Padang sbg Kota Pantai, ttp knp seafood di Padang krg terkenal? Apakah 
sensasinya kalah dg Makanan asli kita? 
 
Di Sikuai sblm dipegang oleh Mngt yg skrg, saya selalu "agak ngomel". Resort di 
Pulau ttp dikasih makanan darat terus... Kok tidak satupun makanannya yg 
berbau seafood ya...? Saya minta buat acara Ikan Bakar utk 30 org dipinggir 
pantai utk dinner dan saya mau bayar kok, tp katanya susah...:)
 
Salam,
Nofrins
 
/Home/Travel/Jalansutra
Jalansutra
Seafood Padang





  

Bondan Winarno
Kerapu bakar bawang putih





/




Senin, 23 Februari 2009 | 14:34 WIB

Di Padang? Ya makanan Padang! Begitu umumnya fallacy yang berlaku setiap kali 
kita berkunjung ke Padang. Seolah-olah di Kota Padang hanya ada masakan Minang 
yang memang sudah kondang, bahkan melintasi batas negara. Tradisi merantau 
urang awak pun membuat rumah makan padang hadir di mana-mana. Setiap ada 
simpang tigo atau simpang ampek, pastilah ada rumah makan padang. Kecuali di 
bulan! Karena di bulan belum ada persimpangan jalan.
 
Kenyataan bahwa Padang berada di tepi laut mestinya menunjukkan bahwa di kota 
ini tentulah tersedia berbagai sajian hasil laut yang berkualitas. Jernihnya 
kawasan samudra di Timur kota ini – setidaknya bila dibandingkan dengan kondisi 
laut di Pantai Utara Jawa – juga merupakan testimonial bagi hasil laut yang 
bermutu.
 
Pulau Sikuai yang dapat dicapai dengan perahu cepat dalam waktu 45 menit dari 
Padang pun tampaknya hanya populer di kalangan wisatawan asing yang membaca 
informasi tentang pulau ini di buku panduan Lonely Planet. Baru belakangan ini 
Pulau Sikuai mulai menjadi tujuan wisata memancing bagi para penggemar 
memancing. Pulau Mentawai yang lebih jauh pun sudah sejak lama dikenal sebagai 
“gudang” lobster yang diburu para eksportir.
 
Kunjungan terakhir saya ke Padang mengungkap temuan beberapa rumah makan yang 
menyajikan sajian hasil laut juara. Begitu terpukaunya saya oleh kualitas 
masakan di beberapa rumah makan itu, sampai saya tak habis pikir. “Ke mana saja 
saya selama ini bila berkunjung ke Padang?”
 
Masakan Minang sebetulnya menampilkan cukup banyak ikan. Tetapi, kebanyakan 
yang dihadirkan adalah ikan darat, seperti: ikan mas, nila, mujair, dan gurami. 
Dari kawasan laut, ikan kakap terutama hadir kepalanya saja dalam masakan 
populer gulai kepala ikan. Ikan kembung biasanya hanya digoreng atau disajikan 
sebagai balado. Di rumah-rumah makan yang menyandang tulisan “Pauh Piaman” 
(dari Desa Pauh, dekat Pariaman), juga banyak terhidang gulai atau masakan asam 
pedas dari ikan tenggiri dan tongkol. 
 
Tetapi, apa tidak bosan bila selama beberapa hari di Padang kita selalu makan 
masakan Minang untuk makan malam dan makan siang? Itulah sebabnya kali ini 
sengaja saya tulis tentang beberapa tempat yang khusus menyajikan seafood.
 
Tempat pertama yang menjadi rekomendasi saja adalah RM “Djoni/Kun” di Muara, 
masih termasuk kawasan Chinatown-nya Padang. Warungnya sangat sederhana – 
dengan tiga meja panjang dengan bangku-bangku panjang yang sering dipenuhi para 
tamu. Ketika singgah ke sana, muncul kreativitas saya untuk mengangkat sebuah 
meja kecil dan kursi ke seberang warung, supaya tempat duduk saya langsung 
berada di tepi Sungai Batang Arau. Asyik! Serasa di Venezia!
 
Sajian andalan “Djoni/Kun” adalah ikan bakar santan. Kebanyakan para tamu 
memilih ikan kerapu yang dibakar, kemudian dilumuri dengan saus santan kental 
berwarna jingga, dan kemudian dibakar lagi. Tidak hanya unik, tetapi juga 
istimewa. Ketika berkunjung ke sana, saya memesan ikan pari sebesar telapak 
tangan untuk dibakar dengan santan. Maklum, ikan kerapunya terlalu besar untuk 
dimakan sendiri. Ternyata, pari bakar santan itu pun hadir istimewa.
 
Djoni membawa seekor udang kipas ke meja saya. Ia memuji kesegaran udang yang 
baru didapatnya tadi pagi. “Saya goreng dengan sambal petai, ya?” katanya 
menawarkan. Sungguh taktik yang jitu. Saya langsung menyerah. Klepek-klepek.
 
Tak lama kemudian, sajian itu datang. Tampilannya sungguh memesona. Udang 
kipasnya dibelah, kemudian digoreng. Sambal goreng petai kemudian dituangkan di 
atasnya sebagai topping. Mak nyusssss!
 
Udang kipas memiliki kualitas daging yang sungguh lembut dan mulus. Sekalipun 
harganya lebih murah daripada lobster, tetapi rasanya jauh mengalahkan lobster. 
Kalau Anda nanti menjumpai udang kipas, tubruk saja langsung. Dijamin tidak 
akan menyesal.
 
Saya harus mengakui bahwa “Djoni/Kun” punya kualitas masakan di atas rata-rata. 
Inilah tempat yang saya rekomendasikan untuk makan seafood di Padang. Ia selalu 
sedia segala macam ikan, udang, lobster, cumi-cumi, dan kepiting. Djoni pun 
lihai menampilkan segala jenis masakan untuk mengolah seafood.
 
Di Padang sejak beberapa lama ini juga telah hadir sebuah seafood foodcourt. 
Semula bernama “Nagoya”, kini setelah ganti manajemen menjadi “Enagoya”. Semua 
kios yang bergabung di sana harus menampilkan menu seafood. Tidak heran bila di 
sana ada satu gerobak penjual martabak telur yang isinya bukan daging kambing 
atau daging sapi, melainkan ikan dan udang. Rasanya? Mirip seafood omelette. 
Tidak jelek, tetapi agak memaksa.
 
Di “Enagoya” saya terpesona dengan kualitas sup ikannya. Sangat mirip dengan 
sup ikan di Batam. Harum, bening, isinya irisan tipis daging ikan yang hanya 
dimasak sebentar dalam kuah yang gurih. Setelah diangkat dari api, dimasukkan 
beberapa potongan daun selada. Aroma minyak wijen membuat sup ikan ini sungguh 
istimewa. Saya baru kemudian sadar bahwa rupanya pemilik terdahulu adalah orang 
Batam yang punya rumah makan di kawasan Nagoya. 
 
“Enagoya” adalah tempat makan murah-meriah dengan kualitas yang cukup baik. 
Setidaknya, kehadiran seafood pada aras foodcourt akan membuat sajian ini makin 
populer di Padang.
 
Tempat ketiga tampil lebih elite, berlokasi di kawasan Taplau (Tapi Lauik alias 
Tepi Laut). Padang adalah kota yang beruntung – sebagaimana halnya Makassar – 
karena memiliki pantai yang indah di tengah kota. Sayangnya, entah bagaimana 
cara berpikir para pemikir tata kota Padang, keindahan pantai itu “dirusak” 
dengan bangunan-bangunan untuk menempatkan para penjaja makanan. Dulunya, di 
sepanjang jalan itu bermunculan para penjual rujak, es tebak, dan jagung bakar. 
Karena dianggap tenda-tenda mereka tidak seragam, Pemda Kodya Padang pun 
melakukan penataan dengan membangun kios-kios yang seragam. Memang rapi. 
Tetapi, halloooo, di mana dong pantainya? Oh, di balik kios-kios itu?
 
Pembinaan memang kadang-kadang berbatas tipis dengan pembinasaan.
 
Restoran yang saya maksud di Taplau ini letaknya justru di seberang jalan yang 
di pinggir pantai – tempat yang memang seharusnya untuk me-“lokalisasi” para 
pedagang makanan maupun suvenir. Restoran ini menempati sebuah bangunan 
berlantai tiga, bernama “Nelayan”.
 
Bila melihat daftar menu “Nelayan”, sajiannya sangat mirip dengan yang dapat 
kita jumpai di restoran-restoran serupa di Jakarta, seperti “Pondok Laguna” di 
kawasan Pecenongan. Ada lumpia seafood, tahu kipas, dan sebangsanya. 
 
Tetapi, bila sedikit teliti membaca menu, kita akan menemukan items baru yang 
jarang dijumpai di tempat lain. Misalnya, kailan tumis blacan. Dipilih kailan 
yang masih muda, sehingga sangat renyah dan tidak berserat. Mengesankan!
 
Ikan kerapu bakar bawang putih yang saya pesan tampil mengagumkan. Ketika 
datang, ingatan saya langsung melayang pada hidangan “Hutong”, sebuah restoran 
mewah di Hong Kong – yaitu ikan utuh yang dipanggang dalam oven, dengan taburan 
bawang putih cincang goreng dan kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar.
 
Di “Nelayan”, kerapunya dibakar sempurna, sehingga menghasilkan daging yang 
lembut dan manis, tanpa gosong. Bawang putih cincang yang digoreng sempurna pun 
melengkapi keistimewaan hidangan ini. Biasanya, bila bawang putih belum matang 
digoreng, yang muncul adalah citarasa pedas. Sebaliknya, bila terlalu gosong 
digoreng, rasanya berubah pahit. Di “Nelayan”, bawang putih cincang digoreng 
dengan pas, berwarna kuning keemasan, dan manis rasanya. Mak nyusss!
 
Jangan lewatkan! 
 
http://travel.kompas.com/read/xml/2009/02/23/14343344/seafood.padang


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke