> > 1) 100 SM – 400 M, Periode kedatangan bangsa bangsa imigran utamanya dari > Pesisir Persia Selatan (Gujarat), India Selatan (Langkapuri), India Barat > Laut (Cambay-Malabar), Siam (Thailand) dan Champa (Kamboja). Hal ini > dipicu dengan ditemukannya emas di Sumatera Tengah dan posisi strategis > pantai barat Sumatera dalam Jalur Emas dan Jalur Sutera. > > 2) 400 M – 1000 M, Periode kejayaan kerajaan-kerajaan India Selatan yang > memicu migrasi gelombang kedua. Imigran kali ini datang dari India Timur > seperti Tamil dan sekitarnya. Pantai barat Sumatera dikuasai > kerajaan-kerajaan besar yang berpusat di India Timur. > > 3) 1000 M – 1200 M, Periode Minangkabau Timur, konsensus dengan Kerajaan > Melayu Tua Dharmasraya di hulu Batang Hari Jambi. Integrasi kebudayaan > Melayu Jambi kedalam Minangkabau Kuno. Disini diprediksi sebagai awal dari > Melayunisasi terhadap bahasa yang dipakai kaum Minangkabau awal yang > sebenarnya adalah para imigran. Inilah cikal bakal Bahasa Minang klasik. > Bahasa Melayu bangkit sebagai Lingua Franca perdagangan di Kepulauan > Nusantara. > > 4) 1200 M – 1400 M, Periode Invasi Kebudayaan Jawa ditandai dengan > Ekspedisi Pamalayu oleh Kerajaan Singasari. Serbuan-serbuan dilanjutkan oleh > Majapahit kemudian. Sebagai akhir dari periode ini adalah berdirinya > Kerajaan Pagaruyung dengan Adityawarman sebagai raja terbesar. Pada masa ini > Kerajaan Pagaruyung Minangkabau menguasai Sumatera Tengah, Pantai Barat > Sumatera Tengah dan Kawasan Hulu sungai-sungai besar yang mengalir ke Selat > Malaka. Adityawarman berbapak bangsawan Singasari dan beribu bangsawan > Dharmasraya. Periode Pagaruyung adalah periode multikulturalisme dengan 3 > komponen utama yaitu Penduduk Minangkabau Awal (Imigran dari India Selatan, > Persia, Siam dan Champa), Penduduk Dharmasraya dan Penguasa keturunan Jawa. > Inilah cikal bakal masyarakat Minangkabau Modern. Pada masa ini Bahasa > Minang masih belum resmi digunakan, terbukti dengan prasasti yang ditulis > dalam 2 bahasa, yaitu Bahasa Sansekerta mewakili Dharmasraya dan Keturunan > Jawa Singasari dan Bahasa India Selatan / Tamil mewakili bahasa yang > digunakan para penduduk imigran. > > 5) 1400 M – 1600 M, Periode Kegelapan sejarah. Diawali dengan huru-hara > antara pendukung Pemerintahan Nagari dan pihak Kerajaan Pagaruyung yang > diakhiri dengan terbunuhnya sebagian besar pewaris Kerajaan Pagaruyung > berdarah Jawa dalam pertempuran Saruaso. Periode ini juga merupakan awal > dimulainya consensus finalisasi adat (undang-undang) Minangkabau dalam > artian dianggap sudah sempurna dan tidak boleh diubah lagi. Periode ini juga > diyakini sebagai awal mula konsensus penggunaan bahasa lisan dengan > pelarangan pemakaian tulisan dan penghancuran prasasti-prasasti dan > dokumen-dokumen lainnya. Tidak diketahui alasan dari konsensus ini. > > 6) 1600 M – 1800 M, Pantai Barat Minangkabau dianeksasi oleh Kerajaan Aceh > Darussalam. Berkembang pengajaran Syiah secara meluas. Pada periode ini > berkembang Bandar Pariaman sebagai kota pelabuhan pengekspor emas dari > pedalaman Minangkabau. Seorang petualang Portugis dari Malaka juga sempat > memasuki pedalaman Minangkabau dan menceritakan betapa kayanya penduduk > pedalaman yang hidup bergelimang emas. Laporan ini juga mengabarkan bahwa > teknik pertanian di pedalaman Minangkabau sudah sangat maju untuk ukuran > zaman itu. Ini adalah satu-satunya laporan dari pedalaman Minangkabau untuk > periode ini. Total dalam periode 1400 M – 1800 M, pedalaman Minangkabau > berada dalam kegelapan sejarah. > > 7) 1800 M – 1900 M, Periode Revolusi Agama dan awal persentuhan dengan > kolonialisme Belanda. Diawali dengan kepulangan 3 orang haji dari Tanah > Hejaz yang sedang bergolak menentang pemerintahan Turki Usmani. Salah > seorang dari ketiga haji ini yang sempat belajar militer karena menjadi > anggota Kavaleri Jatnisar Turki ini membawa pulang faham Wahabbi ke > Minangkabau dengan tujuan melakukan pembersihan terhadap ajaran Syiah yang > saat itu menjadi agama mayoritas penduduk. Revolusi berdarah ini berujung > dengan ikut campurnya Belanda dalam Perang Paderi yang berakhir tahun 1825. > Kaum Adat yang berpusat di Batipuh dan Tanah Datar terpaksa melibatkan > Belanda karena 2 dari 3 wilayah inti Minangkabau yaitu Luhak Agam dan Luhak > Limapuluh telah jatuh kedalam pemerintahan Kerajaan Islam Minangkabau yang > berpusat di Bonjol. Huru-hara pasca Perang Paderi ini berakhir sekitar > tahun 1900 ditandai dengan Perang Kamang atau Pemberontakan Belasting. > > 8 ) 1900 M – 1950 M, Periode Reformasi Agama ditandai dengan kembalinya > Haji Rasul murid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi dari Mekkah. > Berkembangnya mazhab Syafii di Minangkabau dan munculnya kaum intelektual > didikan Belanda. Seterusnya terbentuknya organisasi-organisasi pergerakan > berbasis agama seperti Muhammadiyah dan partai-partai politik. Periode ini > adalah periode yang sangat dinamis diantaranya diwarnai oleh > peristiwa-peristiwa seputar revolusi dan perang kemerdekaan, termasuk > didalamnya Agresi Militer Belanda dan periode PDRI (Pemerintahan Darurat > Republik Indonesia) > > 9) 1950 M – 1966 M, Periode Kekacauan Politik, diawali dengan ketegangan > pusat dan daerah yang berpusat di Sumatera Tengah. Mencapai puncaknya pada > peristiwa perang saudara PRRI yang meluluhlantakkan Ranah Minang secara > fisik dan penduduknya secara mental. Antiklimaks periode ini adalah > peristiwa G30S/PKI. > > 10) 1966 M – 1998 M, Orde Baru. Periode ini diingat sebagai periode > pemaksaan kehendak penguasa terutama tentang penyeragaman sistem > pemerintahan terendah di Indonesia dengan menerapkan sistem pemerintahan > desa. Pada periode inilah Nagari sebagai sendi terpenting kebudayaan > Minangkabau dihancurkan dan dikonversi menjadi kotak-kotak administrasi > tanpa arti. > > 11) 1998 M – Sekarang, Reformasi. Revitalisasi dan Reinterpretasi > kebudayaan menjadi topik yang hangat dibicarakan. Nagari kembali dihidupkan > namun kali ini dengan Trias Politica sebagai nyawanya. Keterwakilan Anak > Nagari dalam Parlemen Nagari merupakan eksperimen baru yang sedang > diujicobakan. Diluar itu gerakan pemuda dan kaum intelektual kampus yang > membawa paham Ikhwanul Muslimin lewat PKS mulai memberi warna baru dalam > masyarakat yang secara tradisional adalah warga Muhammadiyah. Penerapan > perda-perda syariat dijadikan aksi massal sebagai penterjemahan reformasi > ala Minangkabau. Sementara itu pemuda-pemudanya semakin lupa dan asing > dengan akar sejarahnya. >
http://laguminanglamo.wordpress.com/ <http://laguminanglamo.wordpress.com/%20> http://tambominangkabau.wordpress.com http://mozaikminang.wordpress.com http://zulfadli.wordpress.com/ --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---