Sanak jepe kalau bisa jaan sampai awak keracunan iklan kampanye partai politik pulo beko...he..he..iko labiah babahayo...karano implikasi no labiah lamo...
 
Salam dan Maaf
Defiyan Cori/L/40

--- On Wed, 1/7/09, jupardi andi <jupardi...@yahoo.com> wrote:
From: jupardi andi <jupardi...@yahoo.com>
Subject: [...@ntau-net] KERACUNAN IKAN SEBUAH PENDAPAT...by : Jepe
To: "rantaunet rantaunet" <rantaunet@googlegroups.com>
Date: Wednesday, January 7, 2009, 8:27 AM

KERACUNAN IKAN SEBUAH PENDAPAT

By : Jepe


 

Sungguh kita sebagai orang Minang baik yang di ranah dan di rantau sangat prihatin dan sedih yang mendalam terhadap musibah dialami sanak saudara di Maninjau seperti yang diberita matinya ribuan Ton ikan yang diusahakan petani/nelayan jaring apung di danau disepanjang bibir danau maninjau yang berakibat kerugian materi milyaran rupiah bahkan melampuai angka 12 digit alias diatas seratus Milyar, belum lagi kerugian tak ternilai yaitu mental (moral) psikologis para nelayan. Jangankan mengharapkan balik modal apalagi keuntungan yang akan dipanen kelak tapi musibah ini dengan modal yang telah ditanam oleh nelayan baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman yang bersifat komersil (baca : Pinjaman berbunga) habis terkikis tanpa menyisakan apa-apa, tentunya yang tersisa hanya jerit tangis dan kesedihan.

 

 

Logika kita sedih dan prihatin ini sangat sederhana yaitu Jika saya (kita) menjadi atau berposisi sebagai nelayan tersebut. Tapi kata orang bijak setiap musibah pasti ada hikmahnya, ikan-ikan tersebut telah jadi bangkai dan berkelimbangan. Musibah kah ini ? saya sendiri sungguh agak sulit apakah ini sebuah musibah atau kelalaian manusia jika merujuk kejadian ini bukan sekali dua kali terjadi, Jika ini musibah menurut logika saya adalah diluar “kekuasaan tangan manusia” dalam arti seperti bencana alam yang dahsyat seperti gempa bumi, banjir bandang yang menghanyutkan karamba dan ikan (Force Major), tapi jika sebuah tindakan dan perlakuan yang salah selama ini baik ditingkat pemerintah maupun masyarakat dengan pengetahuan yang terbatas dan itu dilakukan secara berulang-ulang tanpa belajar dari musibah pertama, sungguh sebuah perbuatan yang sia-sia.

 

 

Saya hanya merujuk dari sebuah laporan Jurnalis dari tempat kejadian, bahwa ikan-ikan keramba tersebut mati akibat kekurangan oksigen yang terlarut dalam air atau istilah ilmiahnya kandungan COD dan BOD nya terlalu tinggi  sehingga ikan yang nota bene kebutuhan oksigen sangat vital dan sensitive untuk bertahan hidup menjadi berkurang yang berakbiat kematian, belum lagi para competitor ikan keramba seperti  biota , mikroorganisme atau makluk hidup lainnya dalam ekosistim danau memerlukan oksigen  untuk hidup. Indikator kekurangan Oksigen ini diperkuat dengan ikan-ikan yang masih segar setelah mati masih dapat dikonsumsi ini menandakan bahwa ikan mati bukan karena zat-zat beracun yang menganggu metabolisme ikan tersebut yang ikan keracunan dan mati.. Tapi lebih pastinya tentu perlu dilakukan penelitian yang konfrehensif secara ilmiah dan bertanggung jawab (Metodologi) kematian ribuan ikan keramba Danau maninjau ini.

 

 

Jika memang kekurangan Oksigen kematian ikan ini, saya mencoba berpendapat merujuk kepada pengalaman lapangan saya selama ini yang pernah membina petani/nelayan keramba apung disebuah sungai besar yang mengalir di desa terpencil diperbatasan Riau –Sumut saat saya menjadi Camp manager sebuah industri kehutanan tahun 1998.

 

  1. Karakter Danau Maninjau tentu berbeda dengan karakter sungai besar yang airnya mengalir sepanjang hari, berbeda dengan Danau Maninjau yang cukup tenan jikapun ada alirannya tentu dibagian yang terjadi penyempitan kearah sungai semakin lama semakin meluas dan tertampung di Danau yang lebar dan kondisi rata-ratanya jauh dari air yang mengalir/ Sebagai akibat sumber utama makanan Ikan dalam keramba dari makanan buatan bukan jasad renik didanau yaitu pelet yang nota bene kualitas pelet atau pakan buatan ini kadang-kadang perlu dipertanyakan kualitasnya. Karena karakter danau yang airnya tidak mengalir lama kelamaan pellet yang tidak habis dimakan ikan terurai dan mengendap didasar Danau atau dasar keramba serta terakumulasi dalam jumlah yang banyak dan itu tidak puluhan keramba tapi ratusan keramba di sepanjang bibir Danau Maninjau, parahnya lagi tidaka ada “space” antara satu keramba dengan keramba yang lain. Kondisi ini tentu berbeda dengan keramba apung disungai yang airnya mengalir deras seperti nelayan yang saya bina beternak ikan Patin, Gurami dan Nila, boleh dikatakan penyebab kematian ikan akibat kekurangan Oksigen tidak pernah terjadi, jikapun ada yang mati ikan dalam keramba apung akibat keracunan zat-zat berbahaya misalnya limbah-limbah pabrik yang mencemari sungai.

 

  1. Berdasarkan poin 1 tersebut langkah kedepan setelah pasca kematian ikan ini, perlu kiranya semua keramba tersebut dibersihkan dari segala kotoran yang menempel dan jangan segera melakukan terburu-buru melakukan budi daya dulu perlu sedikit masa puso (istirahat) disekitar peraian tersebut sehingga air danau kembali normal dan mengandung oksigen yang memadai untuk beternak ikan tentunya untuk menentukan ini sebuah dilakukan pengukuran dan itu sangat sederhana sekali menentukan kadar oksigen yang terlarut dalam air.

 

 

  1. Setelah masa puso, maka diatur jarak antara satu keramba dengan keramba lainnya agar jangan berdempetan sehingga memberikan runag gerak air yang memadai. Diusahaka petani menanam ikan secara serentak seperti halnya menanam padi disawah dan harus juga bisa di prediksi penyerapan pasar terhadap ikan keramba danau Maninjau sehingga jangan terjadi over produksi yang berakibat anjloknya harga karena persedian melimpah sementara permintaan sudah pada batas kebutuhan.Jika sudah dapat prediksi angka berapa jumlah (Ton) permintaan pasar maka para petani di bina dengan menetapkan kuota masing-masing nelayan sesuai dengan modal yang mereka miliki, disinilah peran penyuluh dan wadah nelayan apakah dalam bentuk kelompok nelayan atau koperasi untuk menentukan segala sesuatunya dalam beternak ikan tersebut sehingga nantinya dipanen mendapatkan harga yang seimbang dengan kebutuhan pasar dan memberikan keuntungan yang maksimal, bukan berpikir produksi yang berlimpah tapi produksi yang efesien dan efektif serta memberikan nilai jual yang bagus pada ikan setelah panen.

 

  1. Jika memang terjadi over produksi atau lemahnya penyerapan pasar  tentu perlu dipikirkan paska panen dari ikan tersebut diantaranya adalah teknik pengawetan ikan secara tradisonal, alami jauh dari bahan kimia yaitu pengasapan (ikan salai) dan pengasinan (Ikan Asin). Permasalahannya jika ikan salai berdasarkan pengalaman saya rata-rata ikan bersisik kurang bagus disalai dan bobotnya terlalu jauh turunnya dibandingkan ikan seperti Patin atau Baung Alami, Sebagai perbandingan 1 kilogram ikan Patin jika diasap hassil siap dipasarkan menjadi 300-400 Kg dan saya pernah mencoba jika ikan nila, gurami atau kebaro (garing) disungai dari 1 Kg berat basah hasilnya setelah disalai menjadi 200-250 Gram saja dari segi rasa juga kurang enak dibandingkan patin dan ikan bersisik ini banyak tulang halusnya serta dagingnya berongga tidak padat sebagaimana ikan Patin atau Baung.

 

Dari uraian saya diatas kiranya perlu diambil langkah-langkah yang tepat terutama pemerintah dengan Instansi teknis terkait mencoba merubah system yang selama ini salah dalam membina nelayan keramba apung maninjau, ingat ini bukan sekali dua kali kejadian yang sama. Teramat bodoh rasanya jika terperosok kedalam lubang yang sama bukan dua kali tapi lebih.Semoga kelalaian ini (bukan musibah jika factor teknis yang salah) tidak terulang lagi di ranah kita dengan lebih lagi para penguasa negeri bersama masyarakat dan elemen-elemen bangsa ini bersatu padu membina masyarakat lebih terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Sedih memang jika ada anggran dalam pemberdayaan petani dan nelayan habis tidak berbekas oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, dan pada akhirnya menyisakan kepedihan ditingkat masyarakat bawah dengan segala derita, kerugian baik materi dan moril.

 

Silahkan pendapat saya ini jika ada manfaatnya digunakan bagi para saudara-saudaraku dari ranah Minang yang maju menjadi caleg sebagai sedikit pencerahan dan lansung berbuat nyata di masyarakat nelayan keramba ikan di Danau Maninjau. Terlepas anda duduk tidak duduk nanti Insya Allah minimal yang telah anda perbuat lansung terjun kelapangan dan membina masyarakat yang pasti ada ganjaran yang sangat hebat yaitu pahala dari Allah Swt tentunya dengan niat yang tulus dan mengharap semata-mata Ridho darinya dalam berbuat.

 

Pekanbaru, 7 Januari 2009

 

Catatan ada sebuah partai yang sangat inten beriklan di tivi tetang pemberdayaan pertanian dan petani disinilah saatnya berbuat, disinilah ujiannya..apakah sekedar “Lips Service” menjelang Pemilu..untuk itu kita tunggu saja tindakan nyatanya.

 



Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan Gratis.

Kirim email ke