RS sebagai tempat pembuangan Kuciang.
*(Ini maslah besar !!!)*

Ambo *raso jo pareso*, apo nan tajadi di RS Pekanbaru itu, terjadi pulo di
RS-RS lainnya, di kota-kota besar di Indonesia.
*
Penyebab*: di kota kota besar kucing tidak lagi merupokan kebutuhan pokok
oleh masyarakat untuk menjadi predator tikus dan ular. Hal iko berbeda
dengan kondisi di kampuang (petani) yang sangat membutuhkan bantuan kuciang.
Kuciang dan anjiang di kampuang ambo (Tanjuang Sungayang) sangek bahargo.
Th. 1956 di SB pemerintah melakukan pemnyemprotan DDT (untuk membasmi
malaria), dengan berakibat matinya sebagian besar binatang peliharaan
termasuk kuciang, sehinggo kuciang manjadi langka, nilainya sangek tinggi
kutiko itu.

Menyukoi binatang peliharaan adalah *perilaku diri ambo* (!) nan dibentuk
oleh pengalaman masa kanak-kanak. Nah masalahnyo, kutiko ambo bermukim di
kota, perkembangan/populasi kuciang tak bisa lagi dikendalikan. Ambopun
binguang sampai kini, ka dikamanokan kuciang-kuciang nan batambah itu.

Parnah ambo usulkan ka kawan ambo nan manjadi ketuo PDHI (persatuan dokter
hewan indonesia) lk. 30 th. nan lalu, supayo masalah pengendalian populasi
kuciang itu dijadikan salah satu prgram PDHI, tapi gayuang indak basambuik
do.
Ambo paham, karano program sarupo itu perlu modal besar, dan pamarentah
indak akan mamikiakannyo/mambiayainyo.

*Harapan*:
Kini harapan kito basamo, karano suaro politisi labiah didanga dek penguasa,
maka sebaiknyo ado pulo politisi kito nan maangkek masalah iko ka
pamarentah.
Kuciang liar iko bisa menularkan penyakit ke manusia, lebih-lebih bila
kuciang-kuciang tersebut berada di lingkungan limbah RS.

Membasmi kuciang dan anjiang liar dengan cara meracuni atau menembak
merupakan *pendidikan kesadisan yang diajarkan oleh pemerintah kepada
masyarakat (khususnya anak-anak),* jalan pintas yang tidak
berperikebinatangan!!

Bukankah agama mengajarkan kepada kita untuk menyayangi kehidupan. Dan
menurut hadis hal demikian (menyayangi kuciang) adalah perilaku nabi kita.
Bahkan adopulo curito atau hadis (shahih/tidak ?) tentang seorang pelacur
yang diampuni dosanya karano memberi air minum (supaya binatang tsb. tetap
hidup !) kepada seekor anjiang nan kehausan di tengah gurun pasir.

Ambo yakin bahwa memelihara kehidupan/memberi air itu, adalah Minang dan
untuk penjelasannyo silakan klik di: http://nagari.or.id/?moda=minangkabau

Salam

Abraham Ilyas 64 th.
webmaster/admin www.nagari.org
-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke