Setuju beberapa kali, Pak Bot..
Film Cheng Ho memang rendah sekali kualitasnya, saya sering sekedar mengikuti di MetroTV jam 9.30 malam. Wah filmnya payah... lamban... kurang gesit. Aktornya Yusril dan Syaifullah Yusuf juga amatiran sekali jadi Bintang film.. Jadi memang tidak bisa disamakan dg film Adityawarman ini. Film Adit ini dibuat bkn bertujuan politik atau pesanan... semata2 utk mengangkat nama Nusantara (Melayu) dan malah regional ASIA Timur karena menyangkut nama Tiongkok (RRC), Champa dan banyak Negara Asia lainnya. Seperti pada Film JODHAA-AKBAR (kisah seorang sultan/kaisar Mughal di India, Sultan Jalaludin Akbar), bolehlah... Atau digarap spt kisah MAHABARATA juga ada bagusnya. Kalau level Sinetron, dlm hal persilatan mgkn Sinetron WALISANGA di RCTI setiap magrib beberapa tahun yang lalu, bolehlah dirujuk. Pak Bot Saya rasa nama Minangkabau jadi berpindah popularitasnya ke Luhak Nan Tigo tidak lain adalah di masa Adityawarman juga, dg menggunakan kekuasaan alias 'ruyung' ... dalam masa vacum (300 tahun) sesudah Ananggawarman itulah Tambo Minangkabau dibuat dan dimasukkan kisah Iskandar Zulkarnain kedalamnya, dikatakan bahwa asal segala ninik muyang orang Minang adalah dari Gunung Merapi/Parhyangan ketika masih sebesar teluk ITIK supaya terkesan bhw Minangkabau sudah ada semenjak zaman air bah Nabi Nuh (ICE AGE). Padahal jelas2 nama PATIH dan TUMENGGUNG adalah nama 2 tokoh dari Kerajaan Koto Alang (Kandis, Lubuk Jambi) di masa sebelumnya. Coba search dg google. Akan lebih masuk akal bila mengatakan ninik muyang orang Minang itu berasal dari daerah pertemuan Kampar Kiri dan Kampar kanan yang disebut sbg Minang-a-Kembar itu (Minanga Tamwan), tepatnya di bagian hulu Batang Kampar. Makasih wassalam ________________________________ From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of Bot S Piliang Sent: Tuesday, March 30, 2010 1:42 PM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: RE: [...@ntau-net] Film Adityawarman, berandai-andai saja...:) Pak Dasril...setahu saya film2 tersebut, spt Laksmana Ceng Ho, Laksamana Sri Malayaati, adalah film2 yang bersifat non profit, di buat oleh instansi untukekpentingan kerjasama budaya. Sehingga penggarapan pun biasa-biasa saja, dan tidak melakukan promo abis2an. Kualitas akting pun mnurut saya biasa saja, malah dibawah standar. Belajar dari kedua film tersebut, sebaiknya kita hati-hati mengangkat film ini. Jangan karena keinginan sesaat, dengan aslan untuk irit biaya, akhirnya film epic tersebut di buat secara serampangan, dan berkualitas rendah. Lagi-lagi...Berkhayal boleh kan?? Kalau Thomas Alva Edison tidak berkhayal, tak akan mungkin kita bisa menikmati terangnya lampu pada malam hari..:) -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe To unsubscribe from this group, send email to rantaunet+unsubscribegooglegroups.com or reply to this email with the words "REMOVE ME" as the subject.