Saya mulai tahun 1964 bertugas di Sumatera Barat.
Sebelum ke Sumbar saya bertugas di Polda Riau, 
dan sempat  bergaul dengan Pak Saaf selama 2 tahun.
 
Dampak PRRI masih saya rasakan dan alami dalam bentuk:
 
1. Arogansi PKI beserta ormasnya.
    Mereka menganggap  bahwa merekalah yang berjasa 
    dalam menumpas PRRI.
    
   Pada waktu penumpasan PRRI, oleh Koops 17 Agustus, 
   dibentuk OPR atau Organisasi Pertahanan Rakyat.
 
   OPR adalah rakyat terlatih yang dipersenjatai, dengan 
   tugas  membantu operasi yang  dilakukan oleh satuan ABRI.
 
   PKI memanfaatkan adanya OPR, dengan menginfiltrasi  OPR,
   dengan anggota ormas-ormas PKI.
   Hampir 100% anggota OPR adalah anggota ormas PKI.
 
   Selama operasi terhadap PRRI, banyak tingkah laku anggota 
   OPR yang diluar kendali.
   Mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang melukai
   hati rakyat.
 
   Setelah dibubarkan-pun masih banyak eks anggota OPR,
   yang melakukan tindakan yang mengganggu kamtibmas.
 
2. Jajaran Polri (termasuk anak buah saya) selalu mendapat
    hambatan kalau hendak mengungkap kejahatan yang
    dilakukan oleh eks anggota OPR.
    
   Hambatannya berupa isyu yang dihembuskan oleh PKI 
   dan ormasnya bahwa:
   Polisi eks PRRI balas dendam terhadap eks OPR
   yang menumpas PRRI.
 
   Memang ada beberapa orang polisi eks PRRI,
   yang diterima kembali di lingkungan Polri,
   dengan ketentuan turun pangkat 2 tingkat.
   Tapi jumlah mereka sangat-sangat sedikit,
   tidak mencapai 3 %.
   Mereka juga tidak menduduki jabatan2 strategis.

   Sebagian besar anggota Polda Sumbar, pada waktu itu
   Berasal dari Polda Sumut, Polda Jakarta, Polda Jawa Barat
   dan Polda Jawa Tengah
 
   Sayangnya ada oknum militer yang percaya dengan isyu ini.
   Akibatnya sering terjadi ketegangan antar fihak poisi 
   dengan fihak oknum militer tersebut.
 
   Eks anggota OPR yang akan ditangkap anak buah saya,
   berlindung kepada oknum-oknum militer.
   Eks OPR yang tadinya merupakan comrade in arms
   bagi anggota Polri, sekarang saling berhadapan sebagai
   penegak hukum dengan pelaku kejahatan.
 
KIsah in berlanjut sampai dengan terjadinya peristiwa
Gerakan 30 September.
Kemarahan rakyat di tempat saya bertugas terhadap eks OPR 
tidak terbendung, setelah mendengar bahwa berita bahwa 
sukwan yang dilatih di Lubang Buaya adalah anggota ormas PKI.
 
Bagi warga masyarakat, OPR adalah identik dengan
ormas PKI.
Warga masyarakat secara spontan melakukan perburuan
terhadap eks OPR.
Anggota PKI baik yang bukan eks OPR maupun yang  eks
OPR, mencari perlindungan ke jajaran Polres yang saya pimpin.
 
Berdasarkan pengamatan, yang menjadi korban perburuan
rakyat adalah eks OPR dan beberapa tokoh PKI.
 
Eks OPR tidak tinggal diam.
Mereka membuat kelompok-kelompok untuk balas 
dendam maupun perampokan.
 
Para Wali Negari berdatangan menemui saya,
agar di kenegeriannya ada pos polisi, untuk melindungi
mereka.
 
Kesimpulan crita tersebut di atas adalah:
 
1. Untuk melakukan operasi terhadap PRRI,
   dibentuk OPR.
 
2. PKI telah memanfaatkan adanya OPR,
   dengan mengisi seluruh organiasi OPR,
   dengan anggota ormas-ormasnya.
 
3. Setelah  OPR dibubarkan, 
   dapat dikatakan OPR merupakan "sayap militer"
   untuk PKI .
 
Saya pribadi bependapat,
bahwa khusus untuk Sumbar,
lebih tepat kalau "dampak PRRI',
disebut sebagai "epiloog PRRI",
yang sekaligus merupakan "proloog G 30 S"
di Sumatera Barat.
 
Wassalam, Jacky Mardono (L 76 tahun)
Vila Cinere Mas = Ciputat Tangerang.
Pernah berdomisili di:
Lubuk Sikaping, Pariaman dan Padang.
 
 
 
   
 
 

--- Pada Ming, 14/2/10, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> menulis:

Dari: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com>
Judul: Re: Re: [...@ntau-net] DAMPAK PRRI
Kepada: rantaunet@googlegroups.com
Tanggal: Minggu, 14 Februari, 2010, 3:08 PM

Ifah, sasudah malalui latihan militer di Jawa Timur 
antaro bulan Desember 1959 sampai Juni 1960, 
ambo datang ka Sumatera Barat bulan Agustus 1960, 
pertempuran alah usai, walau ado juo tembak manembak sasakali. 

Sasuai jo latar belakang pendidikan ambo di UGM, 
tugas ambo di Sumatera Barat adolah dalam bidang teritorial, 
yaitu dalam tahap konsolidasi dan rehabilitasi wilayah 
dalam pemulihan keadaan masyarakat sesudah perang selesai.

Duo bulan di Padang, bulan Oktober 1960 ambo pindah ka Riau, 
dan batugas di daerah tu salamo anam tahun, 
jadi pindah baliak ka Sumbar dalam tahun 1966, 
maso mulainyo Orde Baru.
 
Di Sumatera Barat ambo batugas salamo sapuluah tahun, 
1966-1976. 
Babarapo bidang nan ambo tangani adolah ikuik mandirikan LKAAM, 
Golkar, dan mamimpin Golkar antaro tahun 1970-1973. 

Tahun 1973-1974 ambo studi ka Princeton University, 
Princeton, New Jersey. USA. 
 
1975-1976 ambo malanjuikkan pendidikan militer 
di Pematang Siantar dan Cimahi. 
1976 ambo pindah ka Kowilhan II Jawa Madura.

Jadi, walau batugas di tentara, 
dan mandapek latihan militer reguler sampai di Seskoad, 
 
Alhamdulillah ambo alun panah manembak urang lai. 
Jan sampai handaknyo. 
Di tentara, indak sagalo urang batugas di lapangan manembaki urang.
 
Contoh lain anggota tentara nan indak bertugas bertempur 
misalnyo nan batugas dalam bidang kesehatan, logistik, 
hukum, topografi, polisi militer, atau perawatan rohani, 
.
Pangalaman ambo salamo 16 tahun di Kodam III/17 Agustus 
alah ambo tulih dalam disertasi ambo di UGM tahun 1996.

Jadi kok Ifah nak tahu baa pangalaman di lapangan, 
sarancaknyo jan tanyo ka ambo, 
tapi  iyo paralu dibaco kisah pribadi Mak Ngah/Inyiak Sunguik, 
atau karangan pak Suwardi Idris, atau curito-curito lain n
an sadang dikumpuakan dek pak Abraham Ilyas.

Nan jaleh, indak ado nan menyenangkan dalam parang/pertempuran tu doh. 
Karano itu  jan panah  maiirik parang ka kampuang kito surang.
Pasti bakalukuran.
Tantang PRRI sendiri ambo pernah ikuik maagiahkan paparan 
dalam seminar di The Habibie Centre.

Di maso datang mungkin ado gunonyo 
diadokan seminar atau lokakarya tentang PRRI ko, 
pado berbagai tataran: 
 
1) internasional [dalam konteks Perang Dingin USA-USSR]; 
2) nasional [pergolakan politik di Ibu Kota]; 
3) regional: aliansi dan konflik antar elite di Sumatera; 
4) lokal [sarupo pengalaman Mak Ngah/Inyiak Sunguik dan pak Suwardi Idris.

Tiok tingkat tu balain-lain kisahnyo.
Kalau mamparatikan penafsiran sabagian sanak kito, 
nan bakasimpulan bahaso PRRI alah manang, 
karano sagalo tuntutannyo kini alah tawujuik, 
itu mungkin pendekatan filsafat atau metafisika. 
Ambo bukan panganuik panafsiran itu.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 


--- On Sun, 2/14/10, hanifah daman <iffa...@yahoo.com> wrote:


From: hanifah daman <iffa...@yahoo.com>
Subject: Re: Re: [...@ntau-net] DAMPAK PRRI
To: rantaunet@googlegroups.com
Date: Sunday, February 14, 2010, 5:41 PM

Apo nan takana di bapak sabagai tantara pusat  
nan batugeh di medan parang PRRI, 
satiok urang mangana PRRI pak ??? 
Mudah-mudahan bapak tidak keberatan menjawab ya pak.

-- 
.



      Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail 
ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke