Limau Kacang... Limau Kacaaannnggg....
Limau Kacang baru tiboooooo...

Seorang penjual jeruk di Pasar Raya Padang di depan Blok A bersorak dengan
penuh semangat. Ambo tertegun. Limau Kacang?
Lah lamo bana rasonyo ambo ndak mandanga dan maliek urang manjua limau
kacang...

Dulu...  waktu kami masih ketek-ketel, satiok kali nenek di Bukittinggi
pulang ke Maninjau pasti mambaokkan kami sekantong gadang limau kacang.
Jeruk manis khas dengan kulit tipis yang tidak mudah robek, berbau harum
segar yang khas, dan buahnya yang manis kamek dan tidak gampang lunak ko
rasonyo juo indak ambo temukan di tempat lain di luar Sumatera Barat.
Walaupun kulitnya sudah kelihatan kering, tetapi isinya tetap saja penuh air
dan manis. Almarhumah nenek Bukittinggi dulu sering bilang, Limau Kacang
adalah jeruk manis kebanggaan minang, yang rasa dan manisnya sanggup
mengalahkan jeruk-jeruk lain. Memang limau kacang dulu di kenal dengan jeruk
nomor satu di ranah Minang.

Dulu... Setiap pasar di Bukittinggi di hari Rabu dan Sabtu, ratusan
petani-petani jeruk dari Kamang dan sekitarnya akan berjejer sepanjang rel
kereta api sejak dari pasar bawah sampai ke arah stasiun menjajakan hasil
kebunnya. Bahkan jejeran lapak-lapak itu sampai ke halaman rumah mak tuo
(bako) tempat saya tinggal di sebelah Mesjid Agung tengah sawah. Setiap
Selasa dan Jumat sore, kami akan susah belajar karena di seberang jalan di
sepanjang rel kereta, orang-orang sibuk membuat kotak-kotak kayu untuk
'container' jeruk-jeruk yang akan dikirim ke daerah lain saat hari pasar
keesokan harinyo. Dan jenis jeruk yang nomor wahid adalah limau kacang ini.

Ketika ratusan hektar kebun jeruk di Kamang dan sekitarnya itu secara
serentak diserang hama dan mati sekitar awal tahun 1990-an, hasil panen
berupa jeruk-jeruk manis  itu juga hilang dari peredaran. Tidak ada lagi
masyarakat berjualan jeruk hasil panen mereka di hari Sabtu dan Rabu di
sepanjang rel kereta. Sejak saat itu pula rasanya jeruk jenis khusus yang
dinamakan jeruk kacang ini sepertinya hilang dari pandangan mata.

Di saat yang sama, jeruk-jeruk dari luar mulai masuk ke Sumatera Barat.
Mulai semaraknya mall, supermarket, fruit shop dan lain-lain membuat
masyarakat kita mulai mengenal jeruk-jeruk yang didatangkan dari daerah
lain, sejak dari jeruk Madu, jeruk Medan, jeruk Brastagi, jeruk Australi
sampai jeruk Mandarin. Tak lama kemudian bermacam jeruk itu juga di jual di
pasar-pasar tradisional. Secara bertahap masyarakat mulai melupakan Limau
Kacang yang merupakan jeruk dengan kualitas yang sangat bagus yang pernah
tumbuh dan jadi primadona di daerah minang. Ya... limau kacang
kemudian benar-benar hilang...

Itulah sababnyo, katiko tadi siang, ambo dan salah seorang keponakan ka
Pasar Raya, begitu mendengar seorang penjual jeruk berteriak "Limau Kacang",
otomatis langkah ambo menuju ka situ. "Kita beli limau kacang ya", ajak ambo
ka keponakan dari rantau dan kurang bisa berbahasa minang seutuhnya.
"Lho,..., kita kan sudah beli jeruk..." katanya bingung. Ambo tagalak,
"Nggak apa-apa, kita beli lagi aja... ".

Sambia sibuk memiliah-miliah limau nan ka dibali, ambo asyik batanyo ka
penjual, limau kacang ko didatangkan dari ma? Ternyata menurut si penjual,
sekarang perkebunan limau kacang sudah ada di Solok. Mereka mulai panen
perdana, itulah sebabnya limau kacang yang dihasilkan belum seberapa. Si
penjual juga bacarito bahwa dari pagi, nan lebih banyak mampir di lapaknya
untuk belanja hanyalah orang-orang dewasa. Tidak ada remaja yang 'ngeh'
dengan teriakan limau kacangnya, padahal harga yang ditawarkan tidak lebih
mahal. Ambo tersenyum, mungkin memang anak-anak remaja belasan tahun tidak
begitu tahu kelebihan limau kacang, karena selama ini limau kacang memang
menghilang.

Keponakan ambo juo bingung, inyo taruih batanyo, "Masak sih, yang kita beli
jeruk dengan kulit yang masih hijau begini"?  Ambo kecekkan: " Sudah lumayan
matang kok... kupas saja, akan terlihat isinya yang oranye segar... :)
Kalau melihat limau kacang, apalagi yang baru dipetik, kadang kita melihat
kulitnya sedikit kusam dan kasar, tapi isinya bagus. Yah, kadang mirip
rambutan Rafi'ah lah, kalau kita hanya melihat kulit hijaunya, akan malas
rasanya membeli, tapi kalau sudah tahu betapa manisnya, walaupun harganya
sedikit lebih mahal, tetap akan dicari"... ambo jalehkan ka keponakan
dengan panjang lebar, sahinggo si penjual galak-galak mandanga 'promosi'
ambo. "Yo buk... memang baru di panen kapatang..." sambung si penjual
manarangkan. Kalau dibiakan dulu agak 2 - 3 hari, nantik batambah manih...

Keponakan ambo manggut-manggut, baitu dicubonyo, langsung mengangkat jempol.
"Eh, benar... limaunya enak sekali, lebih bernas, dan manis".... Kami
akhirnya mambali langsung 4 kilo, apolai haragonyo juo indak begitu
maha. Kebetulan si penjual limau yang menjual limau kacang siang tadi juo
hanyo ado satu-satunyo, dan bersaing diantara puluhan penjual jeruk lainnyo.
Penjual itu juo mangatokan, setelah panen kiniko , akan ada waktu beberapa
jeda menunggu jeruk belajar berbuah maso berikutnyo...

Yah... Semoga suatu saat limau kacang kembali memasyarakat, dan jadi tuan
rumah di kampungnya sendiri, di ranah Minang... Selanjutnya, jika didukung
oleh pihak-pihak terkait, terutama dari produksi dan marketing strategy nya,
bukan tidak mungkin ia juga mampu bersaing dalam lingkup yang lebih global..


Wassalam,

Rita Lukman,
---sudah makan bubua kacang padi,  limau kacang pulo nan kini sadang
batabeh.
Yo bana di muko latak paruik nampak nyo mah... :)

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke