Pertanyaan telah menuai jawaban berbagai argumentasi telah bermunculan walau 
akhirnya kembali pada invidual masing masing untuk mematut matut. semua alasan 
adalah benar tak ada  jawaban yang salah karena hidup adalah soal pilihan 
terbaik

Kalau saya lihat diri sendiri sepertinya ada dua hal mendasar yang disampaikan 
beberapa sanak RN.

- culture shock (network, kemudahan )
- harta Pusaka, kekeluargaan dan tanggung jawab

Saya secara personal saya akan melihat apakah ini juga jadi kendala saya:
- culture shock: 
Jawaban saya adalah "Tidak" karena perjalanan hidup telah merlatih diri saya 
untuk cepat beradaptasi dengan linkungan mulai dari yang paling extreem  suhu 
minus 40C/F diujung Alaska sampai teriknya panasnya Afrika. Antara gulungan 
ombak setinggi rumah atau  kesendirian dibawah kolong jembatan dengan redup 
lampu lampu bongkaran. Sepinya kamar hotel bintang lima berbagai negara dan 
sunyinya memetik kopi didusun terpencil ogan komering hulu. Nikmatnya keramaian 
di time square di New York serta gundah nya hati mendengar suara klakson di 
Victoria Island Nigeria. Manisnya anggur negeri negeri eropah, Indahya melempar 
bumerang di Selatan Austarlia serta riuhnya kehidupan malam Las Vegas. Pada 
akhirnya saya harus menjawab sebuah pertanyaan pada diri saya sendiri : "Apa 
yang kau cari (Nen) Zulkarnain Kahar"
  
- harta pusaka, kekeluargaan dan tanggung jawabPersepsi saya yang salah. Rumah 
tempat saya lahir, Ladang, sawah dan parak  yang pernah mengisi mulut saya 
untuk 
menghentikan tangisan ketika balita  kini terlantar tak ada kerabat keluarga 
terdekat (nan kanduang) yang mendiami atau yang mengurus dan ini akan hilang 
untuk selamanya. Diantara keraguan akan tanggung jawab atau menutup mata toh 
itu 
bukan hak milik saya kata sang  istri yang bukan berasal dari Minang dan anak 
anak yang juga lahir dan besar dirantau juga ikut protes. Mereka benar kalau 
kalau berbicara memakai logika, tapi kehidupan tidak mati dengan logika. Dan 
bukan pula matematika sederhana,  ia lebih rumit dari rumusnya si rambut kribo 
tak jadi.

Hari hari saya berjalan dengan kebimbangan, kadang seolah terdengar kembali 
suara para almarhumah nenek nenek saya. "Dulu rumah ini dibangun oleh seorang 
mamak kami yang merantau  ke betawi, sayang rumah belum selesai tak  dia sudah 
meninggal"  dan sang mamak tak pernah melihat atau  tinggal dirumah yang 
dibiayainya. Sampai kedua nenek2 itu saya gendong ke liang kubur sang rumah itu 
tak pernah selesai bahkan makin lapuk hanya menunggu saat saat untuk bersatu 
dengan tanah. Mamak2 generasi berikutnya sibuk bertarung dengan kehidupan 
masing2 sampai akhir hayatnya.

Kini yang tinggal hanya ada dua laki laki yang lahir dari rumah 
tersebut saya dan adik saya dan diapun sudah membangun kehidupan di rantau. 
Tidak ada saudara perempuan. Kalau boleh menyebut diri sendiri, saya adalah 
mamaknya sang rumah, parak, sawah dan ladang. Inilah dasar alasan saya pulang 
kekampuang di tahun 2006 menebus kembali tanah2 yang tergadai dan kini 
menyelesaikan rumah yang belum selesai. Membenahi  parak yang terlantar. Dan 
ini 
tidak mudah bila dilakukan dari balik bumi. Sebagai mamak angkatan diri 
sendiri, 
 saya sudah bertekad penuh selagi saya hidup saya akan menjadi satpam dan 
memastikan tidak satu incipun tanah akan terjual, tergadai atau hilang.

Satu satunya perempuan yang lahir dirumah yang saya mamak-i sekarang selain ibu 
saya adalah  etek saya dari lain nenek yang juga sudah berkali kali saya bujuk 
untuk pulang dan menetap dirumah dan akan saya support penuh secara financial 
tapi beliau tidak pernah mau pulang dari rantaunya di Medan. Walau akhirnya 
saya 
harus membantu juga kehidupannya di rantau setiap bulannya karena ada rasa 
tanggung jawab. Kota Medan telah mamakan banyak korban keluarga kami. Tak ada 
yang mau lagi pulang kalau sudah minum air Simpang Limun.

At the end of the day, I wanna go home to be a security guard. Semoga Allah SWT 
mengabulkan niat ku. Gengaman kuat tangan kedua nenek saya di saat saat akhir 
hayatnya yang tanpa kata kata kini seolah bermakna "I trust you".  



Wassalam, dan terima kasih semua... sampai ketemu di Maninjau  in 2015

Zulkarnain Kahar

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Reply via email to