Mak Datuak

Menarik sakali ulasan mamak di bawah. Jiko di rantang namuah panjang,
jiko di kaka namuah leba untuak manambah pengetahuan kami nan mudo-mudo.
Sahubungan jo itu, ambo ingin ma agiah informasi, ambo punyo buku yang
berjudul Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, Respons terhadap Kolonial
Belanda Abad XIX/XX karangan Elizabeth E. Groves ditabikkan dek yayasan
Obor tahun 2007. Ambo suko jo caritonyo, mungkin mamak lai pulo
manyimpannyo.

Salam

Andiko Sutan Mancayo

Datuk Endang wrote:
> Pak Erwin yth.
> Terima kasih atas informasi yang diberikan. Kalau boleh saya coba 
> menanggapi satu demi satu sbb.
>  
> 1. Pemancing diskusi mengutip disertasi Iskandar Kemal, tentang 
> situasi pemerintahan nagari pada tahun 1964 yang menyatakan bahwa :
>
>     1) Pengaruh partai politik sangat nyata dalam kehidupan Nagari,
>     ninik mamak kurang dihargai selain pada saat kemenakan membutuhkan
>     izin kawin dan pada saat izin pagang gadai. Banyak kamanakan tidak
>     mematuhi lagi undang-undang adat.
>
>     2) Ada gerakan dari golongan adat berdasarkan geneologis untuk
>     kembali memperkuat peran adat dan merebut dominasi. Untuk itu
>     diperlukan mengadakan kursus adat, membangun balai-balai
>     adat, memperjuangkan hukum adat dalam sistem nasional dan sebagainya.
>
> DEP:
> Proses transformasi masyarakat memang terkait dengan perubahan 
> politik, ekonomi, dan sosial yang berlangsung pada suatu masa. Saya 
> kurang tahu kondisi tahun 1964, namun untuk era 1970-an s/d sekarang 
> saya ada memperhatikan sedikit banyak. Ada tulisan Sarlito WS yang 
> masih saya ingat yaitu tentang 'motif sebagian masyarakat' untuk 
> mencapai "posisi elite dalam struktur kemasyarakatan", dilakukan 
> dengan berbagai cara.
>  
> Selama dan pasca PRRI banyak orang Minang yang merantau ke luar 
> daerah, untuk memperbaiki nasib, menuntut ilmu pengetahuan, dlsb. 
> Hasilnya, saya memperhatikan untuk daerah saya saja pada era 1970-an 
> s/d 1980-an, para perantau telah mendapatkan penghargaan yang tinggi 
> (elit) di dalam masyarakat; sebagian hasil perantauan diletakkan untuk 
> membangun masjid, surau, bangunan-bangunan umum, rumah, dll. Pernah 
> Sulit Air mendapat julukan "negeri wesel" pada tahun 1970an, dengan 
> total uang yang dikirimkan mencapai 2M perbulannya. Bagi yang sarjana 
> juga mendapat penghargaan yang tinggi, khususnya di bidang ilmu agama. 
> Begitu juga yang di kemiliteran.
>  
> Sebenarnya pergeseran "posisi elit" ini mulai terjadi pada tahun 
> 1990an, setelah banyak rangkayo dan sarjana yang menjadi penghulu 
> adat. Apalagi KAN pada tahun 1989 melangsungkan Musyawarah Pemangku 
> Adat I, untuk sama berniat mambangkik batang tarandam. Sehingga mulai 
> terjadi perebutan jabatan ini, walau tidak saparuik, namun terkadang 
> dipinjamkan; termasuk dipaksakan atau diada-adakan. Terus berlangsung 
> hingga saat ini.
>  
> Terkadang setelah gelar diperoleh kemudian negeri ditinggalkan, atau 
> yang diurus hanya anak-kemenakan dekat yang tinggal di rantau saja. 
> Kami mencatat hanya 10an penghulu yang masih berdomisili di Sulit Air, 
> sementara sekitar 70an % lainnya berada di rantau. Bersyukur penghulu 
> yang di rantau memiliki organisasi sendiri pada masa itu, yang 
> bertujuan membantu pengurus KAN yang berada di kampung. Saat ini sejak 
> 5 tahun terakhir pengurus KAN sudah bercampur antara di kampung dan di 
> rantau, dan alhamdulillah telah banyak kemajuan yang signifikan.
>  
> Permasalahan perebutan dominasi, saya kurang tahu kondisi 1960an, 
> namun untuk kondisi sekarang adalah sudah "kehendak peraturan 
> perundang-undangan", terutama sejak era tahun 2000an (Otda). Jadi 
> perjuangan sebelum itu sebenarnya hanya memperkuat adat istiadat yang 
> ada serta menunjang pemerintahan nagari. Saya kira secara umum pada 
> saat ini tidak ada ambisi politik dari penghulu-penghulu adat untuk 
> mencapai posisi elit tertentu dalam sirkumstansi pemerintahan di 
> manapun di Minangkabau; terkecuali oknum-oknum tertentu yang 
> memanfaatkan gelarnya untuk hal tersebut. Kita mendorong peran para 
> pemangku adat ini agar lebih signifikan dalam menjaga dan 
> mengembangkan adat budayanya masing-masing sesuai alur dan patut, 
> sesuai dengan amanah yang diembannya.
>  
> Era 2000an, proses transformasi ini sudah bergeser pula. "Nilai 
> penghargaan" masyarakat sudah bergeser pula sesuai dengan kondisi 
> politik. Selain posisi rangkayo yang masih bertahan, bertambah pula 
> dengan warga/anak negeri yang berprestasi di lembaga politik, 
> organisasi, dsb. Nilai jabatan penghulu sudah mulai berkurang, sudah 
> 1-2 tahun ini kami tidak menyelenggarakan batagak penghulu.
>  
> Sementara demikian dulu.
>  
> Wassalam,
> -datuk endang
>



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke