Kutipan dari Harian Republika

Sabtu, 31 Oktober 2009 pukul 01:05:00
Masjid Al Aqsha Terbagi

M Lili Nur Aulia
(Pengamat Dunia Islam)

Siapa pun yang menyaksikan rekaman video bagaimana polisi Israel
melakukan serangan hingga ke lorong-lorong masjid sambil menembakkan
peluru karet dan melontarkan gas air mata, pasti hatinya takkan
tenang. Masjid, sebagai tempat suci untuk beribadah bagi umat Islam,
sangat tidak pantas diperlakukan seperti itu. Apalagi, yang dinistakan
itu adalah Masjid Al Aqsha yang menjadi kiblat pertama umat Islam
sebelum Masjid Al Haram di Makkah. Dalam hadis Rasulullah, Masjid Al
Aqsha adalah masjid ketiga yang patut dimuliakan setelah Masjid Al
Haram dan Masjid Nabawi. Maka, sudah sewajarnya, tragedi penyerangan
Al Aqsha pada pagi hari, 25 Oktober, itu menjadi pembicaraan hangat
oleh banyak tokoh Islam dunia, tak terkecuali Indonesia.

Komisi I DPR RI saat ini sudah berencana memanggil menlu untuk
mendiskusikan langkah yang harus segera diambil menyangkut
meningkatnya intensitas penistaan Israel atas Masjid Al Aqsha dan juga
masalah kemerdekaan Palestina secara lebih luas.

Israel memang ingin menguasai, bahkan menghancurkan Masjid Al Aqsha.
Itu bukan berita baru. Usai Israel mendeklarasikan negara di atas
tanah Palestina dengan mengusir penduduknya di tahun 1948, sejak
itulah umat Islam sebenarnya telah tersadarkan adanya usaha sistematis
Israel untuk menguasai Masjid Al Aqsha. Kini, konspirasi itu terus
bergulir. Andai tak ada gerakan konkret dari umat Islam dunia,
penghancuran Masjid Al Aqsha, lalu pembangunan Jewish Temple (Kuil
Yahudi) yang diyakini kelompok Yahudi garis keras, bukan tidak mungkin
bisa terjadi.

Tahap demi tahap penghancuran sudah dilakukan. Secara terang-terangan,
para rabi Yahudi, bahkan oleh tokoh Israel sendiri, menyatakan, agenda
mereka paling dekat saat ini adalah mengajukan opsi membagi dua Masjid
Al Aqsha antara kaum Muslim dan Yahudi. Mereka ingin mendapat
legalitas melakukan kegiatan ritual agama Yahudi di dalam masjid. Jika
berhasil, itu menjadi kartu truf mereka memiliki hak untuk tetap eksis
di Palestina. Itu sebabnya Masjid Al Aqsha yang sekaligus tempat di
Isra-kannya Rasulullah SAW itu saat ini benar-benar membutuhkan usaha
umat Islam.

Skenario Israel
Ada beberapa strategi besar Israel untuk membagi dua Al Aqsha.
Pertama, meningkatkan intensitas aksi penyerangan terhadap Masjid Al
Aqsha secara terus-menerus dalam rentang waktu yang tidak terlalu
lama. Berulang kali, kelompok Yahudi ekstrem menyeruak di area Masjid
Al Aqsha. Di bulan April tahun ini, mereka masuk kompleks masjid yang
dipimpin oleh rabi Yahudi radikal dengan perlindungan polisi Israel.
Mereka juga menyerang Muslim Palestina yang akan shalat dalam waktu
itu. Sumber-sumber di Palestina mengatakan, kelompok ekstremis Yahudi
sayap kiri berusaha masuk ke kompleks Masjid Al Aqsha sebanyak tiga
kali: pagi, siang, dan sore, dalam satu hari pada 13 April 2009.
Diduga kuat, para Yahudi ultraortodoks itu memang sudah berencana
menyerbu Al Aqsha pada hari Kamis pekan yang sama untuk menggelar
ritual agama Yahudi di dalam masjid. Setelah itu, berulang kali
kelompok Yahudi ekstrem itu memaksa dan memasuki wilayah masjid.

Pengujung September lalu, ratusan orang Yahudi garis keras sudah
memaksa menggelar ritual keagamaan Yahudi yang dinamakan Hari
Pengampunan di area masjid. Kedua, di awal Oktober, mereka mengadakan
ritual lagi untuk merayakan Hari Perlindungan di tempat yang sama.
Lalu, ketiga, beberapa hari lalu (25/10), mereka melakukan aksi yang
dinamakan Hari Mendaki ke Jabal Haekal hingga memancing bentrokan
dengan pemuda Masjid Al Aqsha.

Ratusan polisi Israel berbekal tameng plastik, pentungan, senjata
peluru karet, dan gas air mata datang menyerang para jamaah yang
shalat Subuh di Al Aqsha hingga masuk ke lorong-lorong masjid, bahkan
menaiki atap Masjid Al Aqsha. Anggota Dewan Internasional Manajemen
Yayasan Al-Quds, Suud Abo Mahfud, mengungkapkan, intensitas
penyerangan Al Aqsha tahun 2009 meningkat empat kali lipat dari tahun
sebelumnya, yakni sebanyak 54 kali setelah penyerangan terakhir di
bulan Oktober.

Target serangan-serangan ini, disamping untuk terus menekan mental
publik Palestina agar bisa menerima keabsahan mereka menggunakan
Masjid Al Aqsha, juga sebagai bagian dari test case yang mereka
lemparkan kepada publik umat Islam dunia. Jika dunia Islam tak banyak
bereaksi, itu berarti lampu hijau bagi Zionis melanjutkan aksinya.

Strategi kedua adalah mempersempit area yang bisa digunakan oleh umat
Islam yang ingin melakukan shalat berjamaah di Masjid Al Aqsha. Ini
dilakukan dengan membangun sinagog dan memperbanyak pos-pos
pemeriksaan yang menyebar di berbagai pintu masjid dengan dalih
keamanan. Ada lebih dari 10 penjagaan yang harus dilewati setiap
Muslim yang ingin masuk dan shalat di Masjid Al Aqsha. Mereka semuanya
diperiksa dan hanya diizinkan masuk satu per satu. Ribuan orang Muslim
tak jarang akhirnya shalat di luar kompleks Al Aqsha karena dilarang
masuk oleh tentara Zionis Israel.

Ketiga, dengan cara menghilangkan simbol-simbol Islam di Masjidil
Aqsha dan juga di Kota Al Quds (Jerussalem) secara umum. Proyek ini
sudah berjalan sejak beberapa bulan lalu, di mana Israel menetapkan
undang-undang di Al Quds (Jerussalem) bahwa semua plang berbahasa Arab
atau mencirikan Islam diganti dengan plang petunjuk berbahasa Yahudi
atau berhuruf Ibrani.

Langkah keempat, mempersempit gerak dukungan dan perlindungan terhadap
Al Aqsha dengan menjatuhkan vonis pengasingan bagi siapa pun orang
yang dianggap aktif dan berpengaruh di Al Quds agar tidak mendekati Al
Aqsha atau Al Quds. Mereka mengincar para aktivis organisasi
Palestina, seperti Al Aqsha Foundation dan Harakah Islamiyah di
Palestina 48. Para tokoh organisasi itu selama ini yang
mengkoordinasikan jamaah shalat di Masjidil Aqsha. Mereka juga yang
mengatur jadwal orang-orang yang melakukan ribaath (penjagaan dengan
menginap) di Masjid Al Aqsha setiap hari dengan mendatangkan jamaah
dari berbagai kota di Palestina.

Penjajah Israel mengajukan gugatan tuduhan terhadap tokoh yang
berpengaruh di Al Quds itu dan jaksa memintanya dijauhi dalam rentang
waktu tertentu, baik dari Masjid Al Aqsha maupun dari kota lama atau
juga dari Al Quds, selama satu tahun. Para tokoh Palestina sadar bahwa
ini adalah cara yang digunakan Zionis Israel untuk mengosongkan Al
Quds dan Masjid Al Aqsha dari orang-orang berpengaruh yang dianggap
bisa menghalangi upaya penguasaan Al Quds atau Al Aqsha.

Cara seperti ini sudah dimulai sejak tahun 2007 saat pengadilan Israel
mengeluarkan keputusan pengasingan pada 7 Februari 2007 terhadap Syekh
Raid Shalah, ketua Harakah Islamiyah Palestina 48. Dirinya dilarang
mendekati Masjid Al Aqsha dalam radius 50 meter. Kemudian, hukuman itu
diperpanjang hingga satu bulan. Dan, disebabkan ceramah Syekh Shalah
yang dianggap membahayakan Israel, hukuman pengasingan kemudian
ditambahkan lagi dalam rentang waktu yang lebih lama lagi. Hingga hari
ini, Syekh Shalah belum boleh memasuki wilayah Al Aqsha. Bulan Oktober
lalu, tak kurang ada 50 orang tokoh Al Quds yang diasingkan melalui
vonis pengadilan Israel. Deliknya sama karena terlibat dalam upaya
mempertahankan Masjid Al Aqsha ketika sekumpulan Yahudi garis keras
merangsek masuk ke areal Masjid. Para pengamat menyebutkan,
pengasingan dalam jumlah besar itu sebagai peringatan kepada para
pemuda yang berjaga di Masjid Al Aqsha dan peringatan pada kaum Muslim
di Al Quds pada umumnya bahwa Israel-lah yang berkuasa di Al Aqsha.

Kelima, dari aspek publikasi, berbagai tokoh dan media Israel
mengangkat anggapan terorisme yang dituduhkan atas pemuda Palestina di
Masjid Al Aqsha. Jerussalem Post, misalnya, dalam edisi pekan terakhir
Oktober lalu, menyebutkan perkataan Dewan Hakhom (tokoh agama) Yahudi
di Tepi Barat meminta Pemerintah Israel di bawah pimpinan Netanyahu
agar segera menutup Masjid Al Aqsha dengan alasan orang-orang Islam
yang ada di sana telah mengubah Al Aqsha menjadi sarang teroris dan
kekerasan. Padahal, justru mereka-lah yang berjaga dan melindungi
masjid dari aksi teror Israel.
(-)

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke