Buku Ajo Suryadi, Warga RN "Syair Lampung Karam" yang diulas oleh Damhuri
Muhammad, yang juga warga RN di Harian Kompas Minggu, 19 September 2010

3985579p.jpg

Minggu, 19 September 2010 | 04:26 WIB

DAMHURI MUHAMMAD

 

Lebih dari seribu kajian tentang letusan Krakatau telah ditulis, baik oleh
ahli geologi, vulkanologi, metereologi, maupun oseanografi. Bermunculan pula
sejumlah prosa karya seniman Eropa dari tahun 1889 hingga 1969, juga
beberapa film yang menggambarkan bencana akbar itu. Akan tetapi, kajian dan
karya seni dengan sudut pandang penduduk lokal masih langka.

 

Buku Syair Lampung Karam karya Suryadi ini pantas disebut sebagai penemuan
yang mengejutkan. Ahli filologi dan peneliti sastra klasik di Universitas
Leiden ini menemukan naskah usang mengenai peristiwa letusan Krakatau 1883,
bertajuk Syair Lampung Karam (SLK) karya Muhammad Saleh, diterbitkan di
Singapura pada akhir abad ke-19.

 

Suryadi mencatat, SLK pernah terbit dalam bentuk litografi (cetak batu)
dengan aksara Arab-Melayu sebanyak 4 kali. Edisi 1 berjudul Syair Negeri
Lampung yang Dinaiki oleh Air dan Hujan Abu (1883/1884) kini tersimpan di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dan The Russian State
Library, Moskwa.

 

Edisi 2, Inilah Syair Lampung Dinaiki Air laut (1884), juga tersimpan di
PNRI. Edisi 3, Syair Lampung dan Anyer dan Tanjung Karang (1886), tersimpan
di Cambridge University Library, dan edisi 4, Inilah Syair Lampung Karam
Adanya (1888), penyalinnya Encik Ibrahim dan penerbitnya "Al-Hajj Muhammad
Tayib" di Singapura, tersimpan di PNRI, Perpustakaan Universitas Leiden,
SOAS University of London, Universiti Malaya dan dalam koleksi kitab-kitab
Melayu milik penginjil Methodist Emil Luring di Frankfurt, Jerman.

Syair kewartawanan

 

Muhammad Saleh berasal dari Tanjung Karang (Lampung), tempat ia secara
langsung menyaksikan bencana letusan Gunung Krakatau pada 1883. Awal mula
hamba berpikir/Di Tanjung Karang tempat musyafir (bait 4). Namun, dia
menulis SLK di Kampung Bengkulu (kini Bencoolen Street) Singapura. Di
Singapura duduk mengarang/Di Kampung Bangkahulu disebut orang (bait 369).
Boleh jadi ia salah seorang pengungsi dari Lampung yang menyeberang ke
Singapura selepas bencana. Orang banyak nyatalah tentu/bilangan lebih
daripada seribu/mati sekalian orangnya itu/ditimpa lumpur, api dan abu (bait
128). Demikian salah satu potret suasana setelah letusan Krakatau dalam SLK.

 

Sejumlah peneliti menyebutnya "syair kewartawanan", semacam laporan
pandangan mata tentang sebuah peristiwa, sebagaimana kerja jurnalistik masa
kini. Namun, aspek khayali (imajinasi) dan efek dramatik tentu tak lepas
dari kerja kepenyairan. Tak diragukan bahwa SLK bersandar pada fakta-fakta
di seputar peristiwa letusan Krakatau 1883. Namun, penyair biasanya tidak
semata-mata menyalin rupa peristiwa. Mata kepenyairan lebih menukik pada
labirin suasana hati saat berhadapan dengan fakta (bukan fakta itu sendiri),
atau yang disebut "stimmung" oleh filsuf eksistensialis Jerman, Martin
Heidegger (1889-1976).

 

Tengoklah pengakuan Muhammad Saleh pada bait 2: Fakir yang daif dagang yang
hina/mengarang syair sebarang guna/sajaknya janggal banyak tak kena.
Ungkapan perihal kekhilafan yang bisa saja terjadi. Lagi pula, bukankah teks
sastra terikat pada bahasa yang digunakannya? Sementara realitas itu semakin
dibahasakan, bukan semakin terang, tetapi justru semakin menyusut. Itu
sebabnya Ludwig Wittgeisten (1889-1951) mensinyalir bahwa bahasa bersifat
"sewenang-wenang" terhadap realitas.

 

Gugatan kebenaran

 

Lalu, argumentasi apa yang dapat memperkuat hipotesis bahwa SLK bisa
ditempatkan sebagai dokumentasi historis tentang letusan Krakatau? Sementara
dalam ulasannya untuk bait penutup-Kerana hati gundah gulana/Terlalu banyak
pikir kiranya/Terkena demam hampir matinya-Suryadi mengakui, tak ada jaminan
apa yang digambarkan penyair sepenuhnya benar sebab dalam sastra selalu
terbuka ruang untuk berimajinasi (hal 18).

 

Pada bait 235, penyair bahkan menegaskan permohonan maaf bila
penggambarannya tentang peristiwa penting itu salah: Sekadar itulah hamba
sebutkan/Kabar yang betul hamba katakan/tetapi tidak dengan
penglihatan/Jikalau salah Tuan maafkan. Terbuka kemungkinan bahwa beberapa
bagian dari 375 bait dalam SLK bukan sebagai laporan pandang mata, tetapi
sebatas tafsir terhadap cerita yang didengar penyair dari sumber tertentu,
sebagaimana diakuinya pada bait 84: Neneknya sendiri yang membilang/Bukannya
hamba mengarang-ngarang.

 

Kesulitan menjangkau rujukan faktual dari naskah kuno berupa teks sastra
pernah pula dialami Henri Chambert-Loir (2009) saat menelaah Hikayat Nakhoda
Asik (HNA) dan Hikayat Merpati Mas, terbit pada paruh kedua abad ke-19.
Rujukan geografis dalam kedua teks itu kabur. Hanya ada satu unsur yang
dipertahankan pengarang-itu pun hanya dalam HNA-yaitu laut. Namun 'laut' di
sini sukar ditimbang sebagai rujukan geografis karena lebih terasa sebagai
laut simbolik. Hikayat Merpati Mas juga menggambarkan tentang sebuah negeri
yang dilanda petaka. Pada suatu malam datanglah air dari sebelah wetan,
gemuruh suaranya, maka segala isi negeri habislah, ada yang berlari ke sana
kemari, ada yang mencari pohon yang tinggi-tinggi. Menurut Henri, teks ini
erat kaitannya dengan SLK.

 

Ketimbang menegaskan bahwa Hikayat Merpati Mas mengandung fakta-fakta
tentang letusan Krakatau 1883, Henri hanya merujuk pada SLK yang berusia
lebih tua. Lagi pula, siapa yang menjamin tidak akan ditemukan lagi naskah
yang lebih tua? Maka, daripada memartabatkan SLK dalam kerangka kerja
historiografi, akan lebih bebas risiko menempatkannya sebagai teks yang
menjalankan fungsi konservasi terhadap sebuah kenangan yang mengharukan,
tentang bencana besar yang pernah melanda negeri ini, agar kita tak lupa,
tak lena, dan selalu waspada.

 

Damhuri Muhammad Cerpenis

 

http://cetak.kompas.com/read/2010/09/19/04265855/letusan.krakatau.dalam.syai
r.melayu

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

<<image001.jpg>>

Kirim email ke