*Itu dek karano sang suami nan jebolan pesantren dan  salamokolah  menjadi
contoh dikeluarga, dengan enteng mangaluakan statement. Shalat cuma nomor
duo
*
Sanak di palanta, ketek indak dipanggiakan namo, gadang indak diimbaukan
gala.
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Meskipun alah dijalehkan dek angku Perry satantangan "shalat nomor duo", nak
sato pulo ambo baciloteh satantangan urut urutan nomor itu.

Kemungkinan pertamo si suami itu, ado pemahaman sarupo angku Perry
sabuikkan, tapi indak dijalehkan ka mintuonyo.

Sedangkan kemungkinan nan kaduo cuma *samikna wa at toqna ulil amri *(kok
iyo ado si Ulil bapituah co itu dalam kutubah nan didanganyo!).
Kan samo samo jebolan pesantren, indak mamakai *pareso* lai apo nan
dikatokan dek ilmuwan nan dipromosikan itu !!

Kok dek niniak niniak awak, mungkin content (maambiak istilah urang pasa
kini) itu disabuiknyo sebagai tahu di nan Ampek atau kato nan Ampek.
Ambo cuma manaruihkan kato nan Ampek dari nan tuo tuo sajo, mudah mudahan
kok lai ado gunonyo.

Karano sumbayang atau shalat marupokan tiang agamo untuak manyambah Tuhan,
mako manuruik kato disabuikkan:

*Empat cara pengembaraan manusia menuju Tuhannya*

                        *1*. Mencari Tuhan
                        *2*. Mengenal Tuhan
                        *3*. Bertemu Tuhan
                        *4*. Ber-Tuhan

Dalam "Tahu di nan Empat", maka tahu di Tuhan merupakan urutan nomor empat.
Hal ini tidak berarti sebelum seseorang tahu di *diri, tahu di orang dan
tahu di alam*, orang tidak boleh *tahu di Tuhan*.

Pengertian "*tahu di Tuhan*" tersebut bermakna *manusia ber-Tuhan*.

*Mencari Tuhan* Semua manusia, entah dia suku terasing atau manusia moderen
yang sekuler sekalipun, dari dalam lubuk hatinya selalu ingin mencari siapa
yang menjadi maha penguasa tertinggi, siapa yang patut menjadi
sesembahannya.
Dalam pengembaraan ini, tak jarang mereka salah dalam mencari Tuhan, dan
menemukan patung, matahari, api sebagai Tuhan mereka.

*Mengenal Tuhan* Tuhan yang benar dikenalkan oleh rasulNya kepada manusia
melalui kitab-kitab nabi. Bagi kita yang beragama Islam, sejak kecil diajar
orang tua, guru, ustaz untuk mengenal Tuhan. Proses mengenal Tuhan tidak
dilakukan sendiri, ada tuntutannya melalui Alquran dan hadis. Kita patut
bersyukur menerima rahmat beragama Islam.

*Bertemu Tuhan* Setelah seseorang mengenal Tuhan (yang dijelaskan melalui
Alquran dan hadis), ia menjadi yakin tanpa ragu-ragu sedikitpun terhadap
ajaran Islam, dan selanjutnya dijadikan pedoman dalam kehidupan
sehari-harinya. Ini berarti, ia telah bertemu Tuhan-nya.

*Ber-Tuhan* Dalam tingkat ini manusia merasakan dirinya tidak jauh dari
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Semua gerak-geriknya dibimbing Tuhan dan dirinya selalu terlindungi.
Ia menyadari benar ucapan "*Laa haula walaa quwwata illa billaah*", tiada
upaya dan tiada kekuatan kecuali bersama Allah.
*Keadaan seperti ini merupakan keyakinan pribadi, dan tidak untuk
diceritakan dan dipamerkan kepada orang lain.*
Dalam nan empat disebut "*sebagai orang yang tahu di Tuhan*".

Salam

Abraham Ilyas
www.nagari.org

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke