarokan di milis nangka, yaitu Tunku Imama
Bonjol dan Mohammad Hata, dibawah ko ambo kutibkan sebagian dari makalah
beliau. 

Demikialah ambo sampaikan mdah-mudahan ado
manfaatnyo    untuak kito semua  dan kemajuan Mnangkabau pada umumnyo, terima
kasih

 

Jakarta, 17 Nopember 2008

Wasalam,

 

Azmi
Dt.Bagindo  

 

 

INDONESIA DIMALAI DARI MINANG

Oleh : Remy Silando

 

            Bahasa dan Satra Indonesia
memang berhutang  pada kepandaian orang
Minang di awal terbentuknya semangat kebangsaan. Secara acak, ingat saja
nama-nama putra terbaik Minang dalam peta kesastraan Indonesia : Marah Rusli,
Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbanan, Muahamad Yamin, Usmar Ismail,
Asrul Sani dan seterusnya.

            Tidak banyak orang melihat alasan
mengapa kepandaian itu berawal dari putra-putra yang lahir dari Sumatra Barat. 
Saya melihat alansan itu pada sendi
kebudayaan Minang sendiri yang memang terjaga dalam tindak-tanduk manusianya
berupa peringatan kata-kata bijak :

 

            Syara’  mengata, ‘adat  mamakai,  atau

            Syara’
nan lazim ‘adat nan qawi 

 

Saya
kira itulah puisi konkrit, atau puisi actual yang dengan sendirinya merupakan
tamadun pencapaian sastra sebagai kepandaian bahasa yang ada dalam leluri
Minang

 

Nama harum dalam Sejarah perjuangan kebangsaan Indonesia, yang
harus disebut dengan takzim, tentulah pertama Imam Bonjol dan kedua Mohammad 
Hatta. Keduanya menulis puisi.
Artinya, artinya keduanya mesti di pandang sebagai pelaku kebudayaan, di luar
dari bacaan Sejarah sebagai pemimpin perang proklamator kemerdekaan Indonesia.

 

            Berikut
puisi Imam Bondjol, ditulis di Lotak, Minahasa :

 

Dari alam
maha suci

Diturunkan
aku kerahim Bunda

Masuk
sangkar badan terkunci

Hendak
keluar dapat tiada.

 

Terkenang
lama yang ditinggalkan

Merdeka di
situ lagipun aman

Tidak ada
yang di iraukan

Segenap
waktu merasa aman.

 

Sembelan
bulan dalam penjara

Sangkar
tempatku jadi sempurna

Habis
tenggang budi bicara

Segala
perlawanan tiada bergunan.

Terpancar
aku keatas dunia

Ibu bapakku
berhati suka

Dari Allah
mendapat kurnia

Hatiku pilu
becampur suka.

 

Apakah
tenggang daya upaya

Kesenangan
diberi di atas dunia

Kebejatan
hidup dating mendaya

Bukan
sedikit mendapat kurnia.

 

Alam suci
mulai lupa

Turut
berlomba mengejar kemenangan

Kesenangan
dapat tiada berapa

Sekedar
menjadi kenang-kenangn.

 

Amat banyak
nafsu menggoda

Lepas satu
dating gantinya

Suka duka
luput tiada

Badan
menderita oleh karennya.

 

Perjuangan
hidup selalau bertumpu

Kekuatan
badan menjadi lapuk

Pungung
lurus menjadi bunmgkuk

Tapi nafsu
tak mau tunduk.

 

Panggilan
dantang tiada disangka

Dibangunkan
Tuhan ibalah hati

Diperdayakan
rebab dengan kecapi

Hiburan
hidup menjelang mati.

 

Celaka
sungguh kiranya diri

Lahir
kedunia berhati duka

Permintaan
bemula sekarang diberi

Tetapi hati
menjadi duka.

 

(
Dikutif : dari Dada Meuraxa, “Sejarah Kebudayaan Sumatera”)

 

            Kemudian,
berikut puisi Karya Mohammad hatta,  di
muat di Jong Sumatera, 1921:

 

 

Liahtlah
timur indah berwarna

Pajar
menyingsing haripun siang

Syamsu
memancar sinarpun terang

Chajal
tersenyum berpantja indara.

 

Angina sepoi
bertiup dari angkasa

Merembus
ketanah ranting di guncang

Margasatwa
melompat keluar sarang 

Melihat
beranda indera semata

 

Langit
lazuardi teranglah sudah

Bintang pun
hilang berganti-ganti

Tjahaja
Zuhari mulai muram

Haiwan
menerima selawat alam

Hati girang
tiada terperi

Melihat
kekajaan Subhana Allah

 

            ( di kutip dari M.R.Dajoh “Patriaot
Irian Damai” )

 

Demikian
Remy Sylando yang di sampaikan di Jakarta 15 Nopember 2008 dalm “Dialog
Interaktif” tentang “Menumbuh Kembangkan
Bakat dan Kemawan Menulis Karya Sastra di Ranah Minang”




      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke