Ass.ww.
Masyaallah............apakah berita yang diberitakan BBC ini benar-benar 
seperti itu kejadiannya, atau jangan hanya sebuah Propaganda negara-negara  
Barat yang dengan segala daya upayanya ingin menghancurkan negara-negara Muslim 
termasuk Iran yang merupakan salah satu negara yang kuat, "punya harga diri", 
tidak mau tunduk dan diatur oleh Amerika dan sekutunya.

Tetapi yang jelas  menurut kawan-kawan ambo nan tinggal di Eropah bahwa di 
beberapa negara Eropah  PROSTITUSI ini berlangsung terang-terangan dan legal  
sebut saja kawasan Red Light di Amsterdam, Belanda (apo batua iko dunsanak 
Suryadi nan di Balando?)
Katanya perempuan--perumpuan telanjang  dengan berbagai perawakan dan gaya yang 
Erotis ("mohon maaf sesungguhnya kata-kata ini tidak sopan dan pantas") 
dipajang dalam ETALASE kaca. berjejer di sepanjang kawasan tersebut. Begitu 
juga dengan Red light (hot spot) di Berlin Jerman ataupun di Frankfurt yang 
lokasinya tidak jauh dari Frankfurt Main Banhoff (stasiun kereta api utamanya 
Frankfurt) di Jerman. 

Ya Allah jan tajadi pulo fenomena sarupo iko di kampuang awak Ranah Minangkabau.

Wassalam,
R. Pitopang
Palu-46 thn


--- Pada Sab, 9/10/10, Syofiardi BachyulJb <bach...@yahoo.com> menulis:

Dari: Syofiardi BachyulJb <bach...@yahoo.com>
Judul: [...@ntau-net] Soal Protitusi Belajarlah dari Iran
Kepada: rantaunet@googlegroups.com
Tanggal: Sabtu, 9 Oktober, 2010, 11:48 AM

Dunsanak palanta RantauNet,Iko ado tulisan Emeraldy Chatra yang mungkin menarik 
didiskusikan tentang penanganan prostitusi. Tulisan ko ambo kopikan dari FB 
beliau.

Wassalam,
Syofiardi (40/Padang)


Soal Protitusi, Belajarlah dari IranOleh Emeraldy Chatra BBC
 6 Juli 2000 mengutip laporan mencengangkan dari Mohammad Ali Zam, 
Kepala Bagian Budaya dan Artistik Tehran, Iran. Menurut Ali Zam angka 
prostitusi di Iran meningkat secara dramatis antara tahun 1998-1999 
yaitu 635% dan angka bunuh diri melebihi 109% ! Dilaporkan juga usia 
rata-rata pelacur turun dari 27 ke 20 tahun dalam lima tahun. Sedangkan 
pencandu obat terlarang lebih dua juta orang. Laporan Iran
 Press Service 29 Juli 2005 tidak menggambarkan kondisi moral yang lebih
 baik, bahkan sebaliknya. Dilaporkan, menurut pengamatan para Mullah 
usia rata-rata pelacur sudah jauh lebih muda. Mayoritas berusia antara 
12 dan 25 tahun. Dari 100 orang pelacur 60% adalah ibu rumah tangga. Kini Iran 
tidak hanya repot karena pelacuran, tapi juga wabah HIV/AIDS. Ribuan 
penduduknya telah terinveksi dan sekarat. Kalau
 yang dibicarakan bukan sebuah negara berlandaskan agama (Islam) 
data-data diatas tidak cukup membuat risau. Sejak revolusi 1979 Iran 
berubah status jadi negara Islam dan menerapkan hukum Islam secara 
ketat. Perempuan-perempuan diwajibkan memakai jilbab, pezina dihukum 
cambuk dan rajaman batu. Tidak sedikit pula yang masuk penjara lantaran 
melanggar hukum (agama). Akibatnya, ramai-ramai aktivis HAM dan 
perempuan Barat mengecam pemerintah Iran dengan kata-kata pedas. Ternyata
 keketatan hukum tidak menjamin tercapainya tertib sosial yang 
diimpikan. Apa yang terjadi di Iran sungguh sebuah ironi, sekaligus 
cermin bagi pemerintah negara atau daerah lain dalam upayanya mengatur 
prilaku masyarakat. Jangan sekali-kali menyangka sikap terlalu keras 
terhadap masyarakat akan membuat situasi moral jadi lebih baik. Ada
 contoh lain tentang reaksi negatif terhadap ‘sikap keras’. Tahun 90-an 
Amerika Serikat dibuat ciut oleh berbagai kasus HIV/AIDS. Secara reaktif
 kampanye anti HIV/AIDS digelar di seluruh penjuru negara. Anak-anak 
muda dijadikan sasaran kampanye karena mereka paling bebas melakukan 
aktivitas seksual dan beresiko tertular virus HIV. Tapi, seperti 
dikatakan James Lull (Media, Communication, Culture: A Global Approach, 2000),
 alih-alih mengurangi kebebasan seksual, tahun 1996 jumlah remaja putri 
Amerika Serikat yang melakukan seks bebas  malah meningkat tajam. Sikap, aturan 
terlalu keras dan kampanye berlebihan rupanya menimbulkan efek balik (boomerang 
effect).
 Ketakutan berlebihan berujung pada keberanian. Perempuan-perempuan Iran
 yang kini berkeliaran menjajakan tubuhnya disepanjang jalan tidak lagi 
takut pada hukuman cambuk atau rajam. Remaja putri AS tidak lagi takut 
mati terinveksi HIV dan mempertinggi intensitas kebebasan mereka. Respon
 terhadap tekanan berlebihan dapat melahirkan ideologi yang melekat pada
 golongan tertentu dalam masyarakat. Perlawanan tidak lagi semata 
tindakan sporadis, tapi dianggap sebagai identitas. Anak-anak muda dapat
 saja menjadikan seks bebas sebagai bentuk perlawanan terhadap kemapanan
 atau ideologi penguasa yang mereka nila sok puritan. Jadi seks bebas 
bukan lagi sekedar untuk bersenang-senang. Kalau sampai ke titik ini, tentu 
sangat berbahaya. Prilaku ideologis jauh lebih susah merubahnya daripada 
prilaku instinktif. Di
 Iran sekarang diperdebatkan sebuah konsep baru – sekaligus sangat 
kontroversial -- untuk mengatasi prostitusi. Ada gagasan membuat chastity house,
 rumah bordil Islami. Inilah uniknya Iran. Mullah di negara itu terbuka 
terhadap gagasan baru yang fungsional, meskipun sikap mereka juga sangat
 kritis. Sebelumnya kawin kontrak atau mut’ah (sighe
 dalam bahasa Iran) dipromosikan pemerintah untuk mengurangi kebebasan 
seksual. Mantan Presiden Iran Hojatolislam Ali Akbar Hashemi Rafsanjani 
menjadikan sighe sebagai poin penting dalam kampanyenya ketika pemilihan
 presiden. Kata Rafsanjani, “Kawin sighe adalah jawaban yang efisien 
terhadap masalah hubungan seksual pra-nikah”. Namun 
ternyata sighe belum menjadi jawaban akhir, karena sighe sebenarnya 
hanya untuk orang-orang yang takut kepada Allah. Mereka yang tidak takut
 tetap memilih jalan zina. Lagipula faktor kemiskinan dan peredaran 
narkotik yang meluas membuat upaya pemerintah melawan pelacuran nyaris 
tidak berarti. Tulisan ini pernah dimuat di harian Padang Ekspres

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke