Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,
 
Sudah lama saya ingin mengunjungi daerah sebelah selatan Solok, yang saya 
dengar sangat indah, khususnya tentang danau kembar Danau di Atas dan Danau di 
Bawah, Demikianlah, kesempatan datang sewaktu Bupati Solok Selatan Syafrizal 
mengundang saya sebagai penceramah pada Seminar "Pemerintah Darurat Republik 
Indonesia (PDRI) dan Posisi Solok Selatan dalam Pentas Sejarah Mempertahankan 
Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia" yang diadakan di ibu kota 
kabupaten, Padang Aro, pada tanggal 10-11 Februari 2009.
 
Tentu saja saya senang sekali menerima undangan tersebut, oleh karena secara 
pribadi saya memang lumayan intensif terlibat dalam kajian mengenai PDRI ini, 
baik dalam rangka mempersiapkan disertasi saya (1996, UGM), maupun sebagai 
ketua umum "Perhimpunan Kekerabatan Nusantara" (PKN) yaitu paguyuban kaum 
keluarga tokoh-tokoh PDRI. Dalam posisi itu saya telah mendorong tiga sejarawan 
-- Amrin Imran, Saleh D Djamhari, dan J.R.. Chaniago -- untuk menulis buku 
tentang PDRI, menerbitkannya, serta meluncurkannya di Istana Wakil Presiden 
pada tahun 2003. Berikut ini kisah ringan perjalanan saya selama dua hari itu, 
khususnya mengenai lokasi wisata di pinggir Danau di Atas, serta kunjungan saya 
ke lokasi bangunan-bangunan bersejarah PDRI di Bidar Alam.
 
Sungguh, saya amat terpesona oleh kawasan wisata di Danau di Atas, hanya 65 km 
dari Padang dan dapat dicapai dalam dua jam saja dari bandara BIM. Tak lebih 
lama jika kita berkenderaan dari bandara BIM ke Bukit Tinggi. Seperti biasa, 
pemandangan sepanjang jalan ke lokasi ini sungguh indah,benar-benar ijau 
royo-royo. Saya melihat demikian banyak hutan, bukit dan jurang, kebun lobak, 
kebun teh, rangkaian kios penjual buah markisa, rumah-rumah rakyat yang 
terlihat bersih dan rapi, serta kota kecil Muaro Labuah dan Alahan Panjang. 
Bukan main.
 
Kawasan wisata Danau di Atas ini dibangun semasa Bupati Gamawan Fauzi, dan 
dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok. Kawasan ini 
terdiri sebuah convention hall yang bisa memuat 1.500 orang, yang sewanya 
relatif murah, yaitu antara Rp 150.000,- sehari untuk keperluan sosial dan Rp 
300.000 - Rp 400.000,- untuk keperluan komersial. Untuk akomodasi ada dua unit 
villa yang cantik dengan tarif Rp 255.000,- per malam per unit atau Rp 75.000 
per kamar per malam; lima unit cottages yang terbuat dari batu tembok; dua unit 
cottages yang terbuat dari kayu; dan satu unit penginapan dengan enam kamar. 
Seluruh kamar mempunyai tarif yang sama, yaitu Rp. 75.000,- per kamar -- benar, 
tujuh puluh lima ribu rupiah -- per malam, dengan fasilitas tempat tidur dua 
bed, air panas, televisi, lemari pakaian, dan tentu saja kamar mandi dan 
toilet. Seluruhnya terawat baik.. Menurut pengelolanya, seluruhnya bisa 
menampung 100 orang.
 
Sudah tentu saya tercengang dengan keterangan tentang penginapan ini: jika 
convention hall-nya bisa memuat 1.500 orang, tetapi penginapannya hanya bisa 
memuat 100 orang saja, dimana yang 1.400 orang lainnya itu akan menginap? Apa 
akan diantar jemput ke Padang, atau Solok ?. Tapi jika dipikir-pikir, ini juga 
peluang bisnis baru, untuk PHRI dan ASITA. Bagaimana pak Aim dan bung Ridwan?
 
Seluruh kawasan ini didukung oleh sebuah gedung kafetaria yang lumayan bagus 
[walau agak kurang terawat],  sebuah mushalla yang cantik, dermaga, serta 
sebuah gazebo. 
 
Namun yang naudzubillah cantiknya adalah pemandangan alam danaunya, yang 
langsung mengingatkan saya pada danau di Geneva: luas, tenang, bersih, banyak 
pohon pinus, dengan suhu udara 20 derajat celcius (!). Ini kan sama dengan 
iklim sub tropis di Eropa Barat, atau di Amerika Serikat.  Tidak puas-puasnya 
saya melihat dan memotret pemandangan yang menyakjubkan itu. Hanya sayangnya, 
yang ada di kawasan wisata itu memang hanya bangunan dan pemandangan alam saja. 
Tidak acara, tidak ada perahu, tidak ada jetsky, tidak ada pemandu wisata, 
tidak ada restoran Sate Syukur, restoran Mak dan Aia Badarun, tidak ada 
fasilitas internet, tapi -- baiknya -- juga tidak ada preman. Alhamdulillah.
 
Terkesan dengan keindahan alam tersebut, sewaktu berbicara liwat tilpon dengan 
Bp H. Azaly Djohan S.H. Ketua Umum Sekretariat Nasional Masyarakat Hukum Adat 
(Setnas MHA) dan Bp Achmadsyah Harrofie SH MH dari Lembaga Adat Rumpun 
Melayu se Sumatera (LARMS), saya menyarankan agar rapat Setnas MHA dan LARMS 
berikutnya diadakan di lokasi wisata Danau di Atas ini. Pada prinsipnya 
beliau-beliau  setuju, setelah rapat yang akan datang, yang sudah diputuskan 
diadakan di Palembang, Sumatera Selatan. Sekali lagi, Alhamdulillah.
 
Disana saya mengkhayal: alangkah yahudnya bila Pemerintah Kabupaten Solok -- 
atau investor -- membeli dan menyewakan beberapa buah jetsky untuk menarik para 
wisatawan datang ke lokasi ini. Harga jetsky tak mahal-mahal amat.. Kan ada 
hukum ekonomi yang berbunyi : supply creates its own demand ? Saya diberi tahu 
oleh bung Masril S.Sos -- HP nomor 0813 7404 3740 -- yang mengelola kawasan ini 
bahwa seorang wisatawan pernah membawa sendiri jetsky-nya ke danau ini, yang 
kemudian dibawanya kembali. [Saya bertanya dalam hati, mengapa tak 
disumbangkannya saja -- atau disewakannya -- kepada Pemerintah Daerah Solok ?].
 
Lebih dari itu, saya juga mengkhayal adanya air shuttle service dengan pesawat 
amfibi antara bandara BIM dengan lokasi wisata ini, yang saya yakin tidak akan 
begitu jauh jika ditarik garis langsung. Saya pernah membaca iklan pelayanan 
sejenis di pulau Bali. Atau penerbangan langsung dengan pesawat amfibi dari 
Singapura ke Danau di Atas ini.[Ha, ini peluang bisnis baru untuk Sumatera 
Barat]. Lokasi wisata ini bisa dilengkapi dengan golf course atau health spa, 
atau  semacam perkampungan untuk orang-orang tua pensiunan. [Saya pernah 
melihat perkampungan seperti di Meadows Lake, dekat kampus saya dulu di 
Princeton University, Princeton, N.J. USA.].
 
Sampai di sini dulu, nanti kepanjangan. Cerita tentang monumen-monumen PDRI di 
Bidar Alam menyusul.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta; Tanjuang, Soetan Madjolelo)
"Basuku ka Ibu; banasab ka Bapak; basako ka Mamak".
Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com;
saafroedin.ba...@rantaunet.org
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke