Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu

Keselamatan atas engkau para saudara
Dimana saja anda berada
Semoga rahmat Allah senantiasa
Menyertai anda serta berkah Nya
 
Kusampaikan lagi sebuah cerita
Berasal dari dunia sana
Ketika terlelap aku melihatnya
Gerangan entah apalah makna
 
Menjelang subuh aku terjaga
Ditepuk pipi dicubit paha
Sambil menggosok-gosok mata
Habis bermimpi aku kiranya
 
Bergemuruh rasanya darah di dada
Gamang dan takut tidak terkira
Senyampang mimpi menjadi nyata
Betapa menyeramkan itu semua
 
Di dalam mimpi aku terpana
Maninjau Singkarak berlaga-laga
Marapi Singgalang  meronta-ronta
Pasaman Tandikek begitu pula
 
Bersamun awan di udara
Hitam pekat kelabu tua
Berdesir angin menghalaunya
Bunyi ribut membahana
 
Tapi yang aneh mempesona
Orang kampung tenang-tenang saja
Seolah tak terjadi apa-apa
Mereka asyik bercengkerama
 
Rasian yang terlalu kasat mata
Rasanya tidak susah benar tadbirnya
Mimpi buruk sedang menimpa
Minangkabau ranah tercinta
 
Berkali-kali musibah tiba
Marapi dan Talang mengirim tanda
Berbuat garang mereka bisa
Memanggang nagari di sekitarnya
 
Jangan ditanya perkara gempa
Sudah berulang dihoyaknya
Handam karam nagari yang dilanda
Masjid dan surau porak poranda
 
Puting beliung pernah  bicara
Pohon besar ditumbangkannya
Semua diterbangkan ke udara
Ranap yang tinggal tak berdaya
 
Air yang adalah sebuah karunia
Dengannya kehidupan bermula
Tapi ketika sangat banyak dia tiba
Dihanyutkannya segala yang ada
 
Jadi kalau perkara tanda
Sudah lengkap rasa-rasanya
Allah tunjukkan untuk semua
Bahwa Allah bisa sangat murka
 
Namun herannya mereka tetap mada
Tidak sedikitpun bisa membaca
Tanda-tanda kekuasaan Nya
Asyik juga berbuat dosa
 
Batil dan haq dipercampurkannya
Halal dan haram sama direguknya
Tuak dan kopi sama dinonongnya
Perbuatan tercela dikerjakannya
 
Mereka mempunyai puteri dan putera
Tiba masa menikahkannya
Didatangkan orang siak dan ulama
Untuk menyaksikan ijab kabulnya
 
Sebuah perbuatan wajib atas mereka
Menikahkan anak-anak remaja
Agar terhindar dari dosa
Dari melakukan perbuatan tercela
 
Sesudah ijab kabul jadi upacara
Orang banyak di kerumahkannya
Untuk memberikan restu dan doa
Kepada marapulai dan anak dara
 
Ketika itulah dimulai dosa
Orgen tunggal diadakannya
Entah siapa yang punya budaya
Bunyi musik memekak telinga
 
Berdentam-dentam membahana
Laksana bunyi meriam belanda
Sedang berperang di medan laga
Tak siapa dapat melerainya
 
Di siang hari belum puncaknya
Semakin malam semakin bergelora
Tuak dan bir entah dari mana datangnya
Mereka teguk dengan leluasa
 
Musik orgen tunggal semakin membara
Penyanyi yang biasanya betina muda
Sungkan dan malu jadi tiada
Mereka bergoyang pinggul dan dada
 
Tidak menunggu terlalu lama
Mabuk dan tenggen datang mendera
Pikiran waraspun jadi sirna
Semua bergoyang mengikuti irama
 
Inilah batil yang seutuhnya
Pangkal dosa bermacam dosa
Ninik dan mamak hilang wibawa
Tidak seorangpun angkat bicara
 
Alihkan pula pandangan mata
Ke tengah kampung ke pinggir kota
Orang berdamini atau berkoa
Azan terdengar dibiarkan saja
 
Kok dilihat pula para remaja
Berkeliaran berbuat semaunya
Ke pinggir laut berhura-hura
Berkeluntun-puntunjantan betina
 
Seakan-akan belum sempurna
Dari berpacu berbuat durjana
Yang muda berbuat suka-suka
Yang tuapun lupa dituanya
 
Tidak ada yang sadar seorang jua
Bahwa mereka telah berdosa
Melanggar larangan Allah Ta’ala
Dengan apa yang dikerjakannya
 
Oleh karena itu wahai saudara
Mari kita ingat-ingatkan jua
Bahwa dahulu tidak serupa
Ketika adab budaya masih dipelihara
 
Berhelat berkenduri boleh saja
Diundang sanak serta saudara
Orang kampung semuanya
Tanda bersyukur kepada Nya
 
Bersukacita ada batasnya
Norma susila tetap dipelihara
Tidak semua berseleperan saja
Bergalau tak jelas juntrungannya
 
Berpesta pora bermusik ria
Berorgen tunggal konon namanya
Handam karam bunyi suaranya
Sangat mengganggu para tetangga
 
Apalagi ditambah pula
Minum tuak, bir dan sebangsanya
Bernyanyi berjoged bermabuk ria
Perbuatan dosa itu semua
 
Jadi sekali lagi para saudara
Mari mulai dari diri kita 
Kok nyampang berhelat kemenakan kita
Perhelatkan dengan cara biasa saja
 
Mari kembali makan berjamba
Diringi dengan sedikit hota
Sekedar yang perlu-perlu saja
Ketika kita sama bersila
 
Bukan karena apa-apa
Kalau tetap juga berbuat dosa
Tanpa pernah merasa jera
Murka Allah yang akan menimpa
 
Tidakkah kita faham juga?
Dengan semua peringatanNya?
Ketika didatangkanNya berbagai bala?
Untuk mengingatkan kita semua?
 
Jangan dipandang enteng saja!
Ketika nagari dihoyak gempa!
Puting beliung datang menyapa! 
Ombak di laut menggelora!
 
Semua itu isyarat yang disampaikan Nya
Bahwa kita anak manusia
Sebenarnya tiada kuasa tiada daya
Jadi janganlah ongeh juga
 
Mari ingatkan anak kemanakan kita
Supaya kembali ke jalan Nya
Beramal salih di alam dunia
Agar di akhirat kelak terpelihara.
 
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H, 
Jatibening - Bekasi


      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke