Buya,

Tarimokasih pencerahan nan ambo dapek dari Buya.

Jadi ado semacam pergeseran "gaya" perempuan.

Nah, nan ambo ingin tau, apo reaksi kaum adat terhadap pergeseran ini. Jadi
ambo "mengamini" statement Buya, mungkin LKAAM nan harusnyo menjawab. Tidak
perlu di milis ini, tapi ambo berharap LKAAM tanggap terhadap berbagai
praktek yang - setidak2nya untuak sebagian urang - menjadi pertanyaan, ini
adat Minang atau bukan?

Riri
Bekasi, L 46




2008/12/24 Abraham Ilyas <abrahamil...@gmail.com>

>
> Dinda Riri dan Dunsanak ka sadonyo nan ambo hormati.
> Untuk menjawab *"Whats wrong"*  ini ambo cubo jawab melalui kutipan dari
> buku
>
> *Antologi Esai Sastra Bandingan dalam Sastra Indonesia Modern terbitan th.
> 2002 oleh Pusat Bahasa, Depdiknas.*
> Untuak itu ambo scan 4 halaman dari karangan nan bajudul: *"Profil Wanita
> di dalam Novel-Novel Indonesia Modern Warna Lokal Minangkabau Sebelum dan
> Sesudah Perang",* yang ditulis oleh Hasanuddin W.S (hal. 117 – 132 dengan
> 16 buku rujukan/daftar pustaka).
> Novel sebelum perang adalah, Sitti Nurbaya karangan Marah Rusli dan Salah
> Asuhan karangan Abdul Muis.
> Novel sesudah perang adalah Kemarau karangan A.A. Navis dan Warisan
> karangan Karangan Chairul Harun.
> **
> *Karya Sastra sebagai Cermin Masyarakat (hal. 118)
> *
> Novel sebagai hasil cipta sastra, dari satu sisi dapat berfungsi sebagai
> cermin dari masyarakatnya. Novel dapat dianggap sebagai alat perekam
> kehidupan masyarakat pada suatu waktu, pada suatu tempat.
> Anggapan ini dapat dibenarkan karena sebagai karya sastra, sesungguhnya
> novel tidak hanya berlandaskan kepada imajinasi pengarang belaka.
> Imajinasi pengarang tidak mungkin berkembang jika pengarang tidak mempunyai
> pengetahuan yang baik tentang realitas objektif (semesta).
> Scholes (dalam 4 Junus, 1983: 1) mengungkapkan bahwa setiap kali orang
> berhadapan dengan suatu realitas, maka realitas tersebut akan mengundang
> orang untuk berimajinasi; dan orang tidak mungkin dapat berimajinasi tanpa
> memiliki pengetahuan tentang suatu realitas.
> Dengan demikian, karya sastra novel tidaklah sekadar merupakan hasil
> ekspresi pikiran dan perasaan pengarang belaka.
>
> *Tokoh Wanita dan Pandangan Hidup (hal. 122)
> *Wanita-wanita Minangkabau sebelum perang, menurut data yang
> diinventarisasi dari sampel penelitian, dideskripsikan sebagai wanita yang
> memiliki pandangan hidup yang berorientasi pada pencapaian nilai budaya
> ideal. Orientasi ini menurut Kluckhon (dalam Muhardi, 1984: 19) adalah
> pandangan hidup; yang memandang bahwa hidup hari ini buruk, sehingga
> berusaha untuk mewujudkan hidup itu menjadi lebih baik pada masa mendatang.
> Karena pandangannya ini, mereka kemudian berbuat, bertindak, untuk
> memperbaiki hidup yang dianggapnya tidak mengenakkan itu.
> Keadaan yang paling mengungkung wanita Minangkabau pada saat itu
> sebagaimana didapatkan dari data sampel, adalah ketidakbebasan memilih
> pasangan hidup. Pandangan hidup wanita pada masa itu ternyata tidak sejalan
> dengan konvensi yang hidup ketika itu. Menurut konvensi pada waktu itu
> wanita yang dinilai baik adalah wanita yang patuh, menerima.
>
> *Tokoh Wanita dan Tanggung Jawab (hal. 126)
> *Dari sisi kemanusiaan, tokoh-tokoh wanita pada masa sesudah perang
> kelihatan lebih lugas. Tidak munafik dalam banyak hal, termasuk pengungkapan
> hal yang sebelumnya dianggap tabu, misalnya persoalan seksualitas.
> Dari sisi keagamaan, tindakan, sikap, dan perilaku mereka memberikan kesan
> bahwa mereka kurang bertanggung jawab.
> Hubungan seksual sebelum menikah, menyeleweng dari suami, atau berkhianat
> pada kekasih bukan hal yang aneh bagi mereka. Tokoh-tokoh seperti Arneti,
> Maimunah, Farida, Sitti Baniar, dan lainnya merupakan wakil dari contoh yang
> dapat menunjang data tentang hal ini. Oleh sebab itu, jika mereka hamil di
> luar nikah, atau hal lainnya yang terjadi pada diri mereka, mereka tidak
> terlalu panik meminta pertanggung jawab pada diri mereka sendiri.
> Kesemua ini disebabkan oleh keadaan bahwa mereka lebih mengejar kesenangan
> sesaat dan yang lebih bersifat material.
>
> *Tokoh Wanita dan Penderitaan (hal. 128)
> *Tokoh-tokoh wanita sesudah perang memperlihatkan bahwa diri mereka adalah
> wanita-wanita yang kurang tabah di dalam menjalani hambatan-hambatan
> hidupnya.
> Penderitaan bagi tokoh-tokoh wanita, merupakan sesuatu yang dianggap
> menyulitkan hidupnya.
> Jarang tokoh-tokoh wanita pada masa ini beranggapan bahwa penderitaan itu
> adalah cobaan yang harus dijalani secara tawakal dan tabah. Jika ada, itu
> hanya ucapan belaka, karena ketika mereka mengalaminya, tindakan mereka
> menunjukkan bahwa mereka tergolong orang yang tidak tabah dan tidak tawakal.
> Ketidaktabahan para tokoh menghadapi penderitaan di dalam hidupnya,
> disebabkan oleh tidak tahannya mereka terhadap berbagai godaan di dalam
> hidup.
> Godaan-godaan cenderung tidak dapat dihindari oleh para tokoh.
> Para tokoh cepat hanyut dalam kesenangan keduniawian sehingga penderitaan
> yang dialami dirasakan sebagai sesuatu yang menyiksa.
> Wanita-wanita Minangkabau sesudah perang ini selalu terlihat berusaha
> menghindari penderitaan. Jika tidak dapat dihindari, mereka berusaha
> melibatkan orang lain. Dengan ikut menderitanya orang lain, mereka merasakan
> penderitaannya akan berkurang, karena ada yang senasib dengannya.
> Jika mereka tetap harus mengalami penderitaan, mereka cenderung mudah
> frustrasi dan putus asa.
> Cara apapun akan mereka cari untuk lepas dari penderitaan itu, termasuk
> jalan pintas.
> Risiko yang bakal muncul menjadi perhitungan kedua.
>
> *Catatan ambo :*
> *Tahu di diri* salah satu elemen dari *tahu di nan Ampek* (ref:
> http://www.nanampek.nagari.org/c11.html)
> Para sastrawan telah membedah diri *perempuan-wanita Minang* sebelum dan
> sesudah perang.
> Iko pandapek ambo pribadi, profil nan dicaritokan oleh novel-novel sebelum
> perang itu adalah perempuan-perempuan Minangkabau, sedangkan nan sesudah
> perang ialah wanita Indonesia nan mengaku sebagai orang Minang, termasuk
> yang beriklan mencari laki di Kompas Minggu.
> Apakah pengakuannya di Kompas itu, bahwa dirinya sebagai orang Minangkabau
> akan kita terima saja ?,
> mungkin yang lebih mampu menjawabnya adalah mamak kito mamak LKAAM !
> Atau sarupo nan ambo lakukan pribadi (tangguang jawab pribadi) mangirim
> email ka biro jodoh korantu untuak indak manulihkan identitas suku
> Minangkabau untuak anggota-anggotanya nan maminta. Mudah-mudahan disetujui
> oleh pengsuh.
>
> Kok disebut sebagai perempuan tentulah kita perlu mengacungkan *empu*jari
> atau jempol kepadanya; suatu bahasa tubuh yang dipahami oleh semua manusia.
> Kemampuan serta keterampilan mereka setara dengan kemampuan empu Gandring,
> mpu Sindok, mpu Tantular dst.
> cuma bidang kerjanya saja yang berbeda.
>
> Bicara tentang kata wanita, bermacam-macam kata sambungannya yang bisa
> digandengkan seperti,
> wanita pekerja ..., wanita pengusaha, wanita Jawa, Tenaga Kerja Wanita,
> wanita Papua, wanita Barat, wanita karir dsb.
>
> Wa Allohu 'aklam bi as showab
>
> Wassalam
>
> Abraham Ilyas 63 th.
> admin./webmaster
> www.nagari.org
> www.nagari.or.id
>
>
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke