Assalamualaikum wr wb

Ketika berwisata dengan KB RN ke Sikuai tentunya saya menyempatkan diri ke 
rumah 
dan melihat orang tua saya, di hari Minggu sore setelah pulang dari Sikuai 
Resort saja jumpa orang tua saya yang kami panggil Papa, diberanda rumah 
tertarik juga saya sedikit mewawancarai atau menyakan keikutsertaan dan suka 
duka papa saya yang juga bagian dari PRRI. Ini sekedar berbagi saja saya 
sendiri 
tidak terlalu dalam pengetahuan, wawasan saya seputar PRRI tapi setelah ikut 
menjadi anggota RN sungguh bertambah dalam wawasan saya apa dan bagaimana 
seputar PRRI dengan berbagai cerita anggota RN semua baik itu tulisan sejarah 
yang otentik, wawancara lansung dengan pelakunya atau cerpen2 fiktif yang 
sekiranya mengambil setingan jaman bergolak tersebut.

Begini kisah Papa saya

Papa saya  H. M Djuli sejatinya lahir tanggal 21 Juli 1928 tapi secara legal 
formal dalam catatan sipil terlahir tanggal 21 Juli 1933 dan itu tidak aneh 
lagi 
pada jaman beliau "umur dimudakan" untuk alasan sekolah dan lain sebagainya 
pada 
jaman beliau. Terakhir papa saya adalah pensiunan PNS di Kantor (Dinas) urusan 
perumahan Kodya Padang (dulunya dibawah Dept Sosial), tentunya usia beliau saat 
ini 82 Tahun ++, Alhamdulillah beliau masih sehat untuk ukuran seusianya dalam 
arti belum pikun masih kuat berjalan kaki tanpa tongkat ke mesjid dekat rumah, 
selera makannya masih mau walau makanan tertentu harus dibatasi hanya ada 
gangguan mata yang mulai kabur dan itu telah dilakukan operasi katarak serta 
upaya tersebut sudah maksimal tapi alhamdulillah untuk melihat masih cukup 
jelas 
hanya membaca koran yang kesulitan walau sudah dibantu kaca mata spesialis 
membaca.

Sekitar tahun 1956 Papa saya selepas tamat SMA 1 Padang kuliah di Unand 
Fakultas 
Hukum seangkatan dengan dosen senior Fahukum yaitu Bpk Sofyan Muchtar SH ketika 
masa PRRI tahun 1958 papa saya meninggalkan bangku kuliah dan ikut bergabung 
dengan pasukan dibawah pimpinan Kapten ? Salamoni orang Ambon mantan tentara 
KNIL yang bersimpati pada perjuangan PRRI, pasukan mereka berjumlah sekitar 40 
orang (termasuk waktu itu kata papa saya Syafei pendiri INS ikut dalam 
rombongan 
ini) dan mengadakan latihan militer di Ladang Laweh pinggiran kota Payakumbuh. 
Tentara pusat APRI datang satu kompi mengepung mereka di ladang laweh, papa 
saya 
beserta regunya berhasil melarikan diri dari kepungan tentara pusat, sementara 
1 
regu pasukan PRRI lainnya berhasil ditangkap oleh tentara pusat berikut 
merampas 
senjata seperi Kareben ? dan Basoka, menurut cerita papa saya ke 12 orang 
tersebut dihabisi oleh tentara pusat yang masih diingat papa saya namanya 
Mahyuddin komandan regu orang Batu kambing dan Budi CS orang Padang, kuburan ke 
12 orang ini masih ada di Simpang Ampek jalan menuju ke Ladang Laweh Situjuah 
Banda Dalam.

Papa saya dan kawan-kawan yang lainnya terus berlari diseputar hutan Gunung 
Sago 
menghindar dari kepungan tentara pusat dengan kekuatan penuh bersenjata lengkap 
boleh dikatakan tidak ada perlawanan tembak menembak lagi karena senjata PRRI 
dibawah pimpinan Salamone telah dirampas oleh tentara pusat, intinya hanya 
mencoba melarikan diri dari kepungan tentara pusat dari hutan ke hutan dengan 
segala penderitaan dan kahirnya sampai ke wilayah hutan di Lintau. dari jumlah 
awal sekitar 40 orang karena tekanan tentara pusat membuat papa saya dan 
kawannya terpecah menjadi bagian kecil dan berusaha menyelamatkan diri 
masing-masing karena secara mental psikologis rasa-rasanya mereka tidak mampu 
mengadakan perlawanan dengan tentara pusat. Akhirnya papa saya dalam 
pelariannya 
menghindari penangkapan tentara pusat sampai diseputar kampung tanah 
kelahirannya Kota Tangah Tanjung Emas Tanah Datar yaitu disekitar hutan Matobak 
Sungai Salak bergabung dengan pasukan Malin Marajo.

Akhirnya di Tahun 1961 dicapai kesepakatan antara Ahmad Husen dengan tentara 
pusat (APRI) di Kota Padang intinya para tentara PRRI yang masih bersembunyi 
agar menyerahkan diri dan tidak akan ada proses hukum serta hal-hal lainnya dan 
kondisi dinyatakan aman. Papa saya kembali lagi ke Padang untuk menyerahkan 
diri 
dan didata dan diperiksa oleh Kolenel Surya Sumpeno di PLN Simpang Haru. 
Setelah 
di data (screning) papa saya kembali kekampung dan diserahkan ke wali nagari 
setempat bersama kawan-kawannya yang lain. Papa saya hanya bertahan dikampung 4 
bulan dan kembali lagi ke Padang saat itu PKI mulai mengganas dan unjuk gigi. 
sampai di Padang merantau serta bekerja di toko kue Tip Top (berada diseputaran 
RM Selamat Pasar Raya) yang terkenal saat itu,  tahun 1962 papa saya  menikah 
dengan Ibu saya Rosna Mustafa yang saat itu telah menajdi PNS sebagai guru PGA 
di Kota Padang. Tahun 1963 ketika lahir anak pertama (kakak saya) papa saya 
mencoba melamar menjadi PNS di Departemen Sosial cq Kantor Urusan Perumahan 
Kodya Padang dan diterima dengan golongan II A berbekal ijazah SMA serta 
pengalaman kuliah 1 Tahunan di Fakultas Hukum, papa saya tidak menaruh minat 
lagi melanjutkan kuliah karena jaman saat itu lagi kacau dengan PKI.

Itulah seputar kisah papa saya dijaman PRRI 

Wass_Jepe


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke