Pengrajin Perak Koto Gadang Masih tetap Bertahan

oleh: Alif Ahmad

 

Feature | Sabtu, 22/08/2009 20:33 WIB

 

  <http://www.padangmedia.com/?mod=galeri&j=7&id=197> 


Nagari Koto Gadang yang berada di kecamatan IV Koto Kabupaten Agam,
terkenal dengan kerajinan peraknya. Hasil kerajinan penduduk dari daerah
ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat Sumatera Barat, tetapi juga di
tingkat nasional dan luar negeri. 

Mencapai Koto Gadang, bila menggunakan kendaran bermotor, hanya memakan
waktu 30 menit dari kota Bukittinggi jika kita masuk dari Padang Luar.
Memang ada jalur alternatif melewati Ngarai sekitar 10 kilometer, yang
dapat dicapai lebih cepat. Dengan jalur ini anda dapat menikmati
pemandangan yang lebih alami. 

Selain kerajinan perak, sebenarnya Koto Gadang juga memiliki hasil
sulaman, bordir, tenun dan songket. Bila anda melihat dalam upacara
resmi yang berbau adat, atau upacara pernikahan sejumlah kaum ibu
mengunakan selendang yang lebar bersulam emas, itulah selendang koto
Gadang. 

Tetapi yang paling populer di daerah ini adalah kerajinan perak. Meski
di daerah ini tidak menghasilkan perak, tetapi hampir di setiap rumah
mengejakan dan memproduksi kerajinan perak. Bisa dikatakan kerajinan ini
menjadi unggulan di Koto Gadang. 

"Dahulu orang yang membeli perhiasan perak hanya orang-orang dari Sumbar
saja, sekarang sudah ada pembeli yang dari berbagai pelosok di
Indonesia, bahkan dari luar negeri pun ada", ungkap Fitri salah seorang
pengrajin perak kepada padangmedia.com suatu kali. 

Menurut Fitri, dari pengamatannya, sejumlah bule atau orang asing yang
datang ke Koto Gadang tertarik membeli perhiasan atau ukiran perak
karena membuatnya masih memakai cara yang tradisional. "Salah satu
alasan mereka tertarik membeli di daerah ini karena masih dikerjakan
dengan cara tradisional. Mereka datang selain untuk membeli, juga ingin
melihat langsung proses pembuatannya," tambah Fitri. 

Sebab menurut mereka, sebut Fitri, kalau sudah diolah dengan cara
modern, tidak ada kesan keunikan pada perhiasan-perhiasan itu lagi.. 

Karena alasan itu pula wanita berusia 39 tahun ini mengaku sampai saat
ini bahkan hingga masa mendatang akan tetap mengolah perak dengan cara
tradisional, atau tidak akan mengembangkannya dengan cara modern.
Menurutnya cara tradisional itu sangat mahal nilainya, dan itu harus
dipertahankan. "Saya akan tetap menggunakan cara tradisional. Karena
saya tahu bule atau bagsa asing akan datang kemari karena pengolahan
secara tradisional itu, "jelasnya. 

Diceritakan Fitri pengolahan perhiasan perak itu, awalnya berasal dari
butir-butir perak yang berbentuk kerikil. "Biasanya saya membeli bahan
baku tersebut 5,5 juta rupiah dalam 1 kg", katanya. 

Butir perak yang berbentuk kerikil tersebut dibakar hingga melebur, lalu
diketok dengan memakai palu hingga butiran perak yang melebur tersebut
bisa dibentuk seperti batangan. Dari bentuk batangan itu kemudian
diketok lagi hingga berbentuk batangan kecil-kecil, lebih halus seperti
rambut. 

"Setelah berbentuk rambut itu lalu dicetak sesuai dengan motif yang kita
inginkan. Seperti cincin, piligram, anting, kalung, dan sebagainya,"
ujarnya lagi.. 

Kalau kita ingin membuat kalung, cincin, gelang, dan anting menelan
waktu hanya sampai satu hari, tapi kalau membuat jenis piligram bisa
menghabiskan waktu sampai dua hari. 

Setelah terbentuk seperti perhisan, lalu diberi pembersih atau pengilat
dengan memakai asam lemon jeruk atau pencuci batik. "Dalam istilah kita
di Koto Gadangnya dicuci dengan Kanikil, yaitu sejenis buah pohon di
hutan. Setelah dikilatkan tersebut, berarti usaha untuk membuat jenis
perhiasan sudah berhasil," ucapnya.. 

Menurut Fitri dari pembelian bahan baku dengan harga 5,5 juta rupiah
tersebut, setelah jadi bisa menghasilkan uang 2 kali lipat atau mencapai
Rp. 11 juta. 

Tetapi pasca gempa yang melanda Ssumbar yang menghancurkan sebagain
besar Nagari Koto Gadang, dikatakan Fitri juga berpengaruh bagi
kehidupan nagari yang sudah terkenal puluhan tahun sebagai sentra
penghasil kerajinan perak ini. Kunjungan wisatawan dari luar negeri
mulai berkurang. Karena yang banyak diharapkan pengrajin perak di daerah
ini adalah wisatawan dari manca negara. 

"Mau bagaimana lagi. Namanya bencana alam. Tapi kita tetap optimis dan
tetap berproduksi. Sayangnya haruga bahan baku juga mulai tinggi.
Sedangkan daerah kita tidak menghasilkan perak. Bahan baku biasanya
didatangkan dari Bengkulu, Pesisir Selatan dan Pasaman," urainya. 

Tak hanya Fitri, puluhan pengrajin perak Koto Gadang mengalami hal yang
sama. Tetapi karena sudah melakukan pilihan untuk kehidupan mereka, para
pengrajin perak di nagari tempatllahirnya sejumlah tokoh nasional
seperti, H Agus Salim, Emil Salim dan St Sjahrir itu berusaha bertahan. 

Dentingan palu kecil yang digunakan memukul butiran-butiran perak masih
terdengar hampir di tiap rumah. Dentingan itu sudah menjadi irama dalam
kehidupan mereka. Suara itu akan tetap terdengar bagai nyanyian yang
akan mengasapi dapur-dapur mereka. (alif) 

http://www.padangmedia.com/?mod=artikel&j=1&id=197

 


The above message is for the intended recipient only and may contain 
confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are 
not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, 
distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly 
prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by 
reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete the 
message and the reply (if it contains the original message) thereafter. Thank 
you.

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

<<inline: image001.jpg>>

Reply via email to