Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,
 
Setelah membaca artikel Kompas di bawah ini ada satu hal yang teringat pada 
saya, sebagai daerah agraris, bisakah Sumatera Barat memanfaatkan terobosan 
kabupaten Bantul dan pabrik Petrokimia Gresik ini, untuk memajukan daerah kita ?
 
Jika bisa, siapa dan bagaimana caranya ?


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 


 

PUPUK ORGANIK
Kotoran Hewan Pun Kini Punya Harga


Sabtu, 2 Januari 2010 | 03:53 WIB
Setelah diuji coba selama 15 hari, pabrik pupuk organik Petroganik, milik 
Pemerintah Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, siap menggenjot produksi. Kelayakan 
pabrik pupuk tersebut membuat PT Petrokimia Gresik selaku mitra yakin akan 
kualitas produk Petroganik.
Selama uji coba, total produksi Petroganik 20 ton. Keseluruhan hasil diserahkan 
ke Petrokimia guna dicek kandungan unsur haranya. ”Ternyata, mereka sudah oke 
dan siap menampung. Makanya kami siap menggenjot produksi sesuai kapasitas 
mesin,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul Edy 
Suharyanto beberapa waktu lalu di Bantul.
Petroganik diresmikan 7 Oktober 2009 dengan kapasitas 7,5 ton per hari. Bahan 
baku pupuk organik tersebut dari kotoran sapi, kambing, dan ayam yang diperoleh 
dari peternak di wilayah Bantul.
Bahan baku pupuk diambil dari seluruh kelompok ternak di Bantul. Untuk kotoran 
ayam dibeli seharga Rp 350 per kilogram, kotoran sapi dan kambing Rp 250 per 
kilogram. Nantinya pemerintah akan menetapkan peraturan daerah yang mengatur 
larangan penjualan kotoran ternak ke luar daerah.
Untuk membeli mesin, Pemerintah Kabupaten Bantul mengeluarkan dana Rp 980 juta. 
Adapun untuk pembangunan prasarana fisik Rp 700 juta.
Pabrik Petroganik berlokasi di Dusun Karanganyar, Gadingharjo, Sanden. Terdapat 
tiga mesin produksi di dalam pabrik berdaya listrik 33.000 watt. Wujud fisik 
Petroganik hampir sama dengan pupuk kimia.
Petroganik dijual kepada Petrokimia Rp 1.400 per kilogram. Oleh Petrokimia 
pupuk diedarkan ke pasar dengan harga Rp 500 per kilogram. Selisih harga Rp 900 
per kilogram disubsidi oleh pemerintah.
Meski dijual ke Petrokimia, sejak awal Pemkab Bantul sudah mengingatkan agar 
distribusinya diprioritaskan untuk Bantul. Bila Bantul sudah cukup, baru 
diedarkan ke daerah lain. ”Kami sudah bersusah payah memproduksi pupuk, jangan 
sampai dinikmati orang lain,” kata Edy.
Pulihkan kesuburan
Bupati Bantul Idham Samawi menjelaskan, kotoran ternak sangat penting untuk 
memulihkan tingkat kesuburan tanah. Selama ini banyak peternak menjual kotoran 
ternaknya ke luar daerah karena tidak terserap di Bantul. Akibatnya, manfaat 
kotoran lebih banyak dinikmati masyarakat luar Bantul.
Padahal, tingkat kesuburan lahan pertanian di Bantul saat ini hanya 60-80 
persen. Untuk memulihkannya ke angka 100 persen diperlukan pupuk organik.
Awalnya pupuk organik masih berujud kotoran sapi. Hal ini membuat sebagian 
petani enggan menggunakannya karena kurang praktis. Alasan itu tidak berlaku 
lagi karena sudah ada Petroganik.
Idham mengatakan, peraturan daerah sangat penting untuk mengintegrasikan sektor 
peternakan dan pertanian. Kotoran ternak harus dipakai untuk mengembalikan 
kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan.
”Dulu petani menggunakan pupuk kimia hingga satu ton per hektar. Sekarang 
perlahan-lahan mulai turun, meski masih sekitar dua kuintal per hektar. Angka 
itu harus terus ditekan dengan hadirnya Petroganik. Kalau tidak ada langkah 
penyelamatan, anak cucu kita akan menerima warisan lahan tandus dan gersang 
karena keserakahan kita,” ujar Idham.
Potensi kotoran ternak di Bantul tergolong tinggi. Satu ekor sapi rata-rata 
setiap hari menghasilkan 7 kilogram kotoran kering. Di Bantul, populasi sapi 
potong 49.957 ekor sehingga setiap hari produksi kotoran sapi mencapai 349,7 
ton atau senilai Rp 87,4 juta. Jumlah itu masih ditambah dengan kotoran kambing 
dan domba yang populasinya 61.370 ekor dan ayam sekitar 1 juta ekor.
Jumlah kotoran ternak yang tersedia memang tidak sebanding dengan kapasitas 
pabrik. Oleh karena itu, diharapkan muncul inisiatif masyarakat untuk mengolah 
pupuk organik secara swadaya.
Awalnya keprihatinan
Ide awal pendirian pabrik berawal dari keprihatinan Pemerintah Kabupaten Bantul 
akan tingginya ketergantungan petani pada pupuk kimia. Setiap tahun kuota pupuk 
yang disediakan selalu tidak cukup. Tiap tahun kebutuhan urea lebih dari 17.000 
ton lebih.
”Kalau sedang musim tanam, biasanya kami susah memperoleh urea karena pengecer 
mengaku kehabisan stok. Dengan hadirnya pabrik pupuk organik secara perlahan 
kami mulai mengurangi penggunaan urea,” kata Maryono, petani di Bulak 
Mandingan, Bantul.
Sebelumnya Maryono enggan menggunakan pupuk organik karena merepotkan. Pertama, 
ia harus mengumpulkan dulu kotoran ternak dan selanjutnya mengangkutnya ke 
sawah. ”Kalau pupuk kemasan lebih praktis, tidak merepotkan,” ujarnya.
Kehadiran Petroganik juga disambut gembira kalangan peternak. Sarujo (30), 
misalnya, warga Dusun Banyakan II, Desa Sitimulyo, Piyungan, menegaskan, 
kotoran sapi yang selama ini dimanfaatkan untuk biogas ternyata masih bisa 
mendatangkan rezeki.
”Kalau biogas yang dipakai kotoran saat masih baru. Setelah gasnya diambil, 
kotoran keringnya masih bisa dijual untuk bahan baku Petroganik,” katanya.
Semangat Pemkab Bantul menyinergikan sektor pertanian dan peternakan sepertinya 
perlu dicontoh daerah lain.
Apalagi, bila pemerintah akhirnya melepaskan subsidi pupuk. Bisa dibayangkan 
betapa mahalnya harga pupuk kimia dan petani belum disiapkan mengurangi 
ketergantungan pada pupuk kimia.
Masalah lain adalah lahan pertanian akan semakin rusak karena penggunaan pupuk 
kimia yang terus-menerus. (ENY)


      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke