Alhamdulillahirobbilngaalamiiin. Yaaa Alllaahhh. Melalui tangan Bp.Dr. H. K. Suheimi kami bagai kan telah diantar ketengah Lautan yang saaangat luas... Luas pandangannya. Sehingga kami banyak dapat mengambil dan mengintrospeksi diri.
Ternyata ya Allaah...Banyak sekali pemberiaanmu yang lupa kami Syukuri. dan juga kami ingkari serta amat banyak larannganmu yang kami masih kerjakan. Yaa Allaaah Terimalah sietiap tetesan air mata kami sebagai tanda penyesalan bagi kami. Ampunilah dosa kami..... Karena kami telah banyak lupa akan Duniawi.... dan kami lupa bahwa Dunia itu dengan segala isinya adalah milikmu. Semoga engkau ya Allah mengirimkan tangan2 yang selalu mengingatkan kami. Akhirnya kepada engkau jualah kami akan kembali. Wassalam. Darius Nurdin ________________________________ Dari: suheimi ksuheimi <ksuhe...@yahoo.com> Kepada: sma1...@yahoogroups.com; RantauNet@googlegroups.com; satria_prihand...@yahoo.co.id; renobu...@hotmail.com; irdhan...@yahoo.com; fora...@yahoogroups.com; herlina_du...@yahoo.com; jaro...@yahoo.com; hariansinggal...@yahoo.co.id; paramitha...@yahoo.com; irsyad_suhe...@yahoo.co.id; xan...@yahoo.com; liputanpa...@yahoo.com; gebril_dau...@yahoo.com; sutanja...@gmail.com; denas...@yahoo.com; youngst...@yahoo.com; faya...@gmail.com; anggotai...@yahoogroups.com; rima_mey...@yahoo.com; irhamsuhe...@hotmail.com; agt_spog...@yahoo.com; iet...@yahoo.com; satriayu...@yahoo.com; syamsu...@yahoo.com; darlis_syof...@yahoo.com; tunakh...@gmail.com; mimiroch...@yahoo.com; rmn...@gmail.com Terkirim: Sab, 15 Mei, 2010 12:16:08 Judul: [...@ntau-net] Bahtera BAGAIKAN BAHTERA DI TENGAH LAUTAN Oleh : Dr. H. K. Suheimi “Maka apabila mereka naik bahtera di tengah lautan luas, mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah mentelamatkan mereka samapai ke daratan, tiba-tiba mereka kembali mempersekutukan Allah”. Surat Al Ankabuut ayat 65. Dengan halus dan manis sekali Tuhan mensitir kehidupan manusia dengan membikin perumpamaan bahtera di tengah lautan luas. Memang dalam mengharungi hidup ini bagaikan bahtera di tengah lautan yang luas. Dihantam oleh gelombang kiri dan kanan, didera oleh hempasan ombak dari muka dan belakang. Ditiup oeh badai dan topan, dipermainkan oleh riak dan gelombang, ditimpa oleh hujan yang lebat, kilat sambung menyambung, halilintar menggelegar bagaikan membelah bumi. Di tengah lautan digelapnya hari, tak satupun bintang yang tampak, tak tentu kemana arah hendak dituju. Disaat manusia tidak menampak jalan, kehilangan arah, dihantam oleh kesulitan dan gelombang kehidupan, biasanya ketika itu manusia bermohon berdo’a kepada Tuhan, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ya Allah andaikan aku selamat sampai ke tanah tepi ya Tuhan, aku akan sungguh-sungguh menjalankan agama-Mu, aku akan taat patuh, semua suruhan-Mu aku kerjakan, dan semua larangan-Mu akan aku hentikan. Tapi begitu merka menginjak tanah tepi, selamat sampai ke daratan, tiba-tiba dengan enak saja mereka berkata, untung ada angin yang membawa bahtera kita ke tepi, kalau tidaklah karena angin, tentu kita masih terkatun-katung di tengah lautan. Sebagian ada yang berkata, untung ada bintang, dengan kelipan bintang kita tahu arah, kemana hendak dituju, kalau tidaklah karena bintang tentu kita tak ada pedoman, atau ada yang berkata, untung ada nahkoda, nahkodalah yang mengiring, sehingga bahtera bisa sampai ke daratan. Kalau kebetulan mereka terkatung-katung di tengah lautan yang luas, kemudian datang kapal lai yang menyelamatkannya, lalu semua mereka akan berkata untung ada kapal asing yang menolong. Saat itu merekapun lupa akan janji yang pernah dilafaskannya, mereka tiba-tiba kembali menjadi musyrik, mereka melupakan Allah. Tidakkah mereka tahu siapakah yang mendatangkan angin?, siapakah yang menerbitkan bintang, dan siapakah yang mengatur nahkoda dan kapal asing itu?. Bukankah semua itu adalah karena Tuhan yang berkehendak demikian?. Dan Tuhan masih mendengar seruan dan do’anya sewaktu mereka dalam kesulitan dan kesusahan?. Lalu Tuhan mendngar do’a itu dan mengabulkannya dengan mengirimkan angin, menerbitkan bintang atau mendatangkan kapal asing. Tapi semua itu dilupakan mereka dan mereka kembali mempersekutukan Tuhan. Dalam kehidupan banyak sekali terjadi contoh-contoh yang demikian. Makanya dengan sangat halus dan manis Tuhan mengungkapkannya dalam surat Al Ankabut ayat 65. Dalam kehidupan sehari-hari sering seseorang berkata pada saya, sewaktu selesai melakukan operasi atau menolong pasien. Untung ada dokter, kalau dokter tidak datang tepat pada waktunya entah kan bagaimana jadinya. Kepada orang berkata demikian selalu say ingatkan, bukan dokter, bukan siapa-siapa, tapi barangkali, sewaktu dalam kesakita itu si ibu, bermohon dan berdo’a, lalu Tuhan mengabulkan permohonannya dengan mengirimkan bantuan-bantuan. Bukankah Tuhan berkata, apabila engkau sakit maka Tuhanlah yang akan menyembuhkan.Maka senantiasa dan selalulah berharap kepada Tuhan, dan bersyukur hanya kepada-Nya. Bermacam-macam cara orang menyatakan kesyukurannya. Agaknya salah satu cara bahwa kita bersyukur dan berterima kasih adalah dengan memakai dan memanfaatkan apa yang diberika seseorang. Sebagai contoh, sewaktu saya pulang dari luar negeri, saya membawa oleh-oleh, baju untuk anak saya . Ternyata baju yang saya berikan itu, selalu dipakai oleh anak saya kemnapun ia pergi. Melihat anak itu selalu memakai hadiah yang saya berikan, hati saya menjadi senang, dan kalau saya pergi lagi, tentu tak lupa saya akan membelikannya baju yang lebih bagus lagi. Tapi jika baju yang saya belikan itu, disimpannya saja, tidak dipakai-pakainya, saya jadi berfikir, mungkin anak itu tidak suka dengan apa yang saya belikan. Atau kalau baju itu dijadikannya untuk melap sepeda atau mobil, atau dijadikannya untuk pembersih lantai, maka hati saya menjadi sedih dan pilu. Kalau nanti saya pergi lagi, anak itu tentu tidak akan saya belikan baju lagi. Nah Tuhan maha pengasih dan penyayang, Dia telah beri kita, lautan, daratan, gunung-gunung, hutan rimba, barang tambang, di darat, di laut, dan di gunung. Tuhan tentu akan senang jika kita memanfaatkan apa yang diberikan Tuhan itu. Kita pergi ke dasar laut untuk menggali kekayaannya, kita daki gunung untuk dimanfaatkan, kita gali barang tambang, dijadikan hal-hal yang bermanfaat. Tapi sebaliknya Tuhan akan marah, jika lautnya dicemari, hutannya dibakar, gunung dan daratannya dirusak. Seperti firman-Nya, kerusakan dimuka bumi ini adalah akibat ulah tangan-tangan manusia. Tangan-tangan yang merusak yang membuat kezaliman diatas bumi inilah yang dibenci Tuhan, bagi mereka disediakan azab yang pedih. Seperti firman-Nya ; jika kamu mensyukuri nikmat Ku pasti akan aku tambah-tambah nikmat itu. Sebaliknya apabila engkau engkari, ingatlah azab-Ku sangat pedih. Satu kali saya teringat akan nasib seekor serangga yang terperangkap masuk sarang laba-laba, mati-matian serangga ini berusaha melepaskan diri dari benang-benang kusut yang dibikinnya sendiri, semakin dia bergerak semakinlah dia terikat dan tertambat, sampai dia tak berdaya lagi. Disaat dia sudah tidak berdaya itu, waktu itulah laba-laba datang akan menerkam mangsanya itu. Dusaat itulah saya ambil sebuah lidi, dengan lidi itu saya putuskan satu persatu benang laba-laba itu. Sehingga serangga itu terlepas dan dia terbebas dari cengkraman maut. Tapi apa kata serangga yang sudah terlepas itu? Untung ada lidi katanya, lidilah yang telah menyelamatkan jiwaku, dia sujud menyembah lidi, dan dia berterima kasih sekali kepada lidi. Sebagai seekor serangga, yang badannya kecil, kepalanya kecil dan matanya juga kecil, pandanganya hanya terbatas pada lidi, dan dia yakin karena lidi yang bergerak itulah yang menolongnya. Padangannya tidak sampai kejari-jari yang menggerakan lidi, bahwa jari-jari itu digerakan oleh otot dan syaraf, bahwa jari itu tergantung pada sebuah lengan, lengan itu tergantung pada bahu, dan bahu itu ada pada tubuh seorang manusia. Pandanganya lebih tidak sampai lagi kepada otak yang memerintahkan, dan otak itu sendiri ada sesuatu diatas sana yang memerintahnya. Hidup ini bagaikan seekor serangga, mula-mula kita berpandangan sempit, tapi lama-lama kita tahu, bahwa sesuatu itu bergerak dan sesuatu itu terjadi adalah karena kekuasaan Allah. Kepada-Nyalah kita menyembah dan kepada-Nya pula kita minta tolong, bukan kepada siapa-siapa. Untuk semua itu agaknya perlu kita simak sebuah firman suci-Nya dalam surat Al Anfal ayat 17 : ” Maka ( yang sebenarnya ) bukan kamu yang membunuh mereka,akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar. ( Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka ) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. Terima Kasih Prof.H.K.Suheimi, SpOG(K) -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe