Ado nan dianggap berpura-pura. Dilain pihak ado pulo nan luruih  tabuang dalam 
bersikap. Macam filsafat hidup urang SAMIN nan terkenal itu

Apo Bonaran dan Hakim yang memenangkan Anggodo bisa dianggap Urang SAMIN ??

Karano nalarnyo kurang jalan ?

Salam
TR
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "Dr.Saafroedin BAHAR" <saaf10...@yahoo.com>
Date: Tue, 20 Apr 2010 18:28:07 
To: rantaunet rantaunet rantaunet<RantauNet@googlegroups.com>
Subject: [...@ntau-net] Hentikan berpura-pura, bicaralah lebih lugas, buka 
kulit 
        tanpak isi.

Assalamualaikum w.w. para sanak sapalanta,
Walaupun disajikan dengan gaya cemeeh -- yang khas Minang -- saya rasa kolom 
Buya Ma'arif ini layak kita renungkan baik-baik. Beliau mengingatkan kita bahwa 
bangsa kita adalah bangsa yang suka berpura-pura. 
Mari kita hentikan. Sampaikan apa adanya. 'Call a spade a spade'.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 
 


Bubarkan KPK!
 


Kompas, Rabu, 21 April 2010 | 03:15 WIB
Oleh Ahmad Syafii Maarif
Tentu Anda terkejut mengapa judul artikel ini demikian kejam: ”Bubarkan KPK!”, 
padahal saat proses pembentukannya saya adalah salah seorang anggota panitia 
seleksi bagi lembaga penghalau korupsi itu. Bahkan, beberapa hari yang lalu, 
anggota staf di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 
menghubungi saya dan menanyakan apakah saya bersedia masuk dalam panitia 
seleksi pemilihan ketua KPK, setelah ditinggal Antasari Azhar yang sarat kabut 
hitam itu.
Kepada anggota staf itu saya katakan, jika Presiden tak keberatan saya masuk, 
demi efektivitas kerja KPK, tidak ada masalah. Tahu-tahu Pengadilan Negeri 
Jakarta Selatan malah mengabulkan gugatan praperadilan Anggodo Widjojo dengan 
pengacaranya, OC Kaligis, agar Bibit-Chandra dihadapkan ke pengadilan. Artinya, 
jika itu terjadi, keduanya harus mundur dari jabatan pimpinan KPK.
Inilah sesungguhnya yang sangat diharapkan oleh warga negara busuk yang memang 
tidak rela melihat negeri ini menjadi baik sehingga para koruptor tetap bebas 
gentayangan untuk membobol pematang sawah Republik yang sudah bernapas 
Senin-Kamis ini.
Dengan judul di atas, sayalah sebenarnya yang lebih terkejut, tetapi Anda 
jangan cepat-cepat menyimpulkan sebelum ujung tulisan ini dibaca. Dalam 
lingkungan kultur yang serba tidak jelas, tidak tegas, akan sangat sulit 
dibedakan antara angguk dan geleng, antara iya dan tidak.
Bahkan, yang lebih berbahaya lagi jika dilihat dari sisi nilai-nilai moral 
profetik, keculasan hati seseorang sering benar dibungkus dengan laku dermawan 
dan sopan-santun, pandai bergaul. Lingkungan sekitar akan selalu mengatakan si 
anu itu orang baik, kenapa tiba-tiba dituduh sebagai penggelap pajak, markus 
perkara, dan yang sejenis itu. Semua pada heran dan tak habis pikir.
Namun, jika kita mau melihat lebih dalam dan jernih, dalam kultur yang sudah 
kumuh, sebenarnya gejala yang serba berlawanan itu tidak ada yang aneh. 
Semuanya logis belaka. Bukankah aktor dalam sinetron sering benar memukau 
karena memang dilatih untuk berpura-pura? Indonesia tercinta ini sedang 
diaktori oleh tipe manusia yang mahir ”menanam tebu di bibir, manis di luar 
busuk di dalam”.
Untuk berapa lama lagi situasi menggelisahkan ini harus ditanggungkan oleh bahu 
bangsa yang mulai kropos ini, sementara laku kekerasan semakin marak di 
mana-mana? Tidak jarang, karena sebab sederhana saja, orang dengan mudah 
berkuah darah. Jika perlu berlindung di balik komat-kamit bacaan ayat-ayat suci 
agar borok laku tidak terlalu kentara.
Di mana pemimpin? Pemimpin sudah menjadi makhluk langka di negeri ini. Dari 
tingkat pusat sampai ke lapisan yang paling bawah, tidak banyak perbedaan. Yang 
berkeliaran adalah para penjual obat palsu dengan merek paten. Lalu, di mana 
pula pemimpin agama yang sering berkhotbah di masjid, gereja, pura, klenteng, 
atau di majelis zikir yang mengundang orang sering menangis? Ini pun pertanyaan 
sia-sia.
Melemahkan KPK
Dari sekitar 235 juta penduduk Indonesia, bibit-bibit baik yang moralis tidak 
kurang. Saat yang tepat pasti akan tiba bagi giliran mereka memimpin bangsa 
yang tak putus dilanda musibah ini. Perlu kesabaran dengan sikap kritikal yang 
diperhitungkan. Saat menghadapi suasana yang parah sekalipun, kendalikan emosi 
agar anarkisme tidak merajalela, tetapi pandangan lurus dan tajam ke depan 
jangan sampai terkapar dalam perjalanan. Bangsa ini masih bisa diselamatkan 
selama nurani dan akal sehat jangan dibiarkan mati suri.
Apakah KPK sudah bekerja maksimal selama ini? Sama sekali belum. Bahkan, dalam 
menangani kasus tertentu mungkin sudah berlebihan, seperti keluhan yang sering 
saya dengar dari sejumlah kalangan: birokrat, perbankan, dan dunia usaha. Kata 
mereka tidak mudah melakukan tugas sekarang karena definisi korupsi yang 
multitafsir itu bisa menjerat siapa saja, di hulu dan di hilir.
Daripada tertangkap secara konyol, lebih baik ekstra hati-hati, artinya tidak 
berbuat apa-apa. Sisa anggaran kembalikan saja ke kas negara. Sikap semacam ini 
sama saja dengan membunuh proses pembangunan. Sampai di mana benarnya keluhan 
semacam ini, mohon pihak KPK menyimaknya dengan jujur dan penuh empati. 
Birokrat, bankir, dan pengusaha yang berhati nurani belum punah sama sekali, 
sekalipun nama mereka sering tenggelam ditutupi kelakuan tak senonoh oleh yang 
lain.
Akhirnya, Anda mau tahu posisi saya tentang keberadaan KPK? Formulanya sangat 
sederhana: ”Upaya membubarkan KPK atau melemahkannya bisa berujung dalam jangka 
panjang sama dengan membiarkan negara ini bubar di tangan anak-anak bangsa yang 
telah lupa daratan dan lupa lautan.” Jadi, judul di atas dalam kaidah ushul 
fiqh disebut mafhum mukhalafah harus dimaknai sebaliknya.
Ahmad Syafii Maarif Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah



      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke