Gempa besar 30 September 2009, setahun yang lalu, mengingatkan kita bahwa
musibah datang semata-mata atas kehendak Allah, untuk menguji umatNya. 

"Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah bagi kami... (QS. 09, At Taubah:51). Firman Allah pula
menyatakan, "... tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali
dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia
akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala
sesuatu... (QS. 064, At Taghabun:11). 

Musibah sesungguhnya ujian yang datang dari Allah. Musibah hakikatnya sapaan
dari Allah. Apakah manusia akan menyahutinya dengan ratapan, atau akan
menerimanya dengan harapan. Ujian musibah itu tetap datang kepada setiap
manusia, kapan saja dan di mana saja. Setiap musibah, bila dilihat dengan
kacamata iman, ia adalah takdir atau ketentuan Allah. Segala sesuatu yang
terjadi, semata atas izin dan ketentuan Allah. Tanpa izin dan ketentuan-Nya
tidak mungkin musibah itu terjadi. 

Sesungguhnya umat manusia, dibekali dengan kekayaan ilmu dan kekayaan iman,
bahwa alam serta semua isinya adalah milik Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Umat manusia menjadi umat paling beruntung (khaira ummah). Mereka tidak
mempunyai kecemasan berlebihan dalam hidupnya, ketika bersandar kepada
keesaan Allah. Wahyu Allah memberi dorongan kepada manusia untuk memperdalam
pemahaman, sehingga mampu membaca setiap perubahan zaman dan pergantian
masa. 

Penelitian dan penganalisaan ilmu akan dapat mendalami satu fenomena ke
fenomena berikutnya dari alam. Melihat musibah dari sisi sebab akibat,
ternyata ada beberapa faktor penyebab datangnya musibah itu. Mungkin sekali
karena kurang mengamalkan perintah Allah. Di antaranya tidak mau peduli
(sedekah) atau kurang mengindahkan lingkungannya. 

Musibah sering terjadi ketika manusia terlalu cinta dan sayang terhadap
hartanya. Sehingga ia menjadi manusia kikir. Sepintas lalu, bersedekah itu
memang mengurangi harta kekayaan dalam bilangan. Namun hakikinya, sedekah
itu justru membawa keberkahan, bahkan menambah kekayaan lebih banyak dan
menghindari musibah. Seseorang yang senang bersedekah dan peduli sesama,
akan dicintai dan didukung oleh lingkungannya. Tidak hanya oleh manusia
tetapi juga oleh alam kelilingnya. 

Sekelompok komunitas yang suka bersedekah (peduli) dengan umpamanya menanam
pohon disekitar hutan di keliling tempat tinggalnya, akan dijaga oleh alam
dari bahaya banjir dan longsor. Ini hanya satu contoh kecil saja. Bahwa
orang yang kikir, enggan bersedekah baik dengan hartanya maupun dengan
tenaganya untuk kepentingan ummat, menyebabkan ia dijauhi. Bahkan didekati
oleh bencana.

Dengan demikian, maka kekikiran (kebakhilan) membuka jalan bagi datangnya
musibah. Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah itu akan menutup tujuh puluh
pintu keburukan (musibah). (HR. Ath Thabrani). 

Allah berfirman: "Apa saja yang telah kalian nafkahkan (infaqkan) Allah akan
menggantinya". (Q.S. As Saba': 39).
Dalam pandangan akhlak agama, musibah dapat ditimpakan oleh Allah, karena
kurangnya bersilaturahim. Putus atau lemahnya tali persaudaraan. Silaturahim
merupakan amal yang diwajibkan dalam ajaran Islam. Karenanya, hal itu harus
masuk ke dalam agenda hidup kita. Ini dikarenakan silaturahim itu akan
menumbuhkan kasih sayang yang mendalam di antara ummat. Dengan kasih sayang
itulah persaudaraan dan persatuan dapat dibina, kedengkian dan kebencian
dapat diobati, serta segala macam bencana dapat dihindari dan diatasi.

Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang ingin diluaskan
rezkinya dan dipanjangkan umurnya maka hubungkanlah tali silaturahim
(persaudaraan)". (HR. Bukhari dan Muslim). Musibah dapat datang karena
tingkah laku manusia itu sendiri. Musibah datang karena melupakan Allah dan
lalai atas segala perintah-perintah-Nya. Allah SWT berfirman: "maka tatkala
mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa".
(Q.S. Al An'am: 44). 

Musibah datang karena manusia berbuat kerusakan. Musibah juga sebagai
teguran Allah, untuk menyadarkan manusia akan kelalaiannya. 

Marilah senantiasa hindari semua musibah dengan mendekatkan diri dan taat
kepada Allah SWT. Selalulah Berhati-hati dan Waspada setiap saat. Selalu
Berusaha dan Berharap. Tidaklah seorang manusia mengetahui kapan kematian
datang menjelang. Kita juga tidak tahu bila musibah itu tepatnya akan tiba.
Ketidak tahuan manusia ini, mewajibkan untuk bersiap diri setiap waktu.
Kehidupan dunia seakan sebuah pentas permainan, jika sudah selesai,
panggungnya akan bubar dan ditinggalkan. 

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.., sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". (QS.3,Ali
Imran:185). 

Manusia dengan mengamalkan wahyu Allah, akan memiliki identitas, dan
kekuataan, dengan berserah diri kepada Allah Maha Khaliq serta menjaga
kebersihan dirinya. 

Ikhlas itu adalah pertanda bersih hati. Islam menekankan tidak hanya
kebersihan badan (jasad) semata, tetapi juga kebersihan dan kesucian rumah
dan pekarangan serta lingkungan sekitar. Kebersihan dan kesucian badan.
Kebersihan dan kesucian pakaian. Kebersihan dan kesucian makanan. Kebersihan
serta kesucian jiwa dan raga. Kebersihan jalan. Rasulullah SAW mengancam
setiap orang yang membuang sampah, membuang bangkai binatang atau apa saja
yang dapat mengganggu jalan umum yang dilalui orang banyak. Ingatlah!
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang menyintai kebersihan.

Seorang dapat dikatakan 'orang baik' apabila pergaulannya dan hubungan
dengan tetangga yang berada di lingkungannya baik. Dan jika sikap, tingkah
laku dan prilakunya selalu meresahkan tetangganya, maka orang itu sangat
dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT. Rasulullah SAW menegaskan "tidak dapat
masuk sorga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya".
(H.R. Muslim). Apabila wasiat-wasiat Rasulullah berkenaan dengan masalah
tetangga ini terealisir (terwujud) dalam kehidupan bermasyarakat, niscaya
komunitas manusia atau masyarakat tersebut akan menjadi sebuah keluarga yang
satu, yang selalu komitmen dalam kebaikan dan taqwa. 

Dengan demikian amar ma'ruf nahi munkar akan terwujud. Terciptalah sebuah
masyarakat yang rukun, damai, aman, dan penuh dengan keharmonisan dan sopan
santun penduduknya. (*)

http://www.hariansinggalang.co.id/sgl.php?module=detailberita&id=925

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Reply via email to